Hai! Kali ini, Novel saya menceritakan tentang seorang gadis Muslimah yang bertemu dengan seorang ketua geng motor yang hampir menabraknya. Bagaimana kisah manis mereka bisa terjalin? Yuk simak kisahnya di sini ya. Jangan lupa kasih dukungan kalian ya. Terimakasih....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Pernikahan Yang Sederhana
"Bapak, Ibu, Syala, ada apa?" herannya bingung. Syana ingin merangkul Bu Syaina namun ditepisnya dengan sedikit kasar. Tubuh Syana sedikit terhuyung dan beberapa senti mundur. Syana sangat heran ada apa dengan mereka yang tidak biasanya bersikap seperti itu?
Pak Syakil, melempar sebuah amplop putih ke hadapan Syana dengan raut muka yang sangat marah. Merah padam seakan tidak terbendung. Syana memungutnya dengan sebagian isi dalam amplop yang sudah tercecer ke lantai.
Syana meraih salah satu yang tercecer, Syana merasa penasaran isi dari amplop putih tersebut. Sehingga Syana tidak sabar ingin segera mengetahui apa sebenarnya isi dari amplop itu.
Syana mulai membuka benda itu yang ternyata sebuah foto. Syana cukup terhenyak dengan apa yang baru saja dilihatnya. Lagi dan lagi semua foto dalam amplop itu dilihatnya dengan jelas dan detakan jantungnya seketika seakan berhenti berdetak. Syana terkejut dengan wajah yang menahan marah dan malu.
Foto-foto itu rupanya foto dirinya bersama Syahdan yang terlihat sedang bercumbu dan berciuman. Nampak belakang dan sisi kiri dengan hasil yang tidak diragukan lagi. Syana dan Syahdan seakan berciuman beberapa kali dan lama.
Syana mendongak dan menatap ketiga orang yang paling dia sayangi. Ibu dan Bapaknya langsung membuang muka dengan benci. Syala juga demikian, dia melengos saat Syana menatapnya sedih.
"Ibu, Bapak, Syana tidak melakukan ini. Ini semua rekayasa dan permainan dia. Syana mohon, kalian percaya Syana. Syana tadi dijebak dan dilecehkan," ucap Syana memberikan pembelaan.
"Jangan membela diri, Bapak sudah tidak percaya lagi sama kamu. Rupanya yang Bapak sangka baik, hanya kedok belaka. Kamu telah mencoreng nama baik keluarga. Sekarang pergi dari rumah ini. Angkat kaki dari sini. Mulai sekarang kamu bukan anggota keluarga kami lagi," tandas Pak Syakil lantang.
"Bapak, kenapa Bapak lebih percaya foto itu? Itu bukan kemauan Syana, Pak. Itu hanya jebakan dia," tunjuk Syana pada Syahdan.
Syahdan mendongak dan menatap kesal pada Syana, dia tidak kehabisan akal untuk memperdaya keluarga cewek tengil yang sekarang sedang sedih memohon pada keluarganya, supaya tidak percaya dengan hasil foto yang dikirimkan orang di amplop tersebut.
"Tidak, itu bukan jebakan saya, tapi kami melakukannya suka sama suka. Dia menyangkal karena kegilaannya selama ini tidak ingin kalian endus. Maka dari itu, mungpung kehamilannya belum membesar, saya minta segera nikahkan kami. Karena kami terlanjur melakukannya dan saling mencintai." Pengakuan Syahdan membuat kedua orang tua Syana dan juga adiknya terbelalak tidak percaya.
"Mbak Syana, apa yang telah Mbak lakukan? Mbak sungguh menyakiti hati kami. Pergi, tinggalkan kami dan jangan perlihatkan wajah Mbak di hadapan Ibu dan Bapak lagi," marah Syala tidak terima kedua orang tuanya disakiti dengan cara dicoreng mukanya dengan kenakalan Syana.
"Tidak, Syal, Mbak tidak sehina itu. Ini semua jebakan. Mbak tidak pernah berbuat mesum dan melakukan hal kotor bersama cowok ini. Ini semua salah paham, Mbak mohon percayalah. Bapak, Ibu, Syana mohon percaya sama Syana." Syana menangis meminta kedua orang tuanya percaya padanya dibanding foto itu.
"Tidak Nak, Bapak tidak ingin lagi mendengar alasan apapun dari kamu. Foto itu dan pengakuan anak muda ini cukup membuktikan bahwa kamu telah melakukan perbuatan itu. Pergilah, Bapak akan mengurus semua syarat pernikahan kalian. Tunggu empat atau lima hari lagi, kalian akan kami hubungi. Tapi untuk saat ini, jangan tampakkan mukamu di hadapan kami. Kami sudah cukup kamu kecewakan. Kami sangat kecewa padamu." Pak Syakil sama sekali tidak mau mempercayai pengakuan Syana.
