NovelToon NovelToon
CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

CANDUNYA SANG CASANOVA, MALIKAKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Nikah Kontrak / Pembantu / Pernikahan rahasia
Popularitas:151.4k
Nilai: 5
Nama Author: uutami

Sean, seorang Casanova yang mencintai kebebasan. Sean memiliki standar tinggi untuk setiap wanita yang ditidurinya. Namun, ia harus terikat pernikahan untuk sebuah warisan dari orang tuanya. Nanda Ayunda seorang gadis yatim piatu, berkulit hitam manis, dan menutup tubuhnya dengan jilbab, terpaksa menyanggupi tuntutan Sean karena ulah licik dari sang Casanova.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon uutami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 35

"Kalian!"

Mata Maura mendelik sempurna, menatap dengan sangat tajam pada dua gadis dihadapan yang sedari tadi melontarkan kalimat ejekan.

"Beraninya gadis rendah sepertimu merendahkan ku!" tunjuk ya pada Nanda, berteriak penuh emosi.

Hampir saja gawai ditangan jadi korban jika Febi tak cepat merebutnya. Ponsel mahal itu sayang jika hanya beradu dengan lantai mal. Cepat-cepat Febi menyimpannya di tas.

"Sudahlah, ayo. Ngapain sih kamu mempermalukan diri sendiri?" tegur Febi berusaha menarik tangan Maura, tapi di tepis. Masih belum puas rupanya ia.

"Nggak bisa! Aku harus kasih mereka pelajaran. Terutama babu itu!"

"Maura! Udahlah! Kita jadi tontonan," cegah Febi kembali menarik tangan Maura.

"Iya mbak, udahlah. Mau kasih pelajaran apa juga? Kita mah udah lulus, nggak perlu lagi," timpal Eni.

"Sudah En. Kita pergi saja," ajak Nanda menggandeng Eni.

"Berhenti kalian!" Seru Maura nggak terima, tangannya masih ditahan oleh Febi. Ia berusaha melepaskan karena masih menahan dongkol.

"Maura! Mau ngapain lagi sih?" Febi sudah jengah dengan sikap Maura yang bar-bar ini. Ia sudah menahan malu sedari tadi.

Maura berhasil lepas, dengan langkah lebar mengejar Nanda dan Eni yang sudah menjauh beberapa langkah. Tangannya menarik kasar lengan Nanda, hingga gadis itu menghadapnya.

"Dasar babu rendahan! Beraninya mempermalukan ku!" umpatnya mendelik tajam pada Nanda yang tampak kaget itu. Tangannya terangkat ke udara, dan secepat kilat mendarat di pipi Nanda.

"Hei! Mbak! Apa-apaan ini!?" Eni berseru tak terima."Main pukul aja!"

"Apa?" tantang Maura mengangkat tangannya lagi,"Kau mau juga?"

"Sini! Dikiranya aku takut?" Eni maju menyingsingkan lengan bajunya.

Melihat Eni yang tersulut, Nanda cepat menahannya.

"Jangan, En!" Cegah Nanda. Ia tau Maura pastilah bukan wanita sembarangan, tak mungkin ia melawan wanita kaya dengan kekerasan. Sudah pasti malah mereka yang miskin ini yang mendapat masalah.

"Kamu udah dipukul loh! Dikira dipukul nnggak sakit?"

Nanda menatap Eni memohon sambil menggeleng. Jika hanya dirinya, tak masalah, tapi ia tak mau melibatkan teman yang udah sangat baik padanya. Meskipun terlihat jelas Eni yang masih tak terima.

"Rupanya sadar diri juga kamu! Orang miskin memang seharusnya sadar. Mau melawan orang kaya sepertiku. Jelas kalah." Maura mencemooh, melipat tangan di dada.

"Aku hanya tidak ingin teman baikku yang menanggungnya." Nanda berjalan mendekat sampai ke hadapan Maura.

Mengangkat tangannya tinggi, seketika membuat Maura terhenyak. Berpikir jika Nanda akan memukulnya. Namun, tangan itu hanya tertahan di udara. Maura yang sempat mendelik, semakin melotot keluar matanya. Kenapa Nanda tak jadi menamparnya.

"Aku pikir, sayang tanganku jika dikotori. Hanya untuk membalas pada wanita sepertimu," ucap Nanda sangat halus, namun menusuk. Menurunkan tangannya.

"Apa maksudmu?"

"Kamu pasti tau," sindir Nanda menatap Maura menyeluruh dari atas ke bawah, bawah ke atas lagi.

