Ketika takdir merenggut cintanya, Kania kembali diuji dengan kenyataa kalau dia harus menikah dengan pria yang tidak dikenal. Mampukah Kania menjalani pernikahan dengan Suami Pengganti, di mana dia hanya dijadikan sebagai penyelamat nama baik keluarga suaminya.
Kebahagiaan yang dia harapkan akan diraih seiring waktu, ternoda dengan kenyataan dan masa lalu orangtuanya serta keluarga Hadi Putra.
===
Kunjungi IG author : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Suami Pengganti
Kania mencengkram erat tali tas yang menilang di tubuhnya. Penampilan dia saat ini sangat kontras dengan kondisi tempat yang dia datangi. Hotel yang terlihat sangat mewah dengan pelayanan executive, Kania yakin ini adalah hotel berbintang lima istilah yang sering dia dengar.
“Mari, Nona,” ujar seorang pengawal, mempersilahkan Kania lebih dulu masuk ke dalam ruangan kontak persegi yang bisa membawanya naik atau turun menuju lantai berbeda.
Baru kali ini Kania berada di tempat mewah seperti itu dan kalau tidak ada rasa malu, sepertinya dia ingin berdecak kagum sambil menatap sekeliling.
Kania berjalan sesuai petunjuk dari dua pengawal yang mengikuti langkahnya dan tiba di salah satu kamar.
“Silahkan masuk, Nona,” ujar seseorang yang membuka pintu.
Kania pun melangkah masuk dan lebih tercengang lagi. Dia berada dalam sebuah kamar tapi suasana kamar tersebut seperti rumah pada umumnya. Ada sofa mirip dengan living room, ruang makan, pantry juga ada pintu yang Kania yakin itu adalah kamar. Bahkan ada balkon, dimana terdapat private pool.
Sudah ada dua orang pengawal dalam kamar tersebut, bertambah dengan yang menjemput Kania. Belum lagi seorang yang tadi membuka pintu sepertinya seorang pelayan.
“Aku tidak suka yang ini, rasanya agak panas,” seru seseorang keluar dari kamar.
Elvan, dia adalah Elvan calon suami Kania. Elvan ke luar kamar diikuti oleh seseorang yang bertugas menyediakan kostum. Elvan menatap ke depan dan mengernyitkan dahi saat tatapannya mengarah pada Kania. Pria itu menghela nafasnya, melihat penampilan Kania yang hanya mengenakan celana jeans dengan atasan kaos putih bahkan kakinya hanya beralaskan sandal.
“Papa pasti bercanda,” gumam Elvan masih tidak terima dengan Kania yang akan menjadi istrinya.
“Owh, ini nona Kania ya,” seru wanita yang akan merubah penampilan Kania.
Kania hanya tersenyum.
“Ayo ikut, Tuan Elvan udah beres kok.”
“Beres apa, ini masih nggak enak,” keluh Elvan.
“Halah, itu bisa-bisanya kamu aja. Ayo.” Tangan Kania ditarik menuju kamar.
Tidak sampai empat puluh menit, akhirnya Kania keluar dari kamar sudah berbeda penampilan. Elvan yang duduk di sofa menyilangkan kaki menoleh dan mengernyitkan dahinya.
Kok beda sih, apa memang beda orang? Kalau dia bisa secantik ini kenapa tadi buruk rupa, batin Elvan.
“Woi ngedip.”
Elvan berdecak.
“Seharusnya aku nggak pakai kamu untuk urusan ini,” ujar Elvan pada wanita yang berprofesi sebagai MUA dan sepertinya teman Elvan karena berani memerintah dan mengejek pria itu.
Kania yang mengenakan setelan rapi seperti Elvan dengan tatanan rambut di gerai dan ujung rambut dibuat bergelombang serta polesan make up, diminta duduk di samping Elvan. Mereka akan melakukan pemotretan untuk publikasi berita.
Keberadaan Kania di sana, belum selesai. Dia masih harus dua kali berganti busana dan gaya rambut menyesuaikan jenis busana yang dikenakan. Spot foto dengan latar kolam renang dan desain interior dari kamar tempat mereka berada. Kania terlihat canggung harus berdekatan dengan Elvan ketika pengambilan gambar, membuat putra Yuda itu gemas sendiri lalu menarik kedua tangan Kania agar menempel di dada Elvan sesuai arahan fotografer. Karena ulah Elvan, Kania menatap pria itu begitu pula sebaliknya dan ternyata mendapatkan hasil gambar yang sempurna.
