NovelToon NovelToon
Braga After Rain

Braga After Rain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:514
Nilai: 5
Nama Author: Isma ismawati

Kita tidak tahu, kapan hujan itu akan datang? Entah, tiba-tiba atau dengan pertanda langit yang gelap disertai suara petir yang menggelegar. Begitu juga dengan rasa cinta, yang hadir tanpa bisa di tebak.

"Dulu, aku membenci hujan karena sudah merenggut seseorang yang aku sayangi. Namun, ketika hujan mempertemukan aku denganmu. Seketika aku selalu merindukan kehadirannya, seperti aku merindukanmu. "
~ *Aishakar Rafka Bagaskara* ~

"Aku sangat menyukai hujan. Terlebih, saat hujan mempertemukan aku dengan dirimu. Aku tak ingin hujan itu berhenti."
~ *Gabriella Anastasya*~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Isma ismawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Penyerangan

Perasaan kesal dan marah menyelimuti hati Bagaskara. Bahkan wajahnya terlihat memerah menahan amarah. Dia melajukan motornya ke suatu tempat yang berjarak lumayan jauh dari markasnya. Sebuah markas kosong yang sudah tidak ditempati lagi.

"Mau maneh apa sih, Anj**?" Bentak Bagaskara ke seorang laki-laki seumurannya.

"Mau Gue? lo sama geng sampah lo itu bubar!" Laki-laki itu ikut membentak.

"Bangs*t!" Umpat Bagaskara.

Dengan wajah yang sudah penuh amarah dan tangan yang sedari tadi sudah dia kepal, Bagaskara langsung menghajar laki-laki tersebut, dengan cepat laki-laki itu pun ikut menghajar Bagaskara.

...****************...

Dengan nafas yang terengah-engah Bagaskara berjalan memasuki kamarnya dan menutup pintu kamarnya dengan keras.

Kebetulan Papahnya sedang tugas diluar kota, jadi hanya ada Bagaskara dan Chintya selaku ibu sambungnya.

Chintya yang mendengar suara gebrakan pintu dari arah kamar anak laki-lakinya itu langsung bergegas menghampiri kamar tersebut.

Tok tok tok tok

"Bagas... Kamu gak apa-apa, Nak? tanya Chintya dengan lembut dan tangannya yang masih mengetuk pintu kamar Bagaskara.

Tak ada jawaban sepatah katapun dari dalam kamar. Seketika kamar tersebut hening dan tidak ada suara sedikitpun dari dalam kamar.

Chintya memilih meninggalkan kamar itu, karena dia tau kalau Bagaskara perlu waktu sendiri untuk menenangkan amarahnya yang masih memuncak.

...****************...

Suara ketukan pintu yang sedari tadi tidak berhenti membuat Bagaskara terbangun dari tidurnya.

Saat ingin beranjak dari tempat tidur terasa sakit dibeberapa tubuhnya. Karena itu dia mengurungkan niatnya untuk beranjak dari tempat tidur.

"Siapa?" Teriak Bagaskara yang masih berada ditempat tidur.

"Ini Bibi, Sarapan nya udah ada dimeja makan ya." Ucap art itu.

"Tadi ibu yang masak. Bibi mau ke pasar dulu, Jaga rumah ya" Lanjut art tersebut.

Chintya yang tau keadaan anaknya semalam, dia memilih untuk masak makanan kesukaan Bagaskara agar keadaannya lebih membaik.

"Iyaaaaaaaa Biiiiii" Jawab Bagaskara.

Di dalam rumah itu Bagaskara hanya akrab dengan Bi Ijah selaku asisten rumah tangga dirumah tersebut. Sebab Bi Ijah sudah kerja dari Bagaskara masih kecil, karena itulah Bagaskara sudah sangat dekat dengan Bi Ijah.

...****************...

Bagaskara membuka ponselnya yang sedari tadi terdengar suara notifikasi dari dalam ponsel tersebut. Sudah banyak pesan masuk dari teman-temannya dan juga Gabie.

Iya Gabie. Matanya sedikit terbelalak saat melihat chat masuk dari wanita itu karena dia sudah memiliki janji dengannya semalam.

...----------------...

Gabriella Anastasya

... KEMARIN...

Bagas kamu jadi kerumah gak sih?

Gas?

kamu gak papa kan?

Bagas, kamu udah dimana?

... HARI INI...

Bagas, r u ok?

kamu gak baca chat aku dari semalam

^^^                                  sorry semalam aku ada urusan mendadak.^^^

tapi kamu gak papa?

^^^betulan gak papa.^^^

...----------------...

Dia hanya bisa tersenyum kearah ponselnya, sebab Gabie wanita yang akhir-akhir ini sedang memenuhi isi pikirannya itu sudah mulai khawatir dengannya.

...****************...

Saat Bagaskara sedang bersantai sambil menyeruput secangkir kopi panas di balkon kamarnya, terdengar suara dering telepon dari dalam ponselnya yang tak lain tak bukan telepon dari Arjuna.

Bagaskara pun mengangkat telepon tersebut, belum ada sepatah katapun keluar dari mulutnya lebih dulu Arjuna berbicara dengan nada yang panik dan terdengar suara berisik dari dalam ponsel tersebut.

"Markas diserang!" Ucap Arjuna.

Tanpa menjawab dengan cepat dia mengambil jaketnya dan bergegas pergi menuju markas, meninggalkan kopi yang sedari tadi ia minum.

Sesampainya di markas ia langsung berlari menghampiri teman-temannya yang berada didalam markas tersebut. Terdengar suara Dikta yang kesal karena Mahesa tidak bisa dihubungi dalam kejadian seperti ini. Dan ternyata markas tersebut sudah dipenuhi hampir seluruh anggota Lavegas.