Merasa terhina dengan tatapan dan ucapan gadis yang ia anggap babu itu. Maura mengangkat tangannya ke udara. Namun, belum sempat mengenai pipi Nanda lagi, tangan itu sudah tertahan oleh tangan lain.

.

.

Sean menyimpan gawainya di saku celananya setelah percakapannya dengan Maura berakhir. Melihat di bawah sana sekumpulan orang yang sedang bersitegang. Ya, Sean memang udah di mal itu, mal yang sama dengan tempat Maura mencegat istrinya. Lebih tepatnya di lantai dua bersandar pada pinggiran pembatas setinggi satu meter. Berjalan menuruni tangga, setelah cukup lama hanya jadi penonton. Kini ia merasa harus turun tangan langsung. Setelah satu tamparan mendarat di pipi gadis hitam manis itu.

Mendekat dari sisi yang kedua pihak tak menyadarinya, melihat tangan Maura yang sudah terangkat lagi ke udara, ia mempercepat langkah. Menahan tangan itu sebelum sempat menyentuh wajah Malika-nya untuk kedua kalinya. Mata elang Sean menatap tajam pada wanita yang sudah ia buang dari hidupnya.

Raut wajah Maura seketika berubah. Bagaimana bisa Sean kini berada di sana. Menahan tangannya dengan sangat kuat.

"Se-Sean!"

Dengan dingin, Sean melepas tangan wanita yang terlihat tegang dengan sedikit dorongan. Sampai Maura terhuyun ke belakang.

Sean berganti menatap Nanda, melihat pipi gadis berkulit hitam itu sedikit memerah. Ia tau itu ulah Maura. Lalu berganti menatap ke arah berlawanan. Maura tampak semakin tegang. Namun, wanita cepat mencair merangkul lengan Sean.

"Sean, syukurlah kamu di sini. Ini nih, pembantumu, tak tau diri banget. Udah mempermalukan ku di depan umum. Pecat dia, ya?" ucapnya manja.

"Apa aku masih kurang tegas padamu?" Sean menarik tangannya.

"Mak-maksud nya?" Wajah Maura kembali menegang.

"Dengar wanita, menjauhlah dariku atau orang-orang yang terhubung denganku. Aku tidak suka, kau mengusiknya seperti ini." Sean menunjuk Nanda, "Hanya karena kau tak bisa menyentuhku lagi," sambungnya berganti menunjukkan wajah Maura kasar.

Tega kamu, Sean!" Mata Maura memerah, dan mengembun. "Kamu lebih membela pembantu rendahan itu dari padaku?"

"Tentu saja, dia milikku."

Deg!

Ada yang desir kala Sean menyebut milikku. Getaran halus yang tiba-tiba menjalar ke seluruh tubuhnya.

'Sadar, Nanda! Dia seorang pemain. Mulutnya penuh bisa.' Nanda membatin, menyadarkan dirinya sendiri.

"Milikku?" Maura mengulang tak percaya."Jadi kamu menurunkan levelmu dengan wanita rendahan seperti ini? Dia pembantumu kan Sean? Bagaimana bisa seleramu serendah ini?" tuntutnya.

Sean tertawa, mengusap rambutnya ke belakang.

"Aah, sepertinya kau terluka sekali ya."

Sean kini malah menarik dan merangkul bahu Nanda, tersenyum mengejek pada Maura. Nanda mendongak menatap protes.

"Singkirkan tanganmu!" bisik Nanda penuh tekanan.

"Biar saja begini, biar dia makin kesal," balas Sean berbisik."Tenang saja, aku pasti bayar."

Nanda jadi jengkel, mencubit perut samping Sean dari balik punggung. Mata lelaki itu mendelik, mulutnya ternganga menahan sakit. Ia tak boleh menjerit karena cubitan diam-diam Nanda, bisa membuat yang lain curiga.

Wajah Maura berubah merah menahan kesal malu. Bisa-bisa wanita cantik sepertinya kalah dengan gadis seperti Nanda.

"Se-Sean, kamu hanya ingin membuatku kesal saja kan? Karena itu kamu sengaja berbuat seperti ini kan? Kamu sengaja membela pembantu mu ini kan?"

Sean tertawa tanpa suara. Maura terus menolak.

"Maura, aku sudah tidak butuh kamu. Kupikir kamu sudah mengerti."

Sean melepas pelukannya. Mengangkat tangannya, dan menunjukkan cincin nikahnya.

"Ini, lihatlah."

Tepat di depan wajah Maura menunjukkan cincin di jari manisnya.

"Aku sudah menikah."

"Appa?"

