Cover by me
Namanya Saga Bimantara, perwira tentara berpangkat letnan satu. Ia di jodohkan dengan anak dari komandannya di kesatuan yang bernama Nada queenza rahadi. Tentu saja Saga menerima perjodohan itu di karenakan dirinya juga membutuhkan istri agar sang ibu tidak sibuk menyuruhnya untuk nikah.
Namun di sisi lain Nada—gadis yang akan di jodohkan dengan Saga menolah mentah-mentah perjodohan tersebut, tentu saja dengan alasan dia tidak mengenal Saga lebih-lebih usia pria itu yang sangat jauh di atasnya. Dalam bayangannya pria dengan usia segitu sudah peot, reyot, dan tentu saja dekil mengingat pria itu berprofesi sebagai tentara.
Sampai suatu hari takdir mempertemukan keduanya dalam sebuah insiden yang dimana Nada dalam bahaya yang akan di perkosa para pembegal. Di situlah Saga datang sebagai penolong Nada dan di situlah Nada jatuh cinta pada pandangan pertama ke Saga. Tapi baik Saga maupun Nada tidak tau kalau merekalah yang di jodohkan.
Yuk, baca ceritanya disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Calon suami
Saga kaget melihat Nada menarik tangannya. Mereka bersentuhan dan air wudhu yang selalu ia jaga pun jadi batal.
"Kenalin ini Om... Eh ini letnan Saga calon suami gue" dengan menyebutkan Saga sebagai calon suaminya membuatnya jantungnya dag dig dug der, akh.
Jantungnya cosplay jadi taman bunga dah nih.
Tasya dan Dimas melongo melihat tampang Saga yang bukan main tampannya.
"Dim, ternyata orangnya ganteng banget, pantes si Nada oleng. Gue boleh tikung gak?" tanya Tasya berbisik pada Dimas yang duduk di sebelahnya. Dengan segera Dimas menyentil mulut Tasya dengan gemas.
"Anjir! Ini Bener-bener sugar Daddy nya si Nada gantengnya kelewatan" timpal Dimas.
Dia aja yang cowok bisa segitunya mengagumi Saga.
Mereka akhirnya pun berkenalan.
"Kamu sudah siap makan?" tanya Saga penuh dengan kelembutan membuat Nada tercengang. Mengapa pria menyebalkan super galak seperti Saga berubah menjadi selembut ini?
Fiks, dia lagi ketempelan demit toilet sini dah kayaknya.
Nada menganggukan kepalanya pelan.
"Ya sudah ayo kita pulang" ujar Saga.
"Loh, tapi om kan belum makan?" Nada mendekatkan bibirnya ke telinga Saga untuk berbisik. Dan itu berhasil membuat bulu kuduk Saga berdiri.
Demit kali ah si Nada.
Saga menjauhkan kepalanya dari Nada "saya masih kenyang."
Nada akhirnya meninggalkan kedua sahabatnya disana. "Gue pulang duluan ya bye."
Merekapun pergi memasuki mobil.
"Kenapa kamu tadi pegang tangan saya?" tanya Saga dengan suara galaknya.
Nah kan bener tadi dia kerasukan demit toilet rumah makan Padang. Buktinya balik galak lagi.
"Ya maaf om genting tadi."
"Wudhu saya jadi batal karena kamu."
Nada melongo mendengar ucapan Saga.
"Dia bahkan menjaga air wudhunya. Apalagi kurangnya cowok ini ya Allah?" batin Nada.
Kurang belaian.
"Sekali lagi jangan gitu."
__________________________
Sudah seminggu Nada tidak masuk kuliah semenjak tragedi malam itu dan lagi sibuk ngurusin masalah pengajuannya. Dan hari ini ia akan kembali masuk kuliah.
"Apa?!" pekik Nada yang sedang berbicara dengan papanya lewat panggilan di ponselnya.
"Jangan pergi bawa motor sendiri, nanti kamu kenapa-napa lagi."
"Tapi pa, Nada udah telat ini."
"Papa bakan kirim Saga buat anterin kamu, karena papa lagi sibuk sekarang."
Mata Nada menjadi berbinar mendengar Saga yang akan mengantarnya "dilarang bawa motor setiap hari juga gak papa kalo om Saga yang anterin" batin Nada kesenangan. "Oke deh pa."
Panggilan terputus setelah Nada mengucapkan salam.
Tidak berapa lama terdengar suara ketukan pintu.
Tok! Tok! Tok!
"Pasti om Saga" batin Nada. Langsung berlari membuka pintu.
"Assalamualaikum" salam Saga.
