Erina yang masih belum bisa melupakan Bima, memutuskan untuk liburan ke kota romantis di Negaranya. Tidak disangka di kota itulah awal pertemuan Erina dengan Arga.
Karena masalah ekonomi keluarga, Erina hampir menikah dengan duda kejam yang tak lain adalah seorang rentenir.
Pertemuannya kembali dengan Arga telah membuat hidup Erina berubah drastis. Arga tidak hanya menolong keluarganya tapi juga mengajak Erina menikah.
Dengan tujuan balas budi, akhirnya dengan terpaksa Erina menyetujui untuk menikah dengan Arga.
Bagaimana nasib pernikahan mereka? Bertahankah atau hanya seumur jagung? Penasaran, yuk ikuti cerita selengkapnya.
Ig : nafasal8
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafasal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikahlah Denganku!
Erina tampak tak tenang, bolak balik melihat jam tangannya.
Kenapa aku gelisah seperti ini sih, padahal ini kan pertemuan yang tak seharusnya terjadi. Kenal saja enggak.
gumam Erina dalam hati.
Erina tak mengerti dengan perubahan hatinya. Entah karna banyaknya masalah yang dihadapinya membuat dia tidak bisa berpikir jernih.
"Aku balik duluan ya." pamit Erina kepada teman-teman kerjanya yang masih sibuk dengan pekerjaannya masing-masing
"Eh, iya Rin. Hati-hati dijalan ya." teman-teman menyahutinya.
Aku masih ada waktu untuk mandi dan berganti baju, dan tidak mungkin kan aku bertemu laki-laki aneh itu dengan baju seperti ini. Bisa-bisa dia mengatai ku tak ada habisnya.
gumam Erina bergegas pulang ke kosnya.
***
Entah sihir apa yang dilakukan laki-laki aneh itu, Erina seolah menurut untuk menunggunya di taman sebrang jalan.
Mobil mewah berhenti tepat di depannya. Seorang laki-laki memakai baju rapi dengan lengkap jas dan dasi, berjalan menghampiri Erina. Erina celingukan, menoleh ke kanan dan ke kiri meyakinkan bahwa laki-laki ini tak salah orang.
"Nona Erina, silahkan ikut saya." laki-laki itu adalah sekertaris Sam, orang kepercayaan Tuan Arga.
"Apa anda tidak salah orang? Memang benar sih aku sedang menunggu orang. Tapi rasanya bukan anda yang saya tunggu. " Erina masih tampak bingung dengan laki-laki di depannya.
Sekertaris Sam mengangkat tangannya dan memberi kode kepada dua anak buahnya. Mereka menggendong Erina yang masih terdiam heran.
"Hei, mau apa kalian? Apa kalian mau menculik ku? Ku mohon, bahkan orang tuaku tak punya apa-apa untuk menebusku." teriak Erina ketika kaget dengan tubuhnya yang tiba-tiba diangkat oleh dua orang asing berbadan kekar.
Maafkan saya nona, saya harus membawa anda sesuai perintah Tuan Arga. Akan memakan waktu lama jika saya menjelaskan secara mendetail.
gumam sekertaris Sam
"Tolong lepaskan saya, kalian akan rugi jika menculik saya...." kalimat Erina terhenti memikirkan sesuatu yang diingat-ingat ketika ada adegan penculikan di film-film.
"Makan saya banyak lho. Kalian akan rugi banyak nanti kalau menculik saya." rengek Erina sepanjang jalan.
Kenapa otakku tidak bekerja sih pada saat genting seperti ini, kenapa makanan yang aku ingat. Tidak ada kata yang lebih keren lagi apa.
Erina mengutuk dirinya sendiri.
"Nona, tolