Kisah masa lalu Ayahnya juga Bundanya terlalu membekas hingga Intan tak bisa percaya pada Cinta dan kesetiaan.
Baginya Kesetiaan adalah hal yang langka yang sudah hilang di muka bumi.
Keputusannya untuk menikah hanya untuk menyelamatkan perusahaan dan menghibur orang tuanya saja.
Jodohpun sama-sama mempertemukan dirinya dengan orang yang sama-sama tak mempercayai Cinta.
Bagaimanakah kisah selanjutnya?
Akan kah Dia mempercayai Cinta dan Kesetiaan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lamaran
Hari itu tiba.
Eyang Hadi datang bersama Reihan juga sekertaris Reihan untuk meminta Intan kepada orang tuanya. Eyang hadi menyampaikan niat baiknya kepada kedua orang tua Intan.
Semua orang Hening.
Tidak ada jawaban.
Ayah Arsya membisu begitupun dengan Bunda Mutia, Jujur mereka masih merasa janggal dengan rencana menikahnya Intan dan Reihan ini, juga sikap arogan Reihan yang membuat mereka tidak yakin.
Eyang Hadi merasa susana mendadak menjadi tegang, dengan diamnya kedua orang tua Intan, Eyang Hadi mulai menangkap gelagat tidak yakin dari sorot mata Arsya saat memandang Reihan cucunya.
Ayah Arsya menarik nafas dalam lalu memandang Intan yang melihat kearahnya tajam lalu mengangguk seolah memohon dirinya untuk bicara.
"Sebelumnya mohon maaf... Saya boleh tau alasan dasar Reihan untuk menikahi putri saya?? " Tanya Ayah Arsya kepada Reihan.
Reihan terdiam jujur dirinya tidak persiapan sama sekali soal jawaban itu, kalau di jawab jujur jika hanya untuk mendapatkan keturunan dan menyenangkan Eyangnya tentu dirinya akan di tolak mentah-mentah.
Hening, semua orang menunggu jawaban dari Raihan, Intan menunggu dengan cemas, takut jika mulut si arogan itu tak terkondisikan dan ceplas-ceplos asal saja.
"Ekhm... maaf Om... Tan..." Reihan memulai dengan sedikit ragu-ragu.
"Sebenarnya Reihan belum mencintai Intan Om... Tan...,tapi Reihan menyukai sikap dan agama Intan... tujuannya tentu untuk menyempurnakan agama saya... " Jawab Reihan pada akhirnya.
"Ish.... bisa..., nyambung sih... masuk jawabannya... kirain tu mulut cuma bisa buat rusuh aja..." Batin Intan
"Kamu Shalat??? " Tanya Bunda Mutia penasaran, dia tak ingin jika suami anaknya tidak shalat.
Reihan makin tersudut, astaga... kenapa kaya pertanyaan di alam kubur gitu sih... pakai di tanya shalat tidaknya... Batin Reihan di tempat lalu mencoba tersenyum dan menganggukkan kepala biar pun shalatnya cuma saat hari raya.
"Serius tu orang arogan gitu bisa shalat??? palingan juga cuma shalat hari raya aja... " Batin Intan menahan senyum mengejeknya.
"Alhamdulillah... " Ucap Bunda Mutia lalu menepuk suaminya untuk memberi jawaban.
"Baik... Eyang Hadi dan Nak Reihan... jawaban atas lamaran yang di berikan ke kami... Kami serahkan kembali pada Putri kami karena putri kami yang akan menjalaninya... " Kata Ayah Arsya lalu memandang Intan.
"Bagaimana Kak??? " Tanya Ayah Arsya.
"Ya Yah... Intan Mau... " Jawab Intan seolah mantap.
"Alhamdulillah.... " Eyang Hadi mengucap syukur lalu memeluk cucunya, karena akhirnya cucunya akan segera menikah.
Setelah lamaran itu di terjadi, kini mereka membahas untuk kapan nikahnya akan dilangsungkan dan resepsi nikahnya akan di laksanakan. Eyang Hadi minta di laksanakan lebih cepat, Reihan juga menyetujui, Intan pun setuju makin cepat, makin cepat pula sahamnya aman dan bundanya juga tidak menanyakan masalah pernikahan terus.
Akhirnya mereka menyepakati pernikahannya di langsung kan 1bulan lagi setelah nikah langsung resepsi pernikahan di langsung kan, untuk gedung di hotel milik Reihan, untuk Ketering dan WO dari Bunda Mutia juga Kak Tya asisten Bunda nya.
Eyang Hadi dan sekertaris pamit undur diri sementara Reihan meminta waktu untuk pergi berdua dengan Intan untuk membahas semua persiapan pernikahan.
"Om... Tan... boleh ijin bawa Intan keluar untuk membahas persiapan pernikahan kami... " Tanya Reihan meminta ijin.
"Kemana?? Ini udah malam loh...?? " Tanya Ayah Arsya.
"Keluar di kafe deket rumah ini kok... Bentar aja... " Mohon Reihan.
"Hmmm bentar... Jangan berdua... " Bunda Mutia tidak setuju dia, tak ingin Intan berduaan bersama Reihan.
"Zea... Zia.... Kean... temani Kak Intan Gih... " Kata Bunda Mutia memanggil adik-adik Intan.
"Asiiiappp... Ciee Ciee... yang mau nikah... " Goda Zea lalu memeluk Kakaknya, Intan hanya tersenyum tipis, andai kalian tau di balik pernikahan ini, mungkin kalian tidak akan pernah tau perasaan Intan saat ini.