"Waalaikumsalam" senyum bak bulan sabit langsung terbit di bibir Nada melihat Saga sudah berdiri di hadapannya.
"Kamu sudah selesai?" tanya Saga yang di angguki Nada.
"Ayo berangkat."
Saga akhirnya mengantarkan Nada kuliah, sembari mengemudi Saga mulai bertanya-tanya tentang kuliah Nada.
"Kamu kuliah ambil jurusan apa?" tanya Saga.
"Kedokteran om."
"Kenapa milih kedokteran?"
"Karena cita-cita Nada jadi dokter dan almarhum mama juga seorang dokter. Jadi Nada mau kayak mama."
"Udah berapa semester?"
"4."
"Masih lama ya."
Nada mengangguk.
"Saya dengar dari dokter militer di kesatuan kalau jadi dokter itu lama banget pendidikannya. Emang bener?"
Nada mengangguk dan tersenyum senang Saga mau bertanya panjang kali lebar padanya "iya, ada yang sampai 7 atau 8 tahunan lagi kuliahnya. Makannya di fakultas aku banyak yang tua-tua" Nada terkekeh di akhir.
Saga ikut tersenyum.
Wow dia senyum loh ini, sujud syukur Nada.
"Sebar nunggu Nada kan sampai selesaiin kuliah?"
Saga mengangguk. "Insyaallah, saya akan nunggu dan temani kamu sampai selesai."
Nada kembali tersenyum.
Hua... Jantung aman Nada?
"Pasti susah ya belajar ilmu kedokteran?" tanya Saga lagi.
"Gak sih om menurutku. Karena aku suka jadi menurut aku semua gak ada yang susah."
"Setuju sama kamu. Kalau kita suka dan passion kita di situ rasanya semu aman-aman aja gak ada susah. Hebat kamu" puji Saga.
Nada kembali tersenyum mendengar pujian Saga untuk pertama kali pada dirinya.
Nih, om-om tadi pagi bangunnya pasti jatuh dulu dari tempat tidur. Langsung berubah jadi kalem banget.
Mereka akhirnya tiba di kampus Nada. Nada turun dari dalam mobil.
"Nada" panggil Saga.
Nada menoleh ke belakang.
"Belajar yang bener, nanti pulang kuliah saya jemput. Kita mau fitting baju."
Mendengar Saga akan menjemputnya nanti membuat Nada senangnya bukan main di tambah akan fitting baju.
Rasanya Nada ingin punya mesin waktu supaya bisa memutar waktu lebih cepat dan bertemu kembali dengan Saga.
______________________
Nada baru selesai kuliah, ia buru-buru keluar untuk menunggu Saga. Nada celingak-celinguk mencari mobil Saga yang katanya akan menjemputnya.
"Lah, katanya mau jemput tapi kok belum nongol?"
Nada mencari kontak Saga dan menghubunginya.
"Om dimana? Nada udah kel..." Nada Belu. selesai berbicara Saga sudah memotongnya.
"Assalamualaikum" suara Saga terdengar menyindir Nada di seberang sana.
"Hehehehe. Assalamualaikum om."
"Waalaikumsalam."
"Om dimana? Nada udah keluar ini! Panas tauk!" memang benar sinar matahari saat ini sudah berada di atas kepala.
Puanase poll.
"Saya sudah di tempat parkir. Kamu kesini."
"Ya udah, assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."
Nada berjalan ke tempat parkir, ia melihat mobil SUV milik Saga di sana dan langsung menghampirinya.
Tok! Tok! Tok!
Nada mengetuk kaca mobil Saga. Saga pun menyadarinya dan membukan pintu untuk Nada.
"Lama banget kamu selesai kuliahnya?" keluh Saga merasa jenuh menunggu Nada sejak tadi.
"Lah, memangnya om dari kapan nungguin aku?"
"Udah sejam yang lalu. Pasang sabuk pengamannya. Kita berangkat, entar kesorean lagi."
Nada menuruti ucapan Saga dan Saga mulai menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan area kampus Nada menuju butik tempat mereka akan fitting baju.
Di sela-sela menyetirnya, Saga melirik Nada melalui rear-vision mirror. "Kamu sudah makan?"
"Ya belum dong om, kan Nada baru keluar" ucap Nada sambil menyandarkan tubuhnya di jok.
Saga mengambil kotak makan dan memberikannya pada Nada. "Makan itu dulu, mungkin nanti bakalan lama fitting bajunya."
Nada membuka kotak tersebut melihat ayam geprek plus nasi.
"Wah, kapan om belinya?"