Menjelang sore, kegiatan baru saja selesai. Elvan langsung hendak meninggalkan kamar.
“Tuan Elvan, lo mau kemana? Ini Nona Kania gimana?”
“Dia bisa diantar bodyguard, nggak harus aku yang anter,” sahutnya langsung beranjak pergi.
...***...
Esok pagi, Kania baru saja mengerjapkan matanya lalu tangannya meraba nakas mencari ponsel yang semalam dia letakkan di sana. Ada pesan dari Adam yang mengirimkan sebuah link, yang akhirnya Kania mengeksekusi link tersebut dan ternyata pemberitaan pernikahannya dengan Elvan.
“Kania, hidupmu akan lebih berat setelah ini,” gumamnya.
Kania baru saja turun dari angkutan umum dan berjalan menuju toko bunga milik Adam, di mana toko itu sudah ramai.
“Tumben udah ramai, banyak orderan bisa-bisa aku lembur terus,” keluh Kania yang sedang malas dan tidak bersemangat.
“Mbak Nia,” teriak seseorang.
Kania menoleh.
“Dea,” ucapnya. Dea adalah salah satu pekerja di Adam Flower sama seperti Kania. “Kamu kenapa, kayak habis berlari?” tanya Kania yang melihat Dea mash terengah sambil membungkukan badannya.
“Aku memang habis lari, cari Mbak Nia. Kak Adam larang Mbak Nia ke tokor,” ujar gadis itu lalu menarik tangan Kania yang menoleh ke arah toko Adam.
“Loh kenapa?” tanya Kania sambil berjalan cepat mengikuti langkah Dea.
“Ikut dulu,” ujar Dea lagi.
Mereka berhenti ruko yang berada agak jauh dari lokasi, berada di salah satu warung bubur ayam yang terkenal di sana.
“Kita sarapan dulu Mbak, sambil nunggu Kak Adam.”
Kania bersedekap menatap Dea yang menikmati bubur ayamnya. Masih belum mengerti mengapa dia dibuat menjauh dari toko padahal jelas sedang ramai. Tidak lama ada motor berhenti dan ternyata itu Adam.
“Ini ada apaan sih?” tanya Kania.
Adam duduk di sampingnya lalu berdecak.
“Gara-gara lo, itu tadi toko gue penuh wartawan pada nyariin lo. Kayaknya karena berita pernikahan lo sama anak orang kaya itu.”
“Hah, masa sih?”
“Iya kali gue bohong.”
Adam melarang Kania ke tokonya lalu mengantarkan gadis itu kembali ke rumah kost dan sesampainya di sana ada dua orang pengawal keluarga Elvan yang baru saja tiba. Mereka ditugaskan menjaga Kania sampai hari pernikahan.
Hari itu pun tiba. Sejak semalam Kania sudah berada di hotel di mana akan dilaksanakan pernikahan Elvan dan Kania. Yang semula hanya akan ada pelaksanaan akad saja ternyata menggelar resepsi juga. Seminggu kemarin, Kania sudah merasakan tidak nyaman hidupnya mulai diatur dan banyak hal yang tidak bisa dia lakukan.
“Mana calon mantuku?” terdengar suara seorang wanita yang membuyarkan lamunannya.
“Wah, cantiknya,” seru wanita itu. “Ini sih Elvan pasti bisa cepat lupakan Alexa. Kamu sabar dulu ya, awal-awal pasti berat tapi kalau udah bisa menaklukan para pria itu akan bucin sama kita.”
Kania hanya tersenyum.
“Ayo, ikut Mami. Akadnya akan dimulai.”
Kania di gandeng oleh Mami Elvan memasuki ruangan yang akan dilangsungkan proses ijab qabul. Sudah ada Elvan dan kursi yang masih kosong di samping pria itu yang jelas akan ditempati oleh Kania. Ada percakapan yang menanyakan kesiapan dan lain-lain tapi Kania hanya menundukkan wajah. Hari ini sebenarnya sangat dinantikan oleh Kania, karena dia akan menjadi seorang istri. Namun, bukan dengan calon suami yang sekarang duduk di sampingnya.
Seharusnya dia menikah dengan Bayu bukan Elvan. Saat tangan Elvan sudah menjabat tangan sang penghulu yang berperan sebagai wali nikah Kania karena sudah tidak mempunyai Ayah, air mata Kania menetes.
Abang, apa harus ini yang aku lewati. Aku tidak mencintainya, dia hanya suami pengganti, batin Kania.