Cerita hanya hayalan semata dan tidak menjiplak karya mana pun!
Julia hanya anak miskin yang di nikahi oleh Alan anak nya Juragan karet yang amat sangat kaya, Alan anak ketiga dalam keluarga ini dan semua nya tinggal satu rumah yang amat besar.
Persaingan antara menantu amat sangat ketat, hanya Julia yang tetap apa ada nya karena dia tak punya apa apa dalam hidup ini dan selalu kena marah oleh Warti.
hanya Karto sebagai mertua laki laki yang membela diri nya, bahkan lebih sayang mengalahkan Alan.
Bagai mana kisah mereka selanjut nya?
akan kah Julia larut dalam perhatian dan kasih sayang Karto?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Perut bengkak
Julia rasa nya mumet sekali karena ponsel atau laptop sama sekali tidak ada lagi ia temukan di kamar nya Karto, dia bertugas membersihkan seprai yang kotor itu sehingga ada kesempatan untuk mencari rekaman yang di maksud. bahaya bila sampai ketahuan, namun tampak nya ancaman Karto itu hanya dusta belaka untuk menakuti Julia.
Sebab bisa di bilang dengan teknologi seperti itu pun Karto masih agak kurang paham sehingga rasa nya tidak mungkin ada salinan yang bisa dia buat untuk jaga jaga, Julia berusaha menenangkan hati nya agar tidak semakin resah saja soal bagai mana nanti kalau sampai ada video yang tersebar.
Namun tadi dia pun mendengar bahwa Karto malah mengakui kalau dia tidur dengan salah satu menantu nya, hal itu sudah membuat dia keringat dingin, bagai mana nanti saat sepulang dari rumah sakit dan Karto mengakui bahwa dia tidur dengan Julia. membayangkan saja sudah amat sangat malu, panik juga yang Julia rasakan saat ini.
"Harus nya ku minta juga agar dia tidak bisa bicara." keluh Julia menyesal akan tindakan nya itu.
Tapi nasi sudah jadi bubur dan tidak bisa lagi mau di ubah untuk penyakit ini, tapi Julia ingat dengan Mbah Surip yang serba bisa, maka cepat cepat Julia membereskan kamar agar semua nya nanti bersih lalu dia sendiri yang akan meminta pada Mbah Surip untuk membuat Karto bungkam tidak bisa bicara.
"Kalau aku minta tolong sama Bapak, nanti Bapak malah emosi lagi dan dia bersikeras mau membunuh." batin Julia hapal sifat orang tua nya.
Lagi pula orang tua mana yang tidak marah apa bila melihat anak di buat semena mena begini, padahal sudah baik sekali Julia dengan keluarga suami nya. tapi tetap saja tidak ada balasan, membuat kepala orang tua itu sangat mumet ingin membalas nya seribu kali lipat, hanya karena miskin lalu mereka di buat semena mena begini oleh keluarga kaya.
"Tidak bisa, aku harus pergi sendiri saja agar tidak ada masalah lain." tekad Julia bergegas membawa cucian.
"Mbak, aku mau pergi dulu." Jena kelihatan sudah rapi.
"Loh kok mendadak saja, apa sangat penting?" tanya Julia.
"Mau penting apa enggak itu urusan ku lah, ngapain juga Mbak banyak tanya!" sewot Jena.
"Aku banyak tanya karena yang ada di rumah ini cuma kita berdua saja! bukan cuma kau yang punya urusan!" Julia balas membentak marah.
Jena tampak kaget karena selama ini Julia tidak pernah marah, biasa nya kalau di sindir atau pun di katai langsung dia hanya diam saja dan mengalah. tapi baru sekarang muncul bentakan, lagi pula siapa yang tahan bila terus di tekan dan injak injak, Jena juga sebagai adik harus nya lebih sopan pada Julia.
"Terserah kau mau kemana saja, atau jangan jangan kau mau membuat sesuatu ya?" Julia menatap Jena sinis.
"Apa maksud mu?!" Jena agak kaget juga dengan pertanyaan Julia.
"Yah siapa tau saja kau takut video itu tersebar dan tadi pun Bapak sudah mengaku kalau pernah tidur dengan salah satu menantu nya." pancing Julia.
