Eirene, seorang model ternama, karena kesalahannya pada malam yang seharusnya dapat membuat karirnya semakin di puncak malah menyeretnya ke dalam pusara masalah baru yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya, menjadi istri seorang tentara marinir.
Rayyan, anak kedua dari 3 bersaudara ini adalah seorang prajurit angkatan laut marinir berpangkat kapten, bukan hanya sederet prestasi namun setumpuk gelar playboy dan keluarganya turut melekat di belakang namanya. Tak sangka acara ulang tahun yang seharusnya ia datangi membawa Rayyan menemui sang calon penghuni tetap dermaga hati.
"Pergilah sejauh ukuran luas samudera, tunaikan janji bakti dan pulanglah saat kamu rindu, karena akulah dermaga tempat hatimu bersandar, marinir,"
-Eirene Michaela Larasati-
"Sejauh apapun aku berlayar, pada akhirnya semua perasaan akan berlabuh di kamu, karena kamu adalah dermaga hatiku."
-Teuku Al-Rayyan Ananta-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. IJIN BERTUGAS
Malam itu Rayyan tak berhasil membujuk umi. Ia menghirup nafas dalam-dalam, malam ini ia benar-benar menginap di rumah umi.
Suara dering telfon berbunyi nyaring di kala subuh.
"Hallo!"
"Siang ini? Siap ndan, laksanakan!" Rayyan langsung mengganti koko dan sarungnya dengan seragam loreng dan terburu-buru memakai arloji.
Pintu kamar terbuka, pemandangan pertama yang dilihatnya adalah abi Zaky yang duduk di meja makan dan umi Salwa yang sedang mengaduk kopi sambil menyiapkan sarapan dibantu asisten rumah tangga.
"Mau kemana Ray?" tanya abi.
"Bi, mi--- Rayyan ada panggilan tugas di luar. Mungkin untuk beberapa lama, minta do'anya biar lancar dan selamat sampai kembali,"
"Sarapan dulu," pinta Salwa, bagaimana pun dan apapun masalahnya Rayyan adalah anak tersayang.
"Iya mi, Ray sarapan dulu." Ia menurut dan menarik kursi, dengan tenaga kuda ia menyelesaikan makan paginya, sudah tak aneh jika Al Fath dan Rayyan adalah anggota keluarga yang paling cepat dalam melakukan apapun termasuk makan, karena mereka memang sudah terlatih seperti itu di akademi militer.
"Mi, abi--Ray berangkat dulu, assalamualaikum!" pamitnya.
"Iya, waalaikumsalam."
Sebelum benar-benar ke markas Rayyan membelokkan dahulu kendaraannya menuju apartement mewah milik Eirene.
Ia turun dari sana menanyakan unit yang ditinggali oleh Eirene pada security, lalu ia berjalan menuju lift memencet tombol lantai 9.
Bel berbunyi beberapa kali, sepertinya penghuni unit ini masih berada di alam mimpi.
Setelah sekitar 10 kali Rayyan memencet bel, seorang pria manis membuka pintunya. Rayyan mengernyit melihatnya dari atas sampai bawah.
"Bang Ray?!" ia keluar dengan piyama kodok hijau selutut menampakkan bulu kaki lebat layaknya orang utan dan rambut panjang sebahu yang digerai plus penutup mata yang bertengger di atas jidat, dengan mata yang masih menyesuaikan dengan cahaya lampu.
"Honey, ekhemm--" Rayyan berdehem, rasanya amsyong saja memanggil pria ini dengan kata honey tapi ia tak tau siapa nama honey sebenarnya. Tenggorokannya serasa disiram dengan api dunia.
"Eirene?" tanya nya.
"Ada, masuk dulu deh bang!" pintanya melebarkan pintu apartement.
"Jam berapa sih ini?!" honey bermonolog mencari tombol lampu untuk melihat jam.
Cetrek!
"Ha?! Ya Allohh--ya Alllohh--ya Allohhh, gue kira udah jam berapa, masih jam setengah 6! Ngga kurang pagi kesininya bang?!" seruan bernada sindiran honey hampir hilang di gawang pintu kamar, Rayyan mendengus tertawa menuju sofa dengan mata yang meneliti setiap inci unit apartement Eirene, foto sebesar-besar banner rapi menggantung di dinding ruang tamu menampakkan Eirene yang berpose dengan anggun nan sexy memakai gaun malam sebuah brand pakaian ternama dunia Hernes. Di sudut kanan dekat sofa air purifier dibiarkan menyala membuat udara disini terasa begitu bersih, AC yang tertempel dekat tv berlayar besar dan semua yang ada disini tertata begitu rapi tanpa ada debu atau sampah sedikit pun. Belum lagi pengharum ruangan yang selalu menyemprotkan wewangian setiap beberapa puluh menit sekali, berasa duduk di taman surga.
Apakah Eirene akan bisa hidup diantara lingkungan yang dapat menjungkir balikkan kehidupannya? Rayyan tersenyum miris.
Sosok gadis yang masih memejamkan matanya keluar dengan pakaian minim, memang benar--gadis ini bangun tidur saja tetap cantik.
"Jam berapa sih ini, aduhhh!" Eirene menyipitkan dan mengintip ke arah jam di dinding.
"Baru juga jam setengah 6 astaga! Udah lah suruh balik aja, ntar siangan kesini lagi, gue masih ngantuk honey!" gerutunya mencoba kembali ke kamar.
