NovelToon NovelToon
Hitam Putih Kehidupanku

Hitam Putih Kehidupanku

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Balas Dendam / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Penyesalan Suami
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: inge gustiyanti

Menceritakan tentang seorang wanita cantik yang bernama Quinley. Dia telah jatuh cinta kepada bosnya pada pandangan pertama. Setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya, hubungan mereka menjadi dekat dan ada rahasia yang terkuak sehingga mereka menikah.

Namun tanpa diduga olehnya, dia telah diculik oleh suaminya. Di dalam penculikan itu hidupnya seperti di neraka yang telah membuat dirinya hancur berkeping-keping, hilangnya masa depan dan hilangnya impian dia. Kelamnya sebuah takdir kehidupan yang telah merubah dirinya menjadi seorang wanita tanpa empati dan penuh dendam.

Seperti apakah warna-warni kehidupan dirinya setelah pertemuan pertama dia dengan bosnya?

Bagaimana alur kehidupan dia dan bosnya setelah pertemuan pertama mereka?

Silakan dibaca cerita novel yang dibumbui dengan intrik-intrik kehidupan ☺

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inge gustiyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7, Ruangan Ini

Albern duduk di singgah sananya sambil melamun dengan tatapan matanya yang tajam dan dengan kening berkerut. Pikirannya benar-benar tak bisa tenang semenjak pertemuan dia dengan Quinley di ruang kerjanya dan di sebuah selasar rumah sakit. Sejak itu dia menahan hawa nafsunya untuk menjajah tubuhnya Quinley sampai akhirnya dia melampiaskan nafsunya kepada para j*l*ng.

"Seharusnya hari ini Noah sudah mendapatkan info lengkap tentang anak itu. Sebaiknya untuk sementara waktu, aku cari aja sendiri info tentang anak itu segera mungkin walaupun belum lengkap. Aku ingin dia bisa menjadi boneka seksku secepatnya, " gumam Albern bermonolog.

Albern mengambil gagang telepon, lalu mendekatkan benda itu ke telinga kirinya. Memencet beberapa tombol untuk menghubungi seseorang. Dia melihat pintu ruang kerjanya terbuka yang menampilkan sosok seorang pria paruh baya yang bernama Samuel Horison Smith. Samuel berjalan menghampiri Albern dengan derap langkah yang tegas setelah dia menutup pintu ruang kerja itu.

"Hallo, Pak Jeff tolong bawakan CV milik Nona Quinley dan penilaian dia selama bekerja di perusahaan ini beserta hasil kerjanya," ucap Albern sopan setelah sambungan telepon itu diterima.

"Baik Tuan."

"Tolong segera dilakukan!" titah Albern ketika Samuel menduduki tubuhnya di hadapan Albern.

"Baik Tuan."

"Ada apa Daddy ke sini?" tanya Albern menyelidik sambil menatap tajam ke Samuel.

"Kamu lagi jatuh cinta sama seorang wanita yang bernama Quinley sehingga kamu meminta CV dan hasil kerja wanita itu?"

"Itu bukan urusan Daddy. Daddy mau ngapain ke sini?"

"Daddy mau kasih job ke kamu untuk membangun sebuah proyek hotel dan tempat pariwisata pantai di woolacombe," ucap Samuel tegas.

"Baik Dad, aku terima job itu."

"Tapi dengan syarat."

"Apa syaratnya?"

"Kamu menikah dengan wanita itu."

"Maksud Daddy Quinley?"

"Iya. Sepertinya wanita itu telah menarik perhatian dirimu."

"Nggak usah sok tahu."

"Bagaimana? Kamu terima tawaran Daddy?"

"Baiklah. Kalau boleh tahu, Daddy tahu tentang wanita yang bernama Quinley itu?"

"Iya."

"Memangnya siapa dia Dad?"

"Dia anaknya Tante Quinza."

"Apa!!" ucap Albern terkejut. "Apa jangan-jangan Daddy ikut campur mengenai dia diterima kerja di perusahaan ini?"

"Tidak. Dia diterima kerja di sini karena murni dari usahanya sendiri tanpa bantuan siapapun."

"Apakah dia tahu bahwa aku adalah anaknya Daddy?"

"Tahu, dia sudah tahu soal itu. Ya sudah, Daddy pulang dulu, jangan ingkar kesepakatan kita. Jika kamu mengingkarinya, otomatis proyek itu dibatalkan. Dan jika kalian bercerai, kamu tidak akan mendapatkan warisan sepersenpun dari Daddy

"Huh ...," Albern menghela nafas dengan kasar. "Baik Dad, aku menerima tawaran itu. Kapan mulai membangun proyek itu Dad?" lanjut Albern.

"Setelah kamu menikahi Quinley di hadapan Tuhan dan di catatan negara. Lusa kamu serahkan berkas mengenai proyek itu."

