Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 Berusaha Bertahan
Tidak membutuhkan waktu lama, Nina pun sampai di depan kantor. "Pak, tunggu sebentar ya, soalnya saya tidak bawa dompet mau ambil dulu dompet," ucap Nina.
"Baik, Mbak," sahut Sopir Taksi.
Baru saja Nina mau masuk, dia berpapasan dengan Rendra yang habis memfoto copy. "Kamu dari mana?" tanya Rendra.
"Maaf Ren, aku harus ambil dompet aku dulu kasihan taksinya nunggu," sahut Nina.
Rendra melihat keluar. "Nin, biar aku bayar kasihan kalau harus nunggu kamu ambil dompet dulu," ucap Rendra.
Rendra pun segera keluar dan membayar ongkos taksi Nina. "Makasih ya Ren, nanti aku ganti," ucap Nina tidak enak.
"Apaan sih, kaya sama siapa aja. Oh iya, memangnya kamu dari mana? kok kamu gak bawa dompet segala?" tanya Rendra.
Nina kaget. "Ah, barusan aku ada pertemuan dengan klien tapi karena saking buru-burunya aku jadi ketinggalan dompet," dusta Nina.
"Oh."
"Ya sudah, kalau begitu aku kembali bekerja dulu," pamit Nina.
Rendra menganggukkan kepalanya, dia memperhatikan Nina sampai Nina menghilang di balik lift. "Kamu tidak pandai berbohong Nin, kelihatan sekali barusan kamu sedang mengada-ada," batin Rendra.
Nina menjatuhkan tubuhnya di kursi kerjanya, dia benar-benar tidak kuat melanjutkan pekerjaan ini. Dulu dia begitu semangat bekerja, tapi sekarang dia merasa tertekan sekali.
"Apa aku keluar saja dari perusahaan ini? tapi kalau aku keluar, Bisma sudah mengancammu kalau aku tidak akan diterima di perusahaan mana pun. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang?" batin Nina.
Ponsel Nina bergetar, pertanda ada notif pesan yang masuk. Ternyata pesan itu dari Nino, kakaknya.
"Cil, kamu masih ada uang simpanan 'kan? nanti pulang kerja kamu mampir ke apotik tolong belikan obat untuk Papa, uang kakak habis kemarin dipakai benerin motor nanti kalau kakak gajihan, kakak ganti uang kamu."
Nina mengusap wajahnya dengan kasar, dulu kehidupan Nina tidak sesusah ini. Bahkan bisa dibilang setara dengan Bisma, tapi karena suatu hal Indra harus menjual perusahaannya dan kehidupan mereka pun menjadi sederhana. Apalagi tiba-tiba Indra mengalami stroke membuat Nina dan Nino mau tidak mau harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
Terutama Nina, dia sangat merasa bersalah karena yang membuat keluarganya bangkrut adalah dirinya. "Kalau aku keluar dari perusahaan ini, aku mau kerja di mana? aku tidak mau melihat Kak Nino berjuang sendirian, apalagi yang membuat keluarga susah adalah aku jadi aku tidak boleh sampai membuat mereka tambah susah lagi," batin Nina.
Rencana dia ingin resign dari kantor, sepertinya harus ditunda dulu. Mau tidak mau untuk saat ini Nina harus berusaha bertahan walaupun Bisma memperlakukan dirinya dengan kasar. Nina butuh pekerjaan untuk biaya obat Papanya dan memenuhi kebutuhan keluarganya juga.
***
Menjelang waktu pulang, Bisma sama sekali tidak kembali ke kantor. Nina pun segera membereskan meja kerjanya dan bergegas menuju ke bawah. Dia harus menunggu Nino sebentar karena Nino ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikan.
Nina menunggu di depan kantor, dia tidak sadar jika dari kejauhan Bisma sedang memperhatikan Nina. "Dia sedang menunggu siapa? pria tadi sudah pulang, apa dia sedang menunggu pria yang berbeda lagi?" batin Bisma.
Satu jam kemudian, Nino pun datang. Seperti biasa Nino memakaikan helm kepada Nina, dan Bisma menajamkan penglihatannya.