"Tadi, pas sekalian jalan mau jemput kamu. Saya yakin kamu gak bakal sempat makan siang nanti, jadi saya belikan itu."
Perhatian kecil ini membuat hati Nada semakin porak-poranda.
"Akh, perhatian sekali om calon suami" batin Nada sambil senyum-senyum sendiri.
Saga melirik Nada lagi ia melihat Nada mesam-mesem.
"Ngapain kamu cengar-cengir?"
"Suka Om aja" gumam Nada dan dapat di dengar oleh Saga.
"Kamu barusan bilang apa?"
Nada membulatkan mata "eh, em, aku... Nada... suka ayam gepreknya aja, iya suka ayam gepreknya" kilah Nada malu.
Saga tersenyum melihat Nada yang salah tingkah.
Akhirnya mereka sampai di butik tempat mereka akan fitting baju.
"Selamat siang mbak, mas. Ada yang bisa saya bantu?" sapa seorang pegawai wanita dengan ramah sambil menatap penuh damba pada Saga.
"Saya ada janji sama mbak Ajeng. Mbak Ajengnya ada?" tanya Saga pada seorang pegawai wanita tersebut.
"Sebentar saya hubungi beliau terlebih dahulu."
Nada mengerutkan keningnya menatap Saga. Pasalnya Nada pernah dengar kalau Saga tidak punya teman wanita. Tapi apa ini? Kenapa Saga kenal dengan pemilik butik?
"Om Saga kenal sama pemilik butik ini?" tanya Nada yang penasaran.
Saga mengangguk "istrinya senior saya."
Nada mengangguk-anggukkan kepalanya paham. Dipikir wanita lain selain dirinya yang dekat dengan Saga.
"Assalamualaikum" salam seorang wanita berhijab syar'i menghampiri Saga dan Nada.
"Waalaikumsalam" jawab keduanya.
"Lettu Saga sudah lama nunggu saya?" tanya wanita berhijab itu.
"Belum mbak, baru 15 menit" jawab Saga, sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan kanannya.
Wanita itu mengkode Saga melirik Nada bertanya wanita yang di bawa Saga ini siapa?
Saga yang mengerti pun langsung memperkenalkannya "oh, iya kenalin mbak, ini Nada calon istri saya."
Nah, mulai makin ambyar dah si Nada yang lemah hati.
"What? Calon istri? Om Saga kenalin aku sebagai calon istri? Uwah... Terbang gue mah terbang" batinnya cosplay jadi burung bangke.
Saga menarik lengan Hoodie Nada yang masih asyik dengan pikirannya sendiri. Ia pun tersadar karena Saga semakin menarik lengan Hoodie nya lebih kencang.
Ia tersenyum canggung "Nada mbak" Nada menjabat tangan wanita itu yang sejak tadi ia ulurkan.
"Saya Ajeng" Ajeng pun tersenyum ramah.
"Wah, pinter kamu let, dapat calon istri cantik banget begini. Keliatan masih mudah lagi."
"Bukan keliatan muda lagi mbak, tapi memang masih muda. Usianya baru 20 tahun" ucap Saga jujur.
Ajeng membulatkan matanya kaget tidak percaya "wah, kamu pelet ya gadis muda ini?"
Saga terkekeh "di pelet gimana sih mbak? Mbak ada-ada aja."
Mereka pun terkekeh. Nada menatap kedekatan keduanya.
"Andai aja Om Saga bisa ketawa lebar gitu sama aku" batin Nada.
Mulai serakah.
Nada akhirnya mencoba baju kebaya untuk acara ijab Kabul. Nada keluar dari ruang ganti, ia memperlihatkan kebaya yang ia kenakan pada Saga.
"Om gimana bagus gak?" tanya Nada.
Saga yang tadinya menunduk memainkan ponselnya kini mendongak melihat kearah calon istrinya yang sudah telihat sangat cantik dengan kebaya itu.
"Masyaallah, Padahal wajahnya belum di poles aja udah keliatan cantik" batin Saga.
Tanpa sadar Saga terpaku dalam kecantikan calon istrinya.
"Om Saga" panggil Nada, karena Saga tidak menjawab pertanyaannya. Dan Saga masih Tidak menjawab.
Ajeng pun menghampiri Saga dan menarik baju Saga membuat Saga tersadar.
"Sebegitunya kamu ngeliatin Nada, sabar. Sebentar lagi juga halal" ucap Ajeng cekikikan di belakang Saga.
Nada tersipu malu mendengar ucapan Ajeng, sementara Saga menjadi salah tingkah sendiri.
klo ke bawahan,biasanya iya..kopraal,atau Pot.