Apa jadinya jika kamu diajak menikah kontrak oleh seorang pria tampan, kaya, tapi arogan? Apakah kamu mau? Tentu saja tidak ada yang ingin menolak tapi ternyata tidak bagi Serena Ibrahim. Gadis itu menolak karena ia bukan wanita gampangan meskipun ia sudah dikenal sebagai gadis rental.
Bimantara ARS tidak menerima penolakan. Pria arogan itu mempunyai banyak macam cara agar gadis ingusan itu mau menikah dengannya demi sebuah taruhan.
Berbagai macam intrik dan perangkap pun dilakukan oleh pria arogan itu agar bisa mendapatkan apa yang ia inginkan.
Berhasilkah sang CEO arogan? Cuss ikuti, bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 GRCA Parfum Mahal
Serena tergugu. Ijab kabul telah selesai diucapkan oleh seorang pria asing yang baru dua kali ia temui. Entah kenapa ia begitu terbawa suasana padahal ini hanya sebuah nikah kontrak untuk beberapa bulan saja.
"Kamu nangis?" tanya Bima dengan tatapan heran.
Serena cepat-cepat menghapus airmatanya dengan menggunakan punggung tangannya. Ia pun memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Gak usah baper. Pernikahan ini hanya pernikahan kontrak yang akan berakhir sesuai waktu yang aku tentukan. Dengan kata lain, ini hanya permainan belaka agar papa dan mama tidak sewenang-wenang padaku."
Serena menelan salivanya kasar. Kata-kata pria itu benar adanya, jadi kenapa ia harus bawa-bawa perasaan. Ia pun menghela nafasnya berat dan berusaha untuk tetap baik-baik saja.
"Aku tak akan menyentuh kamu karena kamu bukanlah tipeku. Hanya menjadi pasangan yang akur dan bahagia di depan semua orang agar papa dan mama tahu kalau aku juga bisa mandiri." tegas Bima.
"Dan satu hal lagi, kamu harus ingat bahwa aku hanya menyewa kamu karena memang itulah profesimu sebagai gadis rental. Pernikahan ini hanya untuk waktu yang singkat karena aku juga tak mau hidup seatap dengan lawan jenis sampai selesai turnamen itu."
Serena menundukkan wajahnya meresapi kata-kata pria itu. Meskipun sangat kedengaran menohok dan tanpa perasaan tapi sepertinya ia tak akan rugi kalau ia mampu menjalaninya dengan baik.
Bima pun mengeluarkan selembar kertas yang berbalut map plastik berwarna biru ke depan Serena.
"Tanda tangan saja di sini, ini hanya bukti kalau kita benar-benar sudah menikah meskipun tidak resmi secara negara."
"Untuk apa? Kita 'kan hanya main-main bukan? Buku nikah pun tak ada." Serena tampak tak bersemangat mengambil kertas putih itu.
"Hey! Ini penting. Setidaknya papa dan mama bisa lihat kalau kamu sudah aku nikahi secara siri. Jadi mereka tak punya hak untuk mengatur lagi hidupku," balas Bima dengan tatapan tajam.
"Penghulu dan wali nikah kamu juga sudah bertanda-tangan jadi semuanya sudah sah. Nanti setelah turnamen itu aku akan menceraikan kamu tanpa harus ke pengadilan, mengerti?!"
Serena sekali lagi membuang nafasnya berat. Ia tak ada pilihan lain selain mengikuti semua keinginan pria itu.
"Ayo cepetan. Ini udah sore. Setelah magrib kita akan ke sebuah tempat untuk bertemu dengan teman-teman aku. Aku akan memperkenalkan kamu sebagai istriku. Jadi kamu harus tahu caranya bersikap."
Serena pun meraih pulpen yang ada di tangan suami barunya itu dengan tatapan kesal. Setelah itu menorehkan tanda-tandanya di samping nama pria itu, yang baru ia tahu bernama lengkap, Bimantara Arjuna Raka Sastrowardoyo.