"Eirene! Waktu saya sangat sempit. Siang saya harus sudah terbang ke Su riah!" ucapnya lantang menghentikan langkah Eirene di ambang pintu ruang tamu dimana Rayyan masih duduk tegap dengan seragamnya.
Gadis ini mengusap wajahnya, "ya udah bentar cuci muka dulu!" ijinnya ke kamar mandi.
Gadis ini duduk begitu saja di sofa single samping sofa Rayyan.
"Ada apa pagi-pagi buta udah kesini?" tanya nya meneguk segelas air mineral.
"Honey!!! Ini pure bukan airnya?"
"Iya babyyyy!" teriak honey.
Rayyan menyunggingkan senyumnya getir, untuk biaya minumnya saja sudah berapa selama sebulan, "memangnya kalo bukan pure ngga bisa?" tanya Rayyan, Eirene menggeleng, "takut alergi!" jawabnya polos membuat Rayyan tertawa, "terus kalo menikah dengan saya yang gajinya mungkin hanya mampu beli air galon isi ulang saja bagaimana?"
"Ah masa gaji kamu sekecil itu? Tentara bukannya taruhan nyawa ya? Masa iya negara cuma kasih bayaran ngga lebih gede dari uang air minum sama garam dapur doang?!"
"Nanti kamu rasakan saja sendiri," jawab Rayyan, ada rasa getir namun juga bagi jiwa petualang cinta sepertinya suatu tantangan merubah diri angkuh dan manja Eirene, menunjukkan padanya jika dunia terlalu kejam untuk sebagian ras.
"Saya akan terbang ke Suri ah siang ini, dan mungkin tak akan bisa dihubungi untuk beberapa lama. Saya juga sudah bicara dengan keluarga saya, nanti sepulang saya dari dinas luar kamu bersiap-siap buat ketemu keluarga saya."
"Abang Ray mau tugas di luar?! Oleh-oleh ya bang!!!" teriak honey yang ternyata menguping.
"Mau ngapain di Suri ah? Mau perang?!" tanya nya dengan kernyitan di kening.
Rayyan hanya mengulas senyuman, "seperti kata kamu, bertaruh nyawa!" tangannya mulai berani menyentuh pipi Eirene dan mengusapnya, saking ia penasaran dengan kelembutan pipi yang kalo dilihat seperti lembut layaknya sutra.
Kini ia bisa pergi dengan tanpa menyisakan rasa penasaran yang menggantung di dada karena sudah tau kadar kelembutan pipi Eirene, "buat bekel!" ucapnya terkekeh.
"Bekel apa?" Eirene mengerutkan dahi.
"Bekel inget calon istri!" lanjutnya bangkit dari duduk.
"Be go! Kirain bekel apa, kalo bekel tuh kaya gini!" dengan tanpa di duga, gadis ini mencondongkan wajahnya ke arah wajah Rayyan, bagi Eirene tak perlu mendongak atau berjinjit karena ukuran tingginya yang sama dengan Rayyan.
Cup!
Si gadis cantik nan wangi ini begitu berani mengecup pipi Rayyan, baginya mungkin ini hanya hal biasa di Paris sana. Tapi bagi Rayyan, bisa-bisa ia panas dingin dan membatalkan dinasnya untuk langsung membawa Eirene ke KUA secepatnya.
"Oh oke. Kalo gitu saya pamit dulu!" Rayyan beranjak dengan kondisi hati yang sudah berdegup kencang seperti sedang menabuh genderang perang.
"Bang Ray! Hati-hatiiii!" Honey berlari kecil dari arah dapur ingin menyerbu abang perwira dan memberikan cipika cipikinya namun Rayyan menjauhkan dirinya dari manusia amfibi ini.
"Maaf!" ucapnya. Eirene tertawa tergelak melihat honey manyun karena penolakan Rayyan, sontak saja dihadiahi jitakan dari honey.
"Aduhhh!" tawanya kembali pecah.
"Abang Ray ihhh, sebel deh honey!"
"Dipikir ini om Louwis?! Yang mau-mau aja loe cipoxxx?!"
"Usia kamu berapa honey?" tanya Rayyan.
"Sebenernya sih masih 26, belum fix 27 abanggg!"
"Jadilah pria sejati honey, kalau ada waktu main ke asrama biar kenal sama cowok sejati!" ajak Rayyan, Eirene malah tergelak, ha-ha-ha, dia udah bengkok dari lahir!"
"Saravvv!" suara menggeram honey pada Eirene.
"Utututu! I love you honey!" Eirene mencubit gemas pipi honey dan mengalungkan lengannya di pundak honey.
"Banyak tentara kaya abang dong yang ganteng-ganteng macho?!" tanya honey berbinar.
"Banyak!" Rayyan terkekeh usil, ingat kedua personel trio ubur-ubur.
"Nanti saya kenalkan dengan rekan-rekan saya,"
"Aaaaa! Mauuuuu!" teriaknya membuat lovely mendorong kepalanya keras, "mereka yang ga akan mau!"
"Eirene, saya pergi dulu!" ucapnya pamit.
"Iya, hati-hati!"
Suasana sinkron mulai terjalin diantara Eirene dan Rayyan. Gadis itu mulai bisa tersenyum penuh arti melihat kepergian Rayyan. Baru kali ini ia menemukan lelaki se gentle Rayyan, benar-benar definisi gentle!
.
.
.