Dengan pernikahan itu aku bisa membalas kematian ibuku. Dia harus masuk ke dalam permainanku dan dia harus menderita. Aku akan memulai permainan itu secara perlahan supaya tidak ketahuan aksi balas dendamku. Setelah dia menjadi istriku, baru aku memperlihatkan langsung aksi balas dendamku.

Ucap Albern di dalam hati.

"Boleh aku kenal dia lebih dulu sebelum kami menikah?" tanya Albern yang sedang memulai aksi balas dendamnya.

"Boleh. Kamu mau perlu waktu berapa lama?"

"Mungkin tiga bulan. Apakah itu lama Dad?"

"Tidak. Tapi kamu tidak boleh menyentuhnya sebelum kalian menikah."

"Baiklah Dad."

Tok ... tok ... tok ...

"Masuk!" titah Albern.

Tak lama kemudian pintu ruang itu terbuka lebar menampakkan sosok seorang direktur personalia yang bernama Jeff. Kef masuk ke dalam ruang kerjanya Albern setelah menutup pintu ruang kerjanya Albern. Albern menautkan telapak tangannya sambil menyandarkan punggungnya. Jefff menghentikan langkah kakinya di samping kanannya Albern.

"Tuan, ini berkas yang anda minta," ujar Jeff sambil menyerahkan dua map ke Albern.

"Taruh aja di meja, setelah itu kamu boleh keluar."

"Baik Tuan."

Tak lama kemudian Jeff menaruh dua berkas itu di atas meja, lalu melangkahkan kakinya ke pintu. Albern mengambil salah satu berkas itu ketika Jeff membuka pintu. Jeff keluar dari ruangan itu ketika Albern membuka map yang sedang dia pegang. Pintu ruangan itu ketutup ketika memulai membaca berkas yang merupakan sebuah penilaian etos kerjanya Quinley dan hasil kerjanya Quinley. Albern menganggukkan kepalanya berulang kali sambil melihat berkas itu.

"Apakah bagus penilaiannya?"

"Sangat memuaskan Dad," jawab Albern senang sambil menutup berkas itu.

"Libatkan dia dalam proyek kita di Woolacombe."

"Tidak bisa Dad," jawab Albern sambil menaruh map itu di tempat semula.

"Memangnya kenapa?" tanya Samuel penasaran.

"Aku tidak mau istriku bekerja. Aku ingin dia fokus mengurus rumah tangga, aku dan anak-anak kami kelak. Aku akan bertanggung jawab penuh atas hidupnya. Lagipula aku tidak mau dia kecapekan. Kalau dia kecapekan, kami susah mendapatkan keturunan."

"Baiklah kalau itu keputusan kamu. Apakah kamu sudah merasa bosan melampiaskan hawa nafsu kamu bersama para j*l*ng?"

"Belum, aku masih sangat menikmatinya."

"Sebaiknya kamu memakai pengaman untuk berhubungan intim dengan para jalang sebelum kalian menikah. Tapi sebaiknya kamu hentikan kebiasaan kamu itu sebelum kalian menikah."

"Aku selalu bermain aman Dad. Untuk soal kebiasaan itu, aku akan mencobanya."

Kringgg ... Kringgg ... kringgg ...

"Aku masih banyak kerjaan?" tanya Samuel sambil melihat Albern yang sedang mengangkat gagang telepon untuk menjawab panggilan interkom itu.

"Iya Dad," ucap Albern sambil mendekatkan gagang telepon itu ke telinga kirinya.

"Selamat siang Tuan, ada Nona Jessica. Dia ingin bertemu dengan anda."

"Suruh dia masuk," ujar Albern datar.

"Siapa yang datang?"

"Jessica," jawab Albern datar sambil menaruh gagang telepon di tempat semula.

"Jessica mantan pacar kamu?" tanya Samuel menyelidik.

"Dia hanya pemuas nafsuku dulu Dad."

"Tapi hubungan kalian seperti orang pacaran."

Tak lama kemudian pintu ruangan itu kebuka. Jessica berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya Albern, lalu menutup pintu itu. Saat ini penampilan Jessica seperti orang kantoran yang sangat elegan dan seksi. Dia mengenakan blazer dan rok mini berwarna merah maroon. Dalaman tank top warna hitam. Tas dan sepatunya berwarna hitam. Rambut ikalnya dikepang perancis dan dihiasi jepitan bunga - bunga.

Sontak James menoleh, lalu berucap, "Ada urusan apa kamu datang ke sini?"

"Untuk menindak lanjuti pembangunan proyek markas baru di Edinburgh," jawab Jessica ramah sambil berjalan menghampiri Albern.

"Biasanya Maxim yang ke sini untuk membahas soal proyek," ucap Albern dengan nada sinis.

"Maxim yang meminta aku untuk melanjutkan bisnis ini."