Mata Jena blingsatan karena sudah di singgung arah kesana, ada rasa takut juga dan terlebih mendadak Julia mengeluarkan ponsel dari saku nya. menunjukan rekaman di mana Jena sedang karaoke dengan dontol nya Karto, membuat wanita ini seketika membeku di tempat.
"Da-dari mana kau dapat video itu?" Jena panik bukan kepalang.
"Tidak penting aku dapat dari mana, kau sebaik nya pikirkan saja agar video ini tidak ku berikan pada siapa pun!" seringai Julia mulai menampakan taring nya.
"Hapus sekarang!" bentak Jena langsung marah karena rasa takut nya.
Plaaaak.
Julia melayangkan tamparan di wajah nya Jena membuat wanita ini kian terdiam saja tidak berani mau ngomong macam macam lagi, Julia yang kalem sudah mulai menampakan taring pertanda dia tidak bisa mau di ganggu gugat atau pun di tindas lagi.
"Mau kau sampai bagai mana pun maka tidak akan pernah ku hapus video ini, bila perlu akan ku berikan pada Selia agar dia menindas mu!" ancam Julia.
"Tolong jangan lakukan itu, aku akan melakukan apa saja untuk mu asal kan kau tidak memberikan pada Selia!" Jena sangat takut.
"Aku tidak perlu kau melakukan apa saja, asal kau tidak mengganggu aku pun itu sudah lebih dari cukup!" tegas Julia berlalu pergi.
"Sialan, bagai mana bisa video itu ada pada dia dan sekarang aku tidak bisa apa apa lagi." batin Jena sangat panik akan nasib nya.
Julia tersenyum penuh kemenangan karena dia bisa membuat Jena bungkam, sebab selama ini pun Jena juga banyak tingkah walau mereka sama sama di benci oleh mertua. Jena masih berusaha agar di lihat oleh mertua nya, apa lagi kalau sedang cari muka dengan Selia yang sebagai ipar paling tua.
...****************...
"Aduuuhh sakit sekali, aku tidak kuat sakit nya!" Karto terbangun saat di jalan menuju kekota.
"Sabar dulu ya, Pak." Ridwan memegang tangan Karto.
"Aku mau ke dukun saja, Wan!" Karto tetap keras mau ke dukun saja.
"Iya nanti akan pergi ke dukun kok kalau sudah pulang dari kota ya." janji Ridwan tidak mau ribut.
"Sakiiitt, aku tidak tahan sakit nya! Aaaaaahh." Karto mengerang keras.
Crooot.
Croooot.
Nanah dan darah berserakan lagi walau sudah di beri kain yang tebal untuk menutupi nya, namun karena jumlah yang sangat banyak membuat nya tidak tertampung lagi alias tumpah kemana mana membuat keadaan mobil sangat kotor dan bau.
"Aaaaaghhh perut ku! perut ku sakit sekali, aaaah!" Karto berteriak terus.
"Kenapa perut Bapak itu, Mas?!" pekik Amir melihat perut Karto.
"Ya Allah, Allahu akbar!" Ridwan sungguh tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.
"Aaaaaghhh sakiiiit!" teriak Karto tambah menjadi.
"Bapak benar benar kena santet ya, ini penyakit santet memang!" Amir pucat dan juga gemetar.
Mulut Karto terbuka lebar nyaris tanpa suara karena rasa perut sampai pada dontol itu semakin tidak karuan rasa nya, perut nya melembung besar melebihi orang yang sedang hamil sembilan bulan. bagian kulit luar sudah retak retak seolah mau pecah, nanah dan darah masih keluar terus.
"Pak istigfar, Pak." bisik Ridwan memegang tangan Karto.
"Ayo sebut nama Allah, Pak!" Amir juga membantu orang tua nya.
Jujur saja mereka memang sudah takut melihat Karto yang mendelik dengan mulut terbuka lebar, karena merasakan sakit yang amat luar biasa pada perut nya itu, seolah perut mau pecah karena terisi oleh sesuatu yang amat besar.
Bab ke empat nih besty, jangan lupa like dan komen nya ya sayang ku.
lanjut thor
lanjut thor 🙏