Dibelakang Zea ada Zia yang tersenyum bahagia begitupun Kean, Kean langsung menyalami Reihan dan menyapanya.
"Hai... Kakak Ipar... Selamat OTW di keluarga kami... " Kata Kean yang di jawab anggukan dan senyum Reihan.
Mereka semua pun pergi bersama-sama, mereka masuk kedalam mobil Reihan, Intan dan adik kembarnya di belakang sementara Kean di depan bersama Reihan.
***
Di dalam mobil.
"Bang... Kok Abang bisa suka sih sama kak Intan??? " Tanya Zea si paling kepo.
Reihan tersenyum, bingung mau jawab apa, lalu memandang ke depan fokus pada kegiatannya menyetir.
"Bang... Jangan bilang kamu belum ada perasaan sama Kak Intan?? " Kean memandang Reihan dengan tajam.
"Astagaa... mereka cerewet sekali sih... " Batin Reihan.
"Bang Reihan... benar gitu belum ada rasa sama Kak Intan?? kalau gitu Zia tidak terima... Kita tidak rela Bang Reihan nikah sama kak Intan..." Kata Zia, gadis yang terlihat kalem itu ternyata terlihat amat tegas jika sudah berbicara.
"Dek... Kok gitu sih... Mas Reihan itu orangnya pemalu kalau masalah mengungkapkan perasaan... " Kata Intan mencoba mengalihkan adik-adik nya.
"Ckkk Masa cowok pemalu sih??? Gak cocok sama gayanya yang dewasa... Aku pikir Bang Reihan keren kaya Ayah Arsya ternyata gak banget... " Kata Zea dengan pedesnya.
"Sumpah... itu adik-adik Intan nyebelin banget... " Batin Reihan, lalu melirik di kaca depannya mata Intan menatapnya tajam seolah memerintahkan dirinya untuk buka suara.
"Ehm... Wah... kalian lumayan cerewet sekali ya... Bang Reihan suka kok sama Kakak kalian... Suka banget malahan... sampai ngebet pengen buru-buru nikah.... Kakak kamu spesial pokoknya... dan amat berharga... Jadi jangan khawatir melepas kak Intan ke Bang Reihan ya... " Kata Reihan berakting sambil tersenyum semanis-manisnya.
"Iya aset berharga buat masa depan penerus Abang... " Batin Reihan meneruskan katanya.
Intan tersenyum kepada adik-adik nya seolah-olah dirinya begitu bahagia, dengan sikap Reihan kepadanya, bahkan Reihan sampai tidak menyangka Intan bisa tersenyum begitu manis, menambah kecantikan di wajahnya.
Reihan memasuki area kafe, lalu mereka pun turun dan Intan meminta adik-adiknya untuk pergi ke kursi yang lain, sementara Intan duduk berdua bersama Reihan.
Zia, Zea dan Kean duduk agak jauh dari kakaknya dan calonnya, mereka asik mengobrol dan bercanda dengan sesekali melihat ke arah Kakaknya berada.
Di kursi dan meja lain, Intan sedang menatap tajam ke arah Reihan, untung Intan membelakangi adik-adik nya, jadi sikap dan pandangan Intan tidak terlihat dari pandangan adik-adik nya.
"Ckkk kamu tu kalau di depan keluarga aku bisa gak aktingnya yang totalitas.... mereka bisa curiga... "Ucap Intan kesal.
"Ckkk iya iya..., udah yuk kita bahas siapa aja yang mau kita undang, sama kamu mau konsepnya yang bagaimana... kapan kita mau pesan baju pengantinnya... " Kata Reihan malas.
"Semua klien kita... sama teman-teman kita udah itu aja... gak usah terlalu banyak tamunya biar cepat selesai... Gaunnya pakai butik Bunda aja, Biar aku sendiri yang disain... " Kata Intan.
"Keren juga tu cewek, serba bisa..." Batin Raihan sambil mengangguk.
Lalu mereka pun membahas persiapan yang lainnya, kemudian tak lama makanan pesanan mereka datang. Mereka pun makan makanan mereka masing-masing. Sembari makan Reihan sesekali Reihan menatap steak yang di makan Intan.
"Tu anak bisa juga makan dengan gaya anggun begitu, tapi kadang juga nyebelin apa lagi kalau makan sayur mentah sama Pete... bisa gitu berubah-ubah kaya bunglon... " Batin Reihan sambil makan makanan.
"Jangan mandang lama-lama nanti jatuh cinta lagi... Sakit tau jatuh cinta tapi tak terbalas... Akunya udah mati rasa soalnya... " Kata Intan sambil makan tanpa melihat ke arah Reihan, tapi dia sadar dari tadi dirinya di perhatikan.
"Sial... kok bisa tau sih... " Batin Reihan lalu menundukkan kepalanya.
"Kalau Aku bisa jatuh Cinta itu keajaiban! Catat Itu!!! " Jawab Reihan dengan arogan nya.
"Awas aja kalau sampai kamu njilat ludah kamu sendiri... Aku gak tanggung jawab... " Jawab Intan santai sambil tersenyum mengejek.
"Ckkk beli setelan wajah kaya kamu dimana sih?? bisa banget sikap dan ekspresi kamu berubah-ubah..." Kata Reihan kesal sambil menggigit steak nya.
"Ckkk... " Intan tak menjawab hanya berdecak kesal.
***