Baik Maura, dan juga Febi tersentak. Menatap Sean.

"Benarkah?" Febi bergerak maju sampai tepat di samping Maura. Melihat lebih dekat cincin di jari manis Sean.

"Iya, tanya saja padanya," ucap Sean enteng sekali lagi menunjuk Nanda.

Gadis yang tiba-tiba menjadi perhatian itu malah gelagapan.

"Benar Sean sudah menikah?" Tanya Febi tak sabar.

"A- i- iya." Nanda menjawab gugup.

"Nah, benar, kan?" Sean tersenyum puas, kedua wanita yang pernah menjadi teman kencannya itu melongo gak percaya."Jadi kalian sebaiknya menyingkir. Karna aku sangat mencintai istriku. Kami akan hidup bahagia, jadi mundurlah!" sambung Sean lagi mengibaskan tangan mengusir ke arah dua wanita cantik dihadapan.

Dengan senyum yang masih mengembang, lelaki tampan itu memutar tubuhnya.

"Ayo!" ajaknya pada dua wanita yang juga mematung. Menarik tangan Nanda, dan menatap penuh perintah pada Eni agar mengikutinya.

"Si-siapa?"

Febi berteriak, masih dalam mode tak percaya jika Sean sudah menikah. Karena memang gak ada kabar apapun.

"Siapa wanita yang menjadi istrimu?"

Sean menghentikan langkahnya. Menoleh sedikit, mengembangkan senyuman lagi.

"Malika!"

"Namanya Malika. Dan jangan mengganggu dia lagi," ucap Sean menunjuk Nanda. "Hanya aku yang boleh menyuruh-nyuruh dan menyusahkannya. Jika kalian macam-macam dengannya, aku tak akan tinggal diam."

Sean melanjutkan lagi langkah mendahului. Nanda masih mematung dalam kebekuan, pun dengan Eni yang tak tau harus bagaimana.

"Siapa Malika?" Febi bergumam. Pun dengan Maura yang kini lemas.

1
partini
aihhhss pergi aja dari pada nyesek di situ
Nurul Khomariyah
lanjut thor
Uthie
Serrruuuu... lanjutt 💪😍
Uthie
Nahh... lohhh 😂
Nur Adam
llnjt
Asyatun 1
lanjut
Muchamad Ridho
gmn sh..dr awal emng GK ada keterbukaan..JD yaa gini jdinya..sama²egois jd buat apa jg ada pernikahan..
Yessi Kalila
lahh....siapa ya yg udah cium2 ga ijin...
Arin
Kan kan kan..... di bilangin. Jangan dibesarin egonya masing-masing. Merasa benar sendiri...... Harus terbuka 1 sama lain.

Kalau memang serius menjalani rumah tangga ya di omongin. Kalau memang Sean sudah mentok sama Nanda, dan mencintai Nanda ngomong......Bukan yang 1 menuntut keturunan. Yang 1 lagi membentengi hati tidak ingin terlalu terjerat, di sakiti dan ditinggal jika sudah ada keturunan. Wis angel.... angel...
Kalau sudah sampai kejadian Nanda di tinggal kan Sean benar an baru nyesel.......
partini
siapa hayo,,bukanya intropeksi diri malah ngambek dasar PK use your brain Sean
bicara dari hati ke hati berdua dengarkan lasan Malika melakukan bukanya marah behhhh dasar OGEB
Bunda Silvia
ahh nanda2 harusnya kamu jujur masih belum siap punya anak masih ragu sama Sean
Nur Adam
lnjut
Yessi Kalila
naaa.,.kan ketahuan KB...
partini
kalau Sean ga sadar diri kamu egois,,Malika sengaja KB ada sebabnya secara kamu kn PK takut lah dah hamil eh ada yg nongol bilang anak kamu kan kasih n Malika terlalu sering tebar cebong
Bunda Silvia
oneng emang si Sean ya 🤣🤣🤣🤣
Asyatun 1
lanjut
Arin
Kenapa sih gak saling terbuka. Berbicara dari hati kehati. Kalau kayak gini terus, kucing-kucingan dengan diam-diam memendam masalah sendiri.
Pas kebuka terus ditinggalin baru nyesel
Yessi Kalila
wkwkwk...mau ngadalin buaya ya Mal...😄😄😄
partini
ga usah Takut Malika ,kalau tau ya bilang aja kamu ga yakin secara dia kan Casanova dia marah kamu tinggal in aja ,manusiawi kalau kamu kwatir kedepannya Sean marah dia aja yg goblok
Asyatun 1
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!