Namaku Arian. Usia? Ya... paruh baya lah. Jangan tanya detail, nanti aku merasa tua. Yang jelas, aku hidup normal—bekerja, makan, tidur, dan menghabiskan waktu dengan nonton anime atau baca manga. Kekuatan super? Sihir? Dunia lain? Aku suka banget semua itu.
Dan jujur aja, mungkin aku terlalu tenggelam dalam semua itu. Sampai-sampai aku latihan bela diri diam-diam. Belajar teknik pedang dari video online. Latihan fisik tiap pagi.
Semua demi satu alasan sederhana: Kalau suatu hari dunia ini tiba-tiba berubah seperti di anime, aku mau siap.
Konyol, ya? Aku juga mikir gitu… sampai hari itu datang. Aku bereinkarnasi.
Ini kisahku. Dari seorang otaku paruh baya yang mati konyol, menjadi petarung sejati di dunia sihir.
Namaku Arian. Dan ini... awal dari legenda Raja Arlan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BigMan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Prologue
Kau tahu, aku selalu tertarik dengan segala hal yang berbau spiritual—sihir, kekuatan misterius, atau apapun yang nggak bisa dijelaskan dengan logika. Ya, aku menginginkan kekuatan itu.
Kekuatan yang nggak bisa dijangkau oleh akal sehat. Dan, sejujurnya, aku nggak peduli apapun namanya. Sihir, mana, chi, aura... apa pun, asalkan itu membuatku lebih kuat.
Beberapa orang pasti mikir aku gila, kan? Mencari kekuatan yang nggak ada buktinya, itu kan kayak ngejar sesuatu yang nggak pernah bisa dipegang. Dulu, aku juga bakal mikir gitu. Siapa yang enggak?
Tapi, coba pikir lagi... Dunia ini penuh dengan hal-hal yang nggak bisa dibuktikan secara ilmiah. Gak ada yang bisa benar-benar bilang "sihir itu gak ada." Jadi, kenapa gak mencoba? Mungkin memang, aku harus melangkah ke sisi lain. Lebih jauh. Lebih dalam... ke kegilaan itu.
Jadi, aku mulai berlatih hal-hal yang menurut orang normal... ya, gila. Aku mencoba meditasi, coba upacara penyucian berdiri di bawah air terjun (aku nggak tahu kenapa itu harus air terjun, tapi ya sudahlah).
Aku fokuskan diri sepenuhnya ke dalam. Berpuasa, belajar yoga, bahkan pindah agama—semua aku coba. Mencari jawaban di tempat-tempat yang nggak biasa. Aku berdoa, bahkan mengikat diri di kayu salib. Hasilnya? Nihil. Seperti yang sudah bisa kubayangkan. Nggak ada yang jelas.
Tapi tetap, aku nggak berhenti. Aku melatih tubuh, belajar bela diri. Siapa tahu, kan? Mungkin aja kekuatan fisik bisa jadi pemicu. Di film-film sih, biasanya ada hubungan antara fisik dan kekuatan luar biasa. Toh, aku udah nggak punya pilihan lagi.
Namun... (hempas napas) Mengingat bagaimana aku mati, semua usaha itu terasa sia-sia. Bahkan kalau punya fisik kuat, sepertinya itu nggak akan bisa menyelamatkanku dari kesialan besar itu.
Sekarang, aku gak tahu lagi di mana. Semua yang ada di sekitarku gelap, kosong, dan nggak ada ujungnya. Aku coba lari ke sana kemari, tapi tempat ini nggak berubah. Semuanya sama saja.
Tapi... ada satu hal yang pasti. Aku menemukan sesuatu. Sihir. Itu ada. Aku bisa menciptakan api dari telapak tangan, angin topan dengan tiupan mulut, dan air dari ujung jari. Ini bukan khayalan. Aku bisa mengubah apa yang ada di pikiranku menjadi kenyataan di dunia yang sepi ini. Selama ada unsur alamnya, sihir ini nyata.
Dan saat aku sibuk menguji coba sihirku, sesuatu yang tak terduga terjadi. Sebuah cahaya, melayang perlahan menuju ke arahku. Semakin dekat, semakin hangat, dan...
...----------------...
Bangun di Tubuh yang Bukan Milikku
Gelap...
Tapi… bukan gelap yang sama seperti sebelumnya. Kali ini, ada cahaya hangat yang menyelinap dari sela kelopak mataku. Aku membuka mata pelan. Langit-langit berhiaskan ukiran emas, kristal menggantung elegan seperti bintang di siang hari.
Uh… ini jelas bukan kamar kosku.
Kepalaku berat, tubuhku… jangan tanya. Rasanya seperti habis digeprak tiga truk sekaligus. Tapi, aku hidup. Dan ini bukan neraka. Atau… mungkin justru ini surga?
"T-Tuan Muda?! Anda… Anda sadar?!"
Suaranya nyaring, sedikit panik, dan… manis? Aku menoleh pelan, dan… yah, mata ini disambut pemandangan yang cukup menyenangkan.
Seorang wanita muda, wajah cantik khas anime dengan rambut hitam panjang dan pakaian maid—bukan yang norak, tapi yang classy dan tetap… Uuhm... agak terbuka di bagian atas. Fokus, Arian. Fokus.
Dia buru-buru mendekat dan menyentuh keningku. "Apa Anda merasa pusing? Lapar? Haus? Tunggu sebentar, saya ambilkan air!"
Dan sebelum aku bisa menjawab, dia sudah menyodorkan cangkir ke bibirku, menyuapi air seperti bayi.
Sumpah, aku ingin protes. Tapi tubuh ini... terlalu lemah untuk bergerak, apalagi sok-sokan jaga harga diri.
Setelah beberapa tegukan, aku akhirnya bisa bersuara.
"...Heh... ini… di mana?"
Dia tampak sedikit kaget, lalu tersenyum lega. "Ah, ya. Ini kamar Anda, Tuan Muda. Di dalam Istana Tinggi Kerajaan Argandia."
"…Argandia?"
Oke. Fix. Aku udah gak di Bumi lagi.
Aku mengamati tanganku. Putih. Kurus. Jari-jarinya panjang dan lentik—kayak tangan pianis yang belum pernah angkat galon seumur hidup. Lalu… rambut? Aku bisa merasakannya panjang, jatuh sampai dada.
"...Siapa... aku?"
Aku nggak pura-pura dramatis, beneran. Aku gak tahu siapa nama pemilik tubuh ini. Dan pertanyaanku bikin si pelayan itu membeku.
"M-Maaf, Tuan Muda? Anda… tidak mengingat nama Anda?"
Aku mengangguk pelan.
Dia tampak ragu, bingung, lalu mencoba tersenyum lagi, meski matanya berkaca-kaca.
"Mungkin… mungkin ini hanya efek demamnya… Anda sudah tertidur selama enam hari penuh. Kami semua sangat khawatir…"
Pelan-pelan dia menatapku dengan lembut.
"Nama Anda adalah Pangeran Arlan. Putra tunggal Yang Mulia Raja Argus. Pewaris satu-satunya tahta kerajaan ini."
"Aku ……………"
"Pangeran?"
"Pewaris tahta?"
"Tunggu, tunggu, tunggu… AKU jadi anak raja?!"
"Dan tunggu… Arlan? Arlan?!"
Nama itu langsung terpatri di kepalaku seperti cap besi panas.
Kalau dunia ini benar-benar punya sihir seperti yang kurasakan sebelumnya…
Kalau aku diberi tubuh ini untuk sebuah alasan…
Maka, bahkan meski tubuh ini lemah dan rapuh…
Ini bukan akhir. Ini awal dari segalanya.