Generasi Awal Klan Pratomo
Kita ke tahun 1900an
Pertemuan GKRM Haryo Pratomo dengan gadis Belanda bernama Carlotta von Hoover sangatlah diluar Nurul. Pasangan beda bangsa dengan kondisi Indonesia masih dijajah Belanda, membuat hubungan keduanya ditentang pihak kerajaan Yogyakarta.
Namun Haryo sangatlah keras kepala. Dia tetap memilih Carlotta sebagai pasangannya. Keduanya diuji saat Haryo diharuskan menikahi seorang gadis ningrat Jawa.
Bagaimana sikap Haryo?
Ini adalah generasi awal klan Pratomo
Jika ada salah sejarah, mohon dimaafkan karena cerita ini fiktif belaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Haryo dan Daniel
Malioboro 1905
Hari Sabtu, menjelang makan siang, Haryo mendatangi kediaman keluarga von Hoover yang terletak di area Malioboro. Menggunakan sepeda onthel merek Steyr Waffenradnya, Haryo datang dengan pakaian rapi khas dirinya. Jas hitam, dasi, kemeja warna putih serta celana panjang hitam. Tidak lupa blankon yang menunjukkan bahwa dia anggota keluarga keraton. Haryo mengadaptasi gaya pakaian ala anak Inggris.
Seorang pria paruh baya menghampiri Haryo dan memberikan hormat kepada pria itu.
"Monggo Ndoro Haryo ..." ajak pria yang bernama Trisno itu.
"Njih pak ..." Meskipun Haryo berdarah priyayi, tapi dia selalu menghormati ke orang yang lebih tua meskipun hanya tukang kebun atau angon jaran ( pengasuh kuda ) di istana. Ibu Haryo selalu mendidik anak-anaknya untuk tetap humble dan paham unggah ungguh.
Haryo pun masuk ke dalam rumah khas bangunan Belanda dengan jendela besar-besar dan di garasi, dia bisa melihat motor Harley Davidson dan Royal Enfield terparkir rapi. Juga ada mobil Buick disana.
Benar-benar anak orang kaya, Carlotta itu.
"Mari Ndoro..." Pak Trisno mengajak masuk Haryo ke bagian ruang makan dan disana dia melihat Meneer Daniel von Hoover dengan wajah khas orang Belanda dengan kumis melintang. Siang itu Daniel mengenakan kemeja lengkap dengan dasi dan celana panjang bewarna khaki lengkap dengan sepatu pantofel bewarna coklat. Trisno pun undur diri setelah Daniel memberikan kode.
"Goedemiddag, meneer von Hoover ( Selamat siang tuan von Hoover )" salam Haryo sambil mengangguk hormat.
Daniel menatap Haryo dari ujung rambut hingga kaki dan menilai bagaimana pria ini, yang dibilang Carlotta, anggota keluarga keraton Yogyakarta, tampak sangat modern meskipun tetap memakai blankon yang menunjukkan bahwa dia salah satu priyayi Jogja.
"Goedemiddag, Raden Mas Haryo.. Cerutu?" tawar Daniel sambil membuka kotak cerutunya.
"Terimakasih..." Haryo pun mengambil cerutu itu, memotong ujungnya dengan gunting khusus dan menerima api dari korek yang dinyalakan oleh Daniel. Haryo mengisapnya dan menghembuskan asapnya. "Cuba, Meneer?" tanya Haryo ke Daniel.
Pria Belanda itu tersenyum. "Juist. Hoe weet je dat ( Benar. Darimana kamu tahu )?"
"Sausnya lebih manis. Saya sudah mencoba cerutu dari Temanggung Indonesia, Inggris dan Belanda. Memang rasa yang dari Cuba lebih manis dari ketiga negara itu..." jawab Haryo.
"Benar. Aku setuju dengan pendapat kamu. Kata Carlotta, kamu diterima bekerja di den Haag. Dimana?" tanya Daniel sambil menyesap cerutunya.
"Yes Sir..."
"Kamu lulusan Oxford?"
"Yes Sir."
"Ambil apa?"
"Arsitektur dan sudah menyelesaikan program masternya juga ..." jawab Haryo apa adanya.
Daniel menatap pria Jawa di sebelahnya yang termasuk tinggi untuk ukuran sebangsanya. "Kamu punya gelar master arsitektur dari Oxford?"
Haryo mengangguk. "Saya ingin memiliki perusahaan arsitek dan kontraktor sendiri suatu saat nanti. Yang saya butuhkan sekarang adalah pengalaman dan Belanda adalah negara yang memiliki tempat untuk saya bisa berekspresi dan eksplorasi kemampuan arsitek saya."
Carlotta benar. Pria ini punya manner dan cerdas.
"Lalu ..." Daniel mempersilahkan Haryo duduk di kursi dekat meja kopi yang berada di bawah jendela besar. Harum bunga melati, mawar dan banyak bunga-bunga disana, terasa semerbak di ruang makan itu. Para pelayan tampak sibuk menata meja makan dan Daniel seolah tidak perduli karena dia tertarik dengan pria ganteng di sebelahnya.
