Hati Seindah Bunga

"ha..ha..ha.. Wanita atau laki-laki dia kak?. Selera kakak sungguh aneh".

"diamlah. Kakak menyesal telah cerita ke kamu. Pulanglah".

"gitu saja ngambek".

"Sar, apa benar paman mahu nikah lagi?".

"sepertinya papa serius ", bathinnya.

"Sar?!".

"iya!"

"aku tidak berani membayangkan diusiaku sekarang, aku mempunyai sepupu bayi. Kalau kamu masih cocok punya adik bayi".

"aku tidak mahu membayangkannya!. Ayo kak, temani aku ke toko bunga".

"ngapain kesana?", beli bunga untuk calon ibu tirimu ?"

"ngambil bunga untuk kakak. Cepetan nanti bunganya terlanjur pulang".

"e.. Kamu pikir kakak nggak ngerti omonganmu. Bunga yang kamu maksud, sahabatmu itu, kan?".

"kakak memang cerdas".

"pulanglah".

Ngusir nih ?.

"iya ".

"jujur banget. Baiklah, sampai jumpa di rumah. Jangan menyesal kalau ternyata kakak terlambat mengenalnya", Sarah masih membahas Tiara.

"never!".

    Sarah meninggalkan ruangan kerja Andika dengan langkah setengah melompat. Andika terus terbayang-bayang wajah Tiara. timbullah ide yang cemerlang di benaknya untuk memeriksa kamera pengawas dimana mereka bertemu tadi siang".

...****************...

Andika berdiri tepat di tempat Tiara berdiri tadi siang. Tiada satupun kamera pengawas di dekat mereka berdiri tadi. Andika mengamati bangunan ruko-ruko di dekatnya mencari cctv yang mengarah ke arah mereka.

"selamat sore", Andika memberi salam kepada pekerja yang sedang menyapu di depan toko perabot plastik.

"sore, ada yang bisa saya bantu", tanya wanita itu.

"saya sedang mencari seseorang, tadi siang kami bertemu di dekat sini tapi, saya kehilangan jejaknya. Kalau diperbolehkan saya mahu melihat cctv kalian".

"tunggu sebentar saya akan bertanya dahulu kepada bos".

"baiklah, terima kasih ".

"silakan ikuti saya", lanjutnya setelah kembali.

Andika diperlihatkan dari kamera pengawas apa yang terjadi di seberang jalan tadi siang.

"tolong di pause", minta Andika ketika terlihat wajah Tiara.

"apakah dia yang kamu cari?", tanya pria tua, pemilik toko.

"benar ko".

"haiya!. Kalau dia semua orang kenal. Namanya Tiara, kerja di toko bunga indah. Dari sini kamu lurus saja, sampai di ujung belok kanan, sebut saja namanya semua orang pasti mengenalnya".

"terima kasih, ko. Kalau begitu saya permisi dahulu, sekali lagi terima kasih".

"ya..ya..".

Betapa senangnya hati Andika ketika dirinya menemukan jalan terang yang menuntunnya menuju gadis yang membuatnya penasaran.

"permisi, selamat sore", sapanya, memasuki toko bunga indah.

"mahu beli bunga yangmana atau mahu lihat-lihat dahulu " sapa rekan kerja Tiara.

"saya mencari Tiara, saya dengar dia bekerja di sini?".

"benar tapi, sudah dua minggu kak Tiara sudah ditugaskan di lapangan".

"tapi, dia masih sering kemari, kan?".

"iya, setiap hari sekitar jam dua atau jam tiga untuk mengambil bunga atau menyerahkan uang dari konsumen".

Andika merasa selangkah lagi dirinya akan bertemu lagi dengan gadis ksatrianya.

"ok, terima kasih atas informasinya dan maaf sudah mengganggu jam kerja anda".

"siapa dia?, saya mendengar kamu menyebut-nyebut nama Tiara ?", tanya pemilik toko, menghampiri.

"dia menanyakan keberadaan Tiara".

"lain kali kalau ada yang menanyakan Tiara atau rekan-rekan kerjamu lainnya, jangan sembarang membocorkannya. Bagaimana kalau dia berniat buruk", nasihat atasannya

"maaf, bos lain kali saya akan lebih hati-hati ".

...****************...

Sarah memperhatikan Andika yang duduk bersamanya dan pak Roy di ruangan keluarga nampak wajahnya berseri-seri.

"kakak tidak kesambet hantu kunang-kunang, kan?".

"apa-apaan pertanyaanmu itu?", pak Roy merasa aneh.

"soalnya kakak semenjak pulang tadi sore, tingkahnya aneh", jawab Sarah apa adanya .

"Dika, apakah ada hal yang kamu sembunyikan?".

"aku belum bisa cerita sekarang".

"aku baru ingat. Astaga!, jangan jangan karena wanita ksatria itu", tebak Sarah membuat mata Andika memelototinya.

"wanita ksatria apa?", pak Roy tidak mengerti.

"tidak usah dipikirkan, paman".

Bersambung...