Attalea Arasya Veronika Lovandra
Seorang gadis berumur 20 tahun yang sedang kuliah di Universitas terkenal di Bandung. Awalnya kehidupan dikampusnya biasa saja bersama teman-temannya sampai saat dia memasuki semester 6, dia bertemu dengan seorang dosen yang membuat emosinya naik turun ketika mereka selalu bertemu dengan sengaja atau tanpa sengaja.
Muhammad Rafasha Arendra
Seorang dosen yang berumur 24 tahun yang dikenal dengan sifat dingin dan galak tetapi memiliki wajah yang tampan bak pangeran dikerajaan es yang membuat para mahasiswi meleleh dengan ketampanannya. Tetapi hal itu tidak berlaku dengan seorang gadis yang merupakan salah satu mahasiswinya yang dia anggap cerewet dan susah diatur. Bukan hanya itu, gadis itu selalu berani menentang keputusannya dan ia harus banyak bersabar menghadapi perilaku mahasiswinya itu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Angelia Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Pratama
Setelah menempuh perjalanan dari kampus ke rumah Wahyu selama 30 menit, akhirnya mereka sampai dirumah kediaman keluarga Pratama.
Ara turun dari motor sedangkan Wahyu memarkirkan motornya dihalaman rumahnya.
"Sudah, siap. Yuk masuk, Ra" kata Wahyu yang dibalas anggukan oleh Ara.
"Assalamu'alaikum. Ma, aku pulang." kata Wahyu
"Wa'alaikumussalam. Kamu dah pulang, nak. Oh iya, Ara mana? Kata kamu Ara pulang sama kamu," tanya Dina sedikit kesal karena dia tidak melihat Ara bersamanya.
"Assalamu'alaikum, tante" ucap Ara sambil tersenyum kearah Dina.
"Wa'alaikumussalam. Akhirnya kamu datang juga, nak." Dina langsung memeluk erat Ara karena saking rindunya ia dengan keponakan tersayangnya ini.
Wahyu tersenyum melihat pemandangan didepannya. Ia jadi teringat dengan mendiang adiknya. Jika sekarang adiknya masih hidup, mungkin dia akan seumuran dengan Ara sekarang.
"Maaf ya, tan. Aku jarang kesini" kata Ara dengan perasaan bersalah.
"Gak papa sayang, tante ngerti kok. Kamu harus membagi waktu belajar dengan kerja, apalagi sebentar lagi kamu mulai masuk tahap pembuatan skripsi."
"Oh iya, kamu nginep disini, 'kan Ara? Soal kerjaan kamu di butik gimana?" tanya Tante Dina seraya mengelus pelan rambut Ara.
"Tenang aja, Tan. Ara diizinin gak kerja sama atasan Ara selama 3 hari, jadi Ara akan nginap disini," jawab Ara dengan menampilkan senyumnya yang manis.
"Alhamdulillah, jadi tante ada teman dong disini," ucap Dina yang sangat senang sekali keponakannya akhirnya mau datang kerumah.
Ara tersenyum karena Dina peduli dan sayang padanya. Bukan Dina saja, Daniel-Ayahnya Wahyu serta Wahyu juga peduli dan sayang padanya. Andai orang tuanya seperti itu. Mungkin itu hanya mimpi bagi Ara. Ara bersyukur, walaupun hidupnya selalu diberi cobaan oleh Allah, tetapi ia tetap bersyukur karena ia tahu bahwa Allah memberikan cobaan dalam hidupnya tidak melebihi batas kemampuan umatnya.
***
Dikediaman keluarga Pratama
Saat ini keluarga pratama sedang makan malam diruang makan. Tidak seperti hari-hari biasa, makan malam saat ini sangat istimewa karena kehadiran Ara yang sudah lama dinanti kembali.
"Ara, om senang kamu akan menginap disini selama 3 hari. Rumah ini terasa lengkap bila ada kamu disini," kata Daniel yang terlihat senang saat tau bahwa keponakannya--Ara datang dirumahnya dan menginap.
"Iya, Pa. Biasanya kita makan cuma bertiga tapi sekarang berempat karena Ara ada disini," ujar Dina menambahi dengan tersenyum tulus.
Lihatlah keluarga ini, Ara merasa begitu disayangi ditengah-tengah mereka, sampai air matanya tak mau untuk diajak kompromi.
"Terima kasih banyak Om, dan tante karena kalian masih peduli dan sayang sama Ara. Bahkan orang tua kandung Ara sendiri tidak pernah seperti ini sama Ara. Dan bg Wahyu juga sudah banyak menolong Ara, menjaga dan melindungi Ara," ucap Ara dengan rasa yang tulus mengatakannya.
