Braga After Rain

Braga After Rain

Keributan di pagi hari

"Maneh ga berhak ngatur urang! Maneh itu bukan mamah kandung urang!" Lelaki dengan wajah nyaris sempurna itu berkata dengan sorot mata tajam, menatap ke arah seorang wanita yang kini berdiri di hadapannya dengan mata berkaca-kaca.

"Bagaskara! Jaga Ucapanmu! Bagaimanapun dia adalah mamah mu!" Bentak laki-laki setengah baya sambil berdiri dari kursinya dan menggebrak meja makan. Terlihat sorot mata penuh amarah menatap ke arah anak laki-lakinya yang bernama Bagaskara.

"Mamah?" Ucap Bagaskara dengan tatapan dan senyum sinis nya.

"Dia itu istri papah! bukan mamah saya! Mamah saya sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu," Ucap Bagaskara lagi dengan mata dan wajah yang sudah memerah menahan rasa sesak di dadanya.

"Sudah, Pah! Ini memang salah aku. Tidak seharusnya aku mengatur Bagaskara." Ucap wanita cantik yang bernama Chintya, sambil memegang lembut lengan suaminya yang bernama Pradipta Atmaja.

"Bagaskara benar, aku memang tidak berhak untuk mengaturnya." Ucap Chintya lagi dengan raut wajah sedih.

"Bagus deh, kalau sadar!" Jawab Bagaskara sambil berlalu pergi dengan membawa tas di punggungnya, lalu keluar sambil membanting pintu rumah.

Saat Pradipta ingin bergerak mengejar putranya. Chyntia langsung menahan tangan suaminya. Membuat lelaki setengah baya itu hanya mampu menghela napas. Tampak raut kesedihan di wajahnya.

Bagaskara yang terlihat kesal, mengendarai motor dengan kecepatan tinggi sambil mengumpat, "Si*l! Kenapa gue harus satu rumah dengan orang yang menyebabkan mamah gue meninggal?" Lelaki itu berkata, sambil menahan isak tangis dan sesak yang menghimpit dadanya karena membayangkan saat-saat bersama mendiang mamahnya.

Lagi-lagi Bagaskara tidak pergi ke sekolah melainkan pergi ke tempat yang dinamakan Markas. Saat sesampainya di Markas, Dia pun langsung memarkirkan motornya dengan asal, lalu masuk ke dalam dan di sambut oleh teman-temannya yang sama-sama sedang bolos.

"Woi, Bagas! Cabut mulu maneh!" Ucap salah satu temannya yang bernama Mahesa, sambil tertawa menatap Bagaskara dan di ikuti gelak tawa temannya yang lain.

"Kenapa, maneh? Masalah sama bokap maneh lagi?" Tanya kedua temannya yang bernama Sagara dan Shankara. Dua sahabat kembarnya dengan nada penasaran.

"Biasalah," jawab Bagaskara sambil duduk di samping mereka dan segera memakan cemilan yang sudah di sediakan teman-temannya.

Dua laki-laki kembar itupun mengangguk karena sudah biasa dengan masalah keluarga Bagaskara.

"Sudah, tak perlu di pikirkan! Kita di sini senasib. Sama-sama bermasalah dengan keluarga kita," Sagara berkata sambil menepuk pelan pundak Bagaskara.

 "Santai, Bro!" Jawab Bagaskara sambil mengambil rokok di depannya. Menyalakannya dan menghisap dalam-dalam.

Saat mereka sedang asyik mengobrol. Tiba-tiba, mereka di kejutkan oleh kehadiran sesosok laki-laki dengan badan yang sudah lemas dan terlihat jelas ada luka sayatan disertai dengan beberapa memar di bagian mukanya. Terlihat lelaki itu memasuki markas tersebut dengan susah payah. Seketika seisi markas pun langsung berdiri dan menghampiri laki-laki yang sudah sangat lemas itu.

Begitu juga dengan Bagaskara. Dia langsung berdiri dan mematikan rokoknya, membuang putung nya dan di injaknya dengan kasar, sambil mengumpat.

 "Bre****k! Anj**g! Siapa yang berani ngelakuin ini?" Tanya Bagaskara dengan nada penuh amarah sambil berjalan menghampiri laki-laki yang sudah terkulai lemas. Semua yang berada di markas pun ikut menghampiri laki-laki tersebut.

Bagaskara langsung membantu laki-laki itu berdiri dan berjalan lalu membawanya untuk di tidurkan di atas sofa yang berada di sana. Sambil teriak "Siapa yang melakukan ini, hah?" Tanya Bagaskara dengan nada penuh amarah sampai rahang pipinya mengeras. Namun, tidak sepatah kata pun yang keluar dari mulut laki-laki tersebut.

 "Jawab Dikta!" bentak Bagaskara.

"Sabar, Gas!" Ucap Arjuna salah satu sahabat Bagaskara, mencoba menenangkan lelaki itu.

Laki-laki yang bernama Dikta itu pun bersusah payah untuk berbicara. "D d Dargez," jawab Dikta dengan suara terbata-bata. Seketika seisi markas pun langsung mengumpat dengan kata-kata kasar.

"Bang**t!"