"Sudah! Sekarang bawa aku ke rumah sakit dulu. Aku ingin ketemu adik-adik aku. Aku..."
"Gak. Semua urusan di rumah sakit sudah beres. Tim dokter terbaik sudah memberikan perawatan yang sangat maksimal atas perintah aku. Jadi kamu tidak perlu khawatir."
"Ini tentang perasaan pak Bimantara! Aku mana bisa pergi tanpa bertemu dengan mereka hah? Apakah kamu benar-benar iblis yang tak punya perasaan?!"
Bimantara mengerang kesal. Ia tak suka kalau ada orang lain yang mengatakan hal seperti itu padanya.
"Stop! Jangan pernah bilang seperti itu. Atau semua pengobatan adik-adikmu dan korban tabrakan itu akan aku hentikan."
Serena langsung terdiam. Ia jadi takut dan juga khawatir.
"Seharusnya kamu itu berterima kasih padaku. Kita ini cuma main-main ya. Ini hanya karena aku tidak mendapatkan wanita lain yang harus jadi pasangan aku malam ini, jadi seharusnya kamu merasa beruntung."
"Kamu pun tidak cantik sebenarnya dan bukan tipeku banget. Tapi apa boleh buat ini sudah terjadi. Jadi sebaiknya kamu menikmatinya saja."
Serena kembali mengingatkan dirinya kalau ia memang wanita yang beruntung. Airmatanya tiba-tiba saja menyeruak kembali dari kelopak matanya.
"Gak usah nangis lagi agar matamu tidak bengkak. Kamu jadi semakin tak cantik. Dan juga semua orang bilang kalau aku memaksamu padahal itu adalah pekerjaan asalmu sendiri"
Serena berusaha menahan tangisannya meskipun itu sangat berat. Dengan dada naik turun ia pun menatap pria yang ada di hadapannya lantas berucap, "Maaf. Aku hanya ingat ibu sama bapak yang sudah tiada. Entah apa kata mereka melihat aku berada pada situasi seperti ini hiks."
"Paling mereka berterima kasih sama aku yang mau membayar mahal untuk menyewamu untuk beberapa bulan saja."
Serena bagaikan tersengat listrik. Perkataan pria itu begitu melukai perasaannya. Hatinya sungguh sangat sakit tapi ia tak bisa berkata-kata lagi.
Bima pun meraih kertas bermaterai itu dan memasukkannya ke dalam tasnya setelah itu ia meraih tangan Serena dan membawanya ke mobilnya.
Tempat pertama yang akan mereka datangi adalah sebuah salon untuk membuat gadis rental yang ia telah nikahi itu bisa ia bawa bertemu dengan teman-temannya dengan percaya diri.
Di dalam perjalanan itu mereka berdua tak ada lagi yang berbicara. Mereka berdua sibuk dengan pikiran masing-masing.
Hanya isakan tangis Serena yang terdengar mengisi ruangan rubikon berwarna hitam itu.
"Aku bilang jangan nangis! Aku gak suka!" sentak Bima kesal. Sungguh, ia begitu terganggu dengan bunyi isakan gadis itu, belum lagi bunyi ingus Serena yang ditarik lewat hidungnya.
"Bisa diam gak sih! Aku kan gak merkosaa kamu, jadi gak usah nangis kayak gitu!"
"Aku gak mau nangis tapi ini gak bisa berhenti brengsek!" balas Serena tak kalah kesalnya.
"Kalau gitu tutup mulut dan hidungmu pakai tisuu!"
"Tetap gak bisa. Aku bawaannya pengen nangis aja!"
Brrrrr
Bima langsung menghentikan mobilnya dengan emosi tertahan. Setelah itu ia meraih sebuah sapu tangan dari dalam sakunya kemudian menyerahkan benda itu pada istri kontraknya itu.
"Pakai ini. Itu ada parfum mahalnya. Kamu pasti berhenti menangis."
🌺🌹🌺
*Tobe Continued.