"Kamu tidak perlu berterima kasih, nak. Kami disini sudah menganggap kamu seperti anak kami sendiri," kata Daniel
"Ia, Ra. Abang senang jika kamu selalu tinggal disini. Abang merasa punya seorang adik perempuan yang harus abang sayang dan lindungi," kata Wahyu sambil tersenyum kearah Ara.
"Bahkan setelah kejadian 5 tahun lalu, kalian masih peduli sama Ara. Ara sangat bersyukur karena Ara masih punya keluarga yang sayang sama Ara. Ara pikir kalian akan sama seperti Mama dan Papa."
"Kejadian 5 tahun lalu, tidak akan mengubah kami untuk membenci kamu. Kami yakin bukan kamu yang menyebabkan itu semua karena kami tau Ara kami tidak akan seperti itu," kata Daniel. Daniel Pratama adalah sahabat lamanya Rian Lovandra---papanya Ara. Dia menikah dengan adik kandung dari Sinta Adiya Lovandra---mamanya Ara yaitu Dina Adiya Pratama.
"Memang sampai saat ini belum ada bukti tentang peristiwa itu terjadi, tapi kami akan selalu percaya sama kamu. Lupakan! Kamu harus berusaha untuk melupakan peristiwa itu. Dan jangan pernah beranggapan bahwa tidak ada yang percaya sama kamu, karena masih ada dan banyak orang-orang yang percaya dan sayang sama kamu," tambah Daniel. Daniel sempat tidak percaya apa yang dilakukan oleh Rian. Mengusir anaknya dari rumah atas kesalahan yang belum terbukti benar. Apalagi yang dia usir adalah anak kandungnya sendiri. Entah bagaimana nasib Ara selanjutnya sama sekali tidak dipedulikan oleh Rian dan Sinta.
Flashback on
5 tahun yang lalu
Daniel dan Dina serta Wahyu berlari di koridor rumah sakit sambil menuju ruang UGD. Butuh waktu 5 menit untuk sampai dan akhirnya tibalah mereka. Keluarga Lovandra beserta Mira Lovandra---ibu dari Rian alias neneknya Ara sedang duduk di kursi sebelah UGD sambil menunggu Dokter keluar.
Daniel beserta keluarga pun menghampiri mereka yang sudah dibanjiri air mata.
"Rian, lo yang sabar."
"Makasih, Niel."
"Kasih tau gw kejadiannya, yan. Bagaimana Alya bisa begitu."
"Lo gak tau, Niel. Ini semua karena anak sialan itu."
"Lo jangan menyalahkan Ara. Gw yakin bukan dia yang melakukannya."
"Lo malah membelanya. Daniel, lo nggak tau kejadiannya gimana. Anak itu sudah menusuk Alya dengan pisau."
"Tapi gak mungkin Ara yg melakukannya"
"Terserah, dimata gw dia yang salah karena sudah menyebabkan anak kesayangan gw seperti ini."
"Kak Sinta, apa yang dibilang mas Rian itu benar, Kak?"
"Iya, Din. Rasanya aku menyesal telah melahirkan dia."
"Jangan bilang begitu kak, bagaimana pun juga, Ara adalah anak kandung kalian sendiri."
"Iya, yan. Kami tau Ara itu seperti apa karena kami yang sudah merawatnya ketika ia kecil"
"Semua ini karena kamu! Pembunuh!"
"Kak Sinta! Jangan sebutkan kata itu didepan Ara. Selama ini kalian terlalu sayang kepada Alya yang notabenya anak tiri dibanding dengan Ara. Kalian tidak tau bagaimana sifat Ara sampai-sampai masalah ini kalian salahkan Ara. Jadi, selama Ara belum terbukti bersalah, Kakak dan Mas Rian tidak bisa seenaknya menyalahkan Ara."
"Terserah kalian!!"
Flashback off
Hufft....
Daniel menghela nafas ketika ia mengingat kejadian 5 tahun yang lalu. Bagaimana pun juga itu bukan kesalahan Ara.
Lamunannya buyar dan Daniel pun mengalihkan pandangannya ketika Dina berbicara kepada Ara.
"Mulai sekarang, kamu panggil tante dan om dengan sebutan Mama dan Papa ya," kata Dina sambil mengelus kepala Ara lembut karena posisi duduk Ara yaitu disebelah kanannya Dina. Ara pun terharu mendengarnya. Dia begitu disayangi di keluarga ini disaat orang tua kandungnya mengusir dan sangat membencinya atas kesalahan yang tidak ia perbuat.
"Iya, Ma" kata Ara sambil tersenyum kearah Dina. Dia senang setelah apa yang dilakukan oleh keluarga Pratama hari ini bahkan sebelumnya mereka yang selalu mendukung dan melindunginya. Ara berdoa semoga kebahagiaan ini akan selalu ia dapatkan walaupun hanya sebentar.
Terima kasih, Ya Allah
***
To be continued!