"Oh ya?! Aku tidak percaya itu. Pasti kamu yang merayunya supaya kamu bisa melanjutkan bisnis ini."

"Hhhmmm, tidak juga," ucap Jessica sambil menduduki badannya di hadapan Albern. "Selamat siang Om," lanjut Jessica ramah sambari menoleh ke Samuel dan mengulurkan tangan kanannya ke Samuel.

"Selamat siang Jessica," ucap Samuel ramah sambil membalas uluran tangan kanannya Jessica, lalu mereka berjabat tangan.

"Kamu ada bisnis apa dengan Maxim?" tanya Samuel sambil melepaskan genggaman tangan kanannya Jessica.

"Proyek pembangunan markas baru kelompoknya Maxim di Edinburgh Dad."

"Daddy pamit pulang," ujar Samuel seraya beranjak berdiri.

Albern hanya menganggukkan kepalanya sebagai respon dari ucapan Samuel. Samuel berjalan menghampiri pintu ruangan itu. Albern menoleh ke Jessica yang sedang tersenyum menggoda ke dirinya ketika Samuel membuka pintu. Albern tersenyum sinis melihat gelagat genitnya Jessica. Albern menoleh ke Samuel yang sudah menghilang dari ruangan itu. Melihat pintu ruang kerjanya ketutup.

"Semua anggota The Eye Devil meminta rancangan dan rincian pembangunan markas itu ditambah dengan beberapa kolam untuk menyimpan ikan piranha dan juga kolam untuk beberapa buaya," ucap Jessica lembut.

"Baiklah, akan aku buatkan rancangan dan rincian dua kolam itu," ucap Albern.

"Apakah rancangan dan rincian pembangunan dua kolam itu bisa selesai besok?"

"Lusa."

"Baiklah, nanti aku bicarakan hal itu sama anggota The Eyes Devil."

"Pembahasan tentang proyek pembangunan markas itu sudah selesai, silakan anda keluar," ucap Albern tegas.

"Bisakah kita ngobrol santai?" tanya Jessica sambil beranjak berdiri.

"Tidak ada yang harus kita bicarakan, aku sedang sibuk."

"Benarkah?" tanya Jessica dengan nada yang sensual sambil berjalan mendekati Albern.

"Iya, kamu mau mencoba merayuku?" ucap Albern sambil melihat Jessica duduk di atas pangkuannya.

"Bisa dikatakan seperti itu," bisik Jessica sensual sambil membelai rahang mukanya Albern.

Jessica langsung menangkup wajahnya Albern dan mencium bibirnya Albern dengan penuh kelembutan. Awalnya Albern tidak menolak ciuman dari Jessica, tapi dia tidak mau terlena. Dia menghentikan ciumannya, lalu mendorong tubuhnya Jessica hingga Jessica melepaskan ciumannya dan tangannya dari wajahnya Albern.

"Minggir kamu! Aku tidak sudi bercumbu dengan wanitanya sahabatku!" ucap Albern kesal.

"Ayolah Albern, kita nikmatin waktu kita berdua."

"Kamu tuli atau bodoh sich! Sekali aku bilang tidak ya tidak!" bentak Albern.

"Aku benar - benar masih mencintaimu, aku tidak bisa hidup tanpa dirimu."

"Tapi aku tidak pernah mencintaimu! Sebaiknya kamu pergi dari ruangan ini!! Jangan sampai aku marah besar!"

"Baiklah aku pergi dari ruangan ini," ujar Jessica sendu sambil beranjak berdiri dari pangkuan Albern.

💐🌷🌹💐🌷🌹💐🌷🌹💐🌷🌹💐🌷🌹💐

Terima kasih sudah membaca novelku yang ini 😊😊😊🥰🥰🥰.

Semoga para readers suka membaca novelku. Mohon maaf bila ada kesalahan dalam novel ini karena novel ini masih jauh dari kata sempurna 😊😊😊.

Dukung novel ini dengan like, komen, kasih vote, kasih bintang lima dan kasih hadiah ya, love you 😁😁😁😘😘😘

1
momy hana
gd
momy hana
ada sedikit celah lah kk autor,hgn smp quinza mati semangat kk
momy hana
tlg lanjut kk,ceritanya menarik bgt, kasihan bgt quinly, apa bnryg lg disiksa ibunya quin
Inge Gustiyanti: maaf kemarin 2 belum sempat update, karena anak lagi sakit ,🙏 . Saya usahakan hari ini update. Terima kasih sudah menyukai cerita novel saya yang ini.
total 1 replies
Inge Gustiyanti
Alur ceritanya jelas dan detail
Alphonse Elric
Terima kasih author! 🙏
Ánh sáng
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
Maximilian Jenius
Update secepatnya thor! Kami sudah tidak sabar ingin tahu kelanjutannya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!