"Bukanya itu Nino, kakaknya Nina? kenapa dia pakai motor, memang mobilnya ke mana?" batin Bisma heran.
Bisma memutuskan untuk mengikuti mereka berdua. Bisma tidak tahu jika keluarga Nina saat ini sudah bangkrut. Bisma dan Nino itu seumuran, bahkan dulu mereka akrab banget pada saat Bisma masih pacaran dengan Nina.
"Cil, uangnya ada 'kan buat beli obat Papa?" tanya Nino.
"Cal-cil, cal-cil, aku sudah besar ya, bukan bocil lagi," kesal Nina.
"Alah, mana ada sudah besar masih minum susu, sudah jangan banyak protes," sahut Nino.
"Ih, memangnya yang suka minum susu itu harus bocil saja ya? memang apa salahnya aku suka minum susu," ketus Nina.
Nino terkekeh, dia sangat suka menjahili adiknya itu. "Oh iya, mulai besok sepertinya kakak gak bisa jemput kamu selama satu minggu," ucap Nino.
"Kenapa?" tanya Nina.
"Kakak mau ambil lemburan, lumayan besar jadi nanti kakak bisa gantian beliin obat buat Papa," sahut Nino.
"Kakak jangan terlalu capek, 'kan beli obat ada aku," ucap Nina sedih.
"Yaelah, mentang-mentang sudah naik jabatan jadi sombong," ledek Nino.
"Ih, bukanya sombong tapi beneran kakak jangan capek-capek nanti kakak sakit," sahut Nina.
"Cie... perhatian ceritanya." Lagi-lagi Nino meledek Nina.
"Bukannya perhatian, nanti kalau kakak sakit yang ada aku bakalan tambah capek ngurusin kakak," sahut Nina.
"Astagfirullah, kirain kamu perhatian sama kakak sendiri," kesal Nino.
Sekarang giliran Nina yang terkekeh, hingga tidak lama kemudian mereka pun mampir dulu ke apotik. Kali ini Nino sendirian yang masuk, sedangkan Nina menunggu di luar. Bisma masih setia mengikuti Nina.
"Mereka beli obat untuk siapa?" gumam Bisma.
Beberapa saat kemudian, Nino pun keluar dari apotek dan mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka. Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya Nino dan Nina sampai di rumah mereka. Bisma menghentikan mobilnya tidak jauh dari rumah Nina dan lagi-lagi Bisma merasa sangat terkejut.
"Loh, ini rumah mereka? bukannya rumah Nina berada di kawasan komplek elit, kenapa mereka jadi pindah ke rumah kecil seperti itu," gumam Bisma tidak percaya.
Bisma mulai curiga. "Sepertinya aku harus cari tahu, kenapa Nina tinggal di sini?" batin Bisma.
Bisma masih belum percaya dengan semua ini, karena yang dia tahu dulu Nina memutuskan hubungan mereka keadaan Nina dan keluarganya masih baik-baik saja. Makanya Rani merestui hubungan Bisma dan Nina karena kedua keluarga itu setara hanya saja Daddy Bisma sudah meninggal sejak lama. Mommy Bisma merupakan pengusaha sukses juga dan sekarang semuanya diserahkan kepada Bisma karena Rani sudah lelah dan ingin istirahat di rumah menikmati masa tua.
Bisma pun memutuskan untuk pulang, sedangkan Nina masuk ke dalam kamarnya. Sudah beberapa hari ini Nina sering mengalami kelelahan, mungkin karena Bisma mengharuskan Nina bekerja keras.
"Aku harus kuat dan sehat, gak boleh sakit. Jangan sampai kakak dan kedua orang tuaku khawatir kasihan mereka yang selama ini sudah berjuang demi aku dan sekarang giliran aku yang harus berjuang demi mereka," batin Nina.
Nina dan Nino termasuk anak yang mandiri, meskipun dari kecil keduanya dimanja oleh kedua orang tuanya tidak membuat keduanya menjadi anak-anak yang manja. Hanya saja bedanya, dulu apa pun yang mereka mau, mereka bisa dapatkan dengan mudah sedangkan sekarang mereka harus bekerja keras terlebih dahulu.