Pak Syakil dan Bu Syaina terlanjur yakin dengan foto dan pengakuan Syahdan yang dengan lantang mengakui bahwa keduanya telah melakukan perbuatan yang lebih jauh sehingga mereka harus segera dinikahkan.
Syana terduduk lemas di hadapan kedua orang tuanya dan juga Syala. Sia-sia selama ini kesuciannya dia jaga jika kedua orang tuanya tidak percaya bahwa dia masih mampu menjaga kesuciannya. Namun alasan apapun dari mulut Syana, semua sia-sia. Kedua orang tua Syana tetap percaya dengan apa yang dilihatnya di foto serta pengakuan Syahdan yang begitu frontal.
Syana dibawa pergi keluar dari rumah kedua orang tuanya oleh Syahdan. Meskipun berontak, tapi sia-sia. Luka hati Syana kini menganga, namun tidak ada tempat lagi untuknya mengadu dan berlari, karena Syahdan memegangnya dengan erat tangan Syana sehingga Syana tidak bisa kabur.
Lima hari kemudian, Syala menghubungi Syana bahwa hari ini persyaratan nikah antara Syana dan **Syahdan Syaehdar** telah lengkap dan mereka sudah bisa menikah di kediaman Syana.
"Saya terima nikah dan kawinnya **Syana Syakila** binti **Syakil Syabana**, dengan Mas kawin seperangkat alat sholat dan emas 20 gram, dibayar tunai." Pengucapan ijab qabul yang keluar dari bibir Syahdan sangat lancar dan khidmat, sekilas Syahdan seperti seorang pengantin laki-laki yang sangat mencintai Syana. Namun kenyataannya tidak. Syakil akan memanfaatkan Syana yang selama ini sudah membuatnya sakit hati dengan menghinanya sebagai 'sampah masyarakat'. Syahdan merasa ucapan Syana adalah suatu hal yang harus dipertanggung jawabkan. Sehingga Syahdan berani membalasnya dengan sebuah pelecehan.
"*Siap-siaplah tinggal di neraka bersamaku cewek tengil. Meskipun secara agama dan negara pernikahan kita sah, tapi aku tidak akan memperlakukanmu dengan semestinya*," batinnya bertekad busuk.
Setelah sah menjadi suami istri, tidak ada jamuan makan seperti layaknya pernikahan biasanya. Pengantin sederhana ini bahkan setelah Pak Penghulu pergi, dengan tanpa rasa iba langsung diusir oleh Pak Syakil. Meskipun mereka sudah sah menjadi suami istri, namun Pak Syakil terlanjur sakit hati karena perbuatan hina yang dilakukan anaknya.
Dengan berat hati dan sedih yang mendalam, Syana terpaksa angkat kaki dari rumah orang tuanya dengan membawa luka yang mendalam. Syahdan membawa Syana dengan Repsolnya menuju apartemen sederhananya. Nasib baik Syahdan memiliki tempat tinggal walaupun hanya apartemen sederhana, semua dia beli dari hasil balapan liar yang selalu dimenangkannya.
Tiba di apartemen yang berada di lantai lima, Syana sempat terkejut dengan keadaan apartemen yang hampir menyerupai gudang kosong, sebab di sana-sini terbentang jaring laba-laba. Ruangannya berdebu dan kotor. Syana merasa jijik dan yakin tidak akan bisa tidur di tempat yang sekotor ini.
Syahdan diam-diam memperhatikan sikap Syana yang merasa risih dan jijik dengan keadaan apartemennya. Dia tahu, apartemen ini jarang dibersihkan dan dia sebagai laki-laki memang malas bersih-bersih terlebih dalam keadaan terusir dari rumah, Syahdan kehilangan mood baiknya.
"Awwww, kecoa masuk, jangan masuk, keluar, keluar," jeritnya seraya menggosok-gosok kakinya yang kemasukan kecoa yang tiba-tiba loncat dan masuk. Syana berlari-lari dan menepis-nepis karena kecoa itu sangat geli, sehingga saking gelinya Syana spontan meminta bantuan Syahdan dan tiba-tiba memeluk Syahdan dari belakang.
"Kak Syahdan, tolong Syana. Kecoanya masih ada di dalam, geli," ucapnya berkaca-kaca dengan tangan memeluk erat punggung Syahdan meminta pertolongan.
sya sya semua siih...
typo kan tuuu..
harusnya Syila sama Sailendra..
lucu kayaknya...
Syana, shaina, syalala syahdu
semangat