"Kalian tau teu, siapa yang nyerang markas?" Celetuk Bagaskara dijawab dengan gelengan kepala dari anggota Lavegas.

"Dari tadi markas kosong. Pas kita sampe udah berantakan semua." Jelas Arjuna.

"Makanya kita kumpulin anak-anak ke markas. Tapi si Mahesa malah gak bisa dihubungin." Timpal Dikta dengan raut wajah yang masih kesal.

"Soal Mahesa biar belakangan. Sekarang kita harus diskusi siapa yang udah ngelakuin ini" Jawab Bagaskara dengan tegas.

"Udah ada yang liat cctv?" Tanya Bagaskara.

"Udah Gas. Tapi gak keliatan mukanya, karena dia langsung pecahin kamera cctv" Jelas Sagara.

"Rekaman sebelum dia pecahin kamera cctv nya ada kan?" Tegas Bagaskara.

"Ada" Jawab Sagara.

Mereka semua melihat rekaman cctv yang tersisa sebelum kejadian penyerangan itu. Wajah pelaku tidak bisa terlihat karena memakai masker dan helm full face. Sehingga mereka tidak bisa mengenali pelaku tersebut.

"Bisa aja itu salah satu anggota Dargez" Celetuk salah satu anggota Lavegas.

"Kita jangan main hakim dulu. Hampir semua anggota Dargez itu dipenjara karena masalah kemarin." Jelas Bagaskara dengan tegas.

"Tapi bisa aja atuh. Hampir semua bukan berarti semua anggota nya ketangkap" Jawab Agha.

"Betul! Siapa tau salah satu anggotanya gak terima karena hampir semua anggota Dargez ketangkap karena masalah kemarin" Celetuk Shankara.

"Kita samperin aja lah anj**g markasnya!" Kesal Dikta.

"Sabar dulu atuh, Ta! Aing udah bilang kita jangan main hakim sendiri!" Tegas Bagaskara.

"Terus kita harus ngapain, Gas? Nungguin si Mahesa yang gak bisa dihubungin, kitu?" Jawab Dikta dengan nada kesal.

"Naon jadi ke Mahesa? Aing udah bilang jangan main hakim sendiri kuping maneh mana!" Bagaskara yang ikut kesal menjawab dengan nada sedikit tinggi.

"Eh! Udah udah! Kenapa jadi berantem sih?" Celetuk Arjuna yang berusaha menengahi mereka berdua.

"Kita itu harusnya diskusi bukan malah berantem!"

Celetuk Arjuna lagi.  Mereka berdua pun terdiam.

Setelah diskusi yang panjang dan sedikit perdebatan mereka semua memilih mendatangi markas Dargez, namun dengan syarat tanpa kekerasan dan hanya beberapa orang yang boleh ikut ke markas Dargez. Sisanya hanya bisa menunggu didalam markas tersebut.

Total anggota yang ikut pergi mendatangi markas Dargez adalah sepuluh anggota. Enam Bagaskara dan teman-teman, dan ada empat anggota Lavegas lainnya.

Sesampainya di markas Dargez Bagaskara sudah berpesan agar mereka tidak langsung turun untuk menemui anggota Dargez, karena dia tau pasti akan ada keributan jika mereka semua langsung menghampiri markas itu.

Dia mulai memasuki markas tersebut dan tentu saja tidak disambut baik dengan anggota Dargez.

"Mau ngapain maneh kesini baj***an! Teu cukup maneh bikin Dargez masuk penjara!" Bentak salah satu anggota Dargez lalu menghampiri Bagaskara.

Mendengar suara bentakan, anggota Dargez yang sedang mengutak-atik motor itu langsung menoleh kearah Bagaskara dan ikut menghampirinya.

"Santai aing kesini bukan mau cari keributan" Ucap Bagaskara lalu menjelaskan apa yang sudah terjadi kepada markasnya

Beberapa anggota Dargez pun mengerti dan mengizinkan Bagaskara beserta anggota Lavegas mendiskusikan masalah ini.

"Masuk!" Teriak Bagaskara dari dalam markas lalu langsung dihampiri oleh anggota yang menunggu diluar.

Mereka semua duduk di sofa markas tersebut sambil menonton rekaman cctv markas Lavegas.

"Aing tanya baik-baik ke maneh, ini ulah anggota kalian atau bukan?" Celetuk Bagaskara.

"Bukan" Jawab anggota Dargez serentak.

"Aing tanya sekali lagi, ulah kalian atau bukan" Tanya Bagaskara lagi.

"Demi tuhan bukan anggota Dargez, Gas! Aing bisa pastikan itu" Jawab salah satu anggota Dargez yang bernama Ares.

"Masalah yang kemarin aja belum selesai. Anggota Dargez masih didalam penjara. Gak mungkin gue sama anak-anak bikin masalah baru" Jelas Ares kepada anggota Lavegas.

"Aing bisa bantu cari pelakunya kalo maneh mau" Celetuk Ares lagi.

Dan dijawab oleh anggukan dari anggota Lavegas.

...****************...

Siapakah orang yang mengancam Bagaskara?

Apakah penyerangan markas berkaitan dengan Dargez?

Bagaimana kelanjutan dari masalah ini?

Nantikan bab selanjutnya 🥰.

Note :

Aing : aku.

Maneh : kamu.

Teu : tidak/enggak.

Atuh : dong.

Kitu : gitu.

1
asrikaa
lanjuttt...bagus banget 😍
Isma Ismawati: SIAP KAA
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!