"Anj**g"!

"Bre****k!"

Kata-kata kasar dan umpatan terus menerus keluar dari mulut mereka. Emosi yang sudah sangat memuncak, membuat Bagaskara segera memberikan perintah untuk melakukan penyerangan balik.

"Sekarang juga, kita datangi markas mereka!" Perintah Bagaskara, di sambut anggukan teman-temannya.

Mereka segera melajukan motornya masing-masing beriringan untuk menuju ke markas Dargez dan di pimpin oleh Bagaskara sendiri. Sedangkan Dikta di antar oleh ke Rumah Sakit oleh Agha.

Sesampainya di markas Dargez, Bagaskara sebagai ketua geng Lavegas langsung berjalan menuju ke dalam markas Dargez diikuti oleh teman-teman dibelakangnya.

Sesampainya di sana, mereka langsung turun dari motor dan langsung memasuki markas tersebut.

"Hai, keluar maneh, pengecut! Jangan berani main keroyokan! Dasar anj**ng!" Teriak Bagaskara kepada beberapa anggota Dargez. Seketika itu juga, beberapa anggota Dargez langsung menghadang mereka.

"Kenapa! Ga terima teman maneh, kita jadiin perkedel?" Jawab salah satu anggota Dargez dengan senyum mengejek.

"Bang**t!" umpat Bagaskara. "Serang anj**g!" Perintah Bagaskara kepada anggotanya sambil berlari kearah anggota Dargez dan langsung di ikuti anggota Lavegas.

Mereka pun mulai saling menyerang, pukulan demi pukulan, sayatan demi sayatan dari senjata tajam yang mereka sudah siapkan. Satu-persatu anggota Dargez sudah tidak sadarkan diri dan ada beberapa anggota Lavegas yang tidak sadarkan diri juga.

"Sini! Maju, maneh! Ketua di belakang aja, takut ya?" Teriak Bagaskara dengan nada menantang ketua geng Dargez.

"Takut sama geng cupu kaya, maneh? Naj*s!" Jawab ketua geng Dargez yang bernama Gavin. Bagaskara yang sudah di kuasai emosi itu, segara berlari ke arah Gavin.

"Mati, Anj**g!" Umpatnya sambil mengarahkan senjata tajam ke arah Gavin.

Bagaskara yang sudah di kuasai amarah, terus-menerus memukulnya dan menghasilkan beberapa luka di wajah dan sekujur tubuh Gavin yang tidak bisa menghadapi pukulan yang bertubi-tubi ke arahnya. Walaupun, badan yang sudah penuh memar dan beberapa luka, Gavin tidak tinggal diam. Dia berusaha membalas pukulan kepada Baskara.

Dua napas laki-laki itu sudah terengah-engah dengan muka dan tubuh yang penuh dengan luka dan memar. Namun, mereka berdua pun tidak ada yang mau mengalah, mereka melanjutkan perkelahian itu.

Beberapa saat kemudian Bagaskara pun berhasil membuat ketua geng Dargez itu tidak sadarkan diri. Napas Bagaskara memburu dengan tubuh yang sudah lemas, dia pun membangunkan satu-persatu anggotanya sebelum polisi datang ke markas itu.

"Woi, Bangun!" Ucap Bagaskara kepada anggotanya sambil membangunkan satu-persatu anggotanya. Tidak lama satu-persatu anggotanya pun terbangun dari pingsan mereka.

"Badan aing sakit semua, C*k," ucap Mahesa

"Sama any**g," Jawab Arjuna

"Woi kita juga!" Jawab Sagara dan Shankara.

"Ayo cabut! Sebelum polisi datang ke sini." Perintah Bagaskara sambil membangunkan anggota lain yang belum siuman.

Setelah semua anggota mereka terbangun dari pingsannya, mereka segera bergegas menaiki dan melajukan motor mereka ke arah masing-masing tempat yang menurut mereka aman.

Sementara itu, setelah melaju sekitar 800m dari markas Dargez, terlihat polisi datang dan mulai mengecek keadaan markas tersebut. Polisi pun segera mengamankan semua anggota Dargez, termasuk Gavin.

"Tuh'kan! Untung kita cepat, kalau tidak, kita bisa masuk penjara! Ucap Arjuna sambil tertawa di ikuti anggota yang lain.

Mereka pun segera mengendarai motor menuju rumah Arjuna, sambil bercanda satu sama lain.

Sesampainya di rumah Arjuna sudah ada beberapa anggota yang sudah sampai dan ada juga beberapa anggota yang sedang di obati luka-lukanya dengan anggota lain.

"Sepertinya Polisi akan segera melacak keberadaan kita?" Bagaskara berkata, sambil menarik napas panjang.

"Terus, bagaimana, Bro?" Tanya Arjuna.

"Kita masing-masing mencari tempat yang aman." Jawab Bagaskara.

"Kemungkinan, gue akan berangkat ke Jakarta." Ucap Bagaskara, membuat semua teman-temannya terdiam.

Apakah pelarian Bagaskara akan menimbulkan masalah baru atau sebaliknya?

Ikuti segera bab 2 nya. Akan ada kisah yang tak terduga dari perjalanan Bagaskara.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!