"Kopi meneer? Ndoro ?" senyum Mbok Mar sambil membawakan nampan berisikan dua cangkir kopi.
"Matur nuwun mbok ..." senyum Haryo membuat wanita paruh baya itu tersipu dan tidak menyangka salah seorang anggota keraton Yogyakarta, mau mengucapkan terima kasih dengan bahasa kromo.
"Sami-sami ndoro..." Mbok Mar pun undur diri dan entah mengapa, dia berharap Carlotta bersama dengan priyayi Jawa itu.
"Minum Haryo. Boleh saya panggil begitu?" Daniel mengambil cangkir kopinya.
"Monggo saja Meneer..." jawab Haryo.
"Oh panggil saja Oom Daniel ... Biar enak."
Haryo mengangguk.
Keduanya pun asyik mengobrol tentang berbagai pengalaman Haryo di Inggris bahkan Daniel tampak kagum dengan pengetahuan pria itu soal mobil dan motor. Tahun 1900an awal adalah mulai berkembangnya industri otomotif di Eropa dan Amerika. Dari Daniel, Haryo mendapatkan clue tinggal di den Haag serta beberapa lokasi yang bagus untuk dikerjakan oleh Haryo saat tahu pria itu bekerja di kantor pemerintahan Belanda bidang lingkungan.
Tak terasa hampir satu jam mereka mengobrol dan Carlotta sudah berdiri dengan tangan bersedekap karena ayahnya dan Haryo macam susah dipotong pembicaraannya.
"Makan dulu ! Ngobrolnya nanti !" pendelik Carlotta membuat dua pria beda usia dan beda ras itu tersenyum ke arah gadis cantik yang sedang mode jutek.
Daniel tersenyum. "Iya iya makan ..." Pria Belanda itu pun berdiri dan menepuk pelan pipi putrinya. "Papa berjalan ini ke meja makan. Ayo, Haryo, kita makan siang dulu. Nanti Carlotta ngamuk, susah kita..."
Haryo pun berdiri dan tersenyum ke arah Carlotta. "Maaf, tapi ayahmu sangat asyik diajak ngobrol ..."
Carlotta langsung merangkul lengan Haryo. "Mas Haryo, suratnya super romantis..."
"Masa sih?" Haryo menoleh ke arah Carlotta. Memang saat mereka bertemu di alun-alun, Haryo memberikan surat buat Carlotta.
"Ih mas Haryo nih ... Itu romantis lhooo..." sungut Carlotta.
"Syukurlah kalau memang romantis... Soalnya aku bukan pria romantis..." senyum Haryo.
Di meja makan, Haryo berkenalan dengan Caroline yang langsung suka dengan pria Jawa itu. Pengetahuan Haryo tentang banyak hal di Jogja, membuat Caroline semakin tertarik dengan pria yang katanya sedang ditaksir putrinya.
Tapi memang Haryo cerdas dan tahu manner.
"Jadi ayahmu itu salah satu anggota keluarga Sultan Hamengku Buwono VII dan ibumu salah satu putri Mangkunegaran?" tanya Caroline.
"Benar Tante."
"Kamu sangat ningrat..." kekeh Caroline.
"Nigrat itu hanya gelar yang diberikan manusia untuk membedakan saja tapi sebenarnya semua hakekatnya sama. Kita sama-sama manusia, tidak memiliki kelebihan yang over power ..." jawab Haryo. "Mau kulit coklat, putih atau hitam, semua di mata Allah sama. Tidak ada superior jika kamu sudah mati karena yang dilihat hanya amal ibadah kamu..."
Daniel, Caroline dan Carlotta melongo.
"Mas..." bisik Carlotta. "Bagaimana dengan Chelsea?"
"Kenapa dengan almarhum adikmu?" Tanya Haryo bingung.
"Apakah Nonik baik-baik saja di surga?"
"Carlotta, Oom Daniel, Tante Caroline, Allah itu pasti punya alasan kenapa Chelsea diambil terlebih dahulu karena Allah sayang dia ..." jawab Haryo. "Dia akan menjadi penjaga kalian..."
Caroline dan Carlotta mengsuap air matanya.
"Kalau putri bungsu kami masih hidup, dia pasti akan suka padamu, Haryo. Dia pernah bilang ingin punya kakak laki-laki yang pintar dan kamu pasti akan suka dengan Chelsea..." ucap Daniel sendu.
"Memang Chelsea seperti apa anaknya?" tanya Haryo.
"Oke. Dia mirip aku tapi versi mini. Terus dia bandel, tukang ngeyel, keras kepala dan suka mengatur..." jawab Carlotta.
"Kalau itu memang benar dia mininya kamu karena semua yang kamu sebutkan, kamu semua itu... Addduuuhhh !" Haryo mengusap lengannya yang kena keplak Carlotta.
Tanpa mereka sadari, Nonik tertawa terbahak-bahak melihat kakaknya kena ejek Haryo.
"Aku suka pria ini !" ucap Chelsea senang.
Visual Carlotta dan Chelsea
***
Yuhuuuu Up Pagi Yaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
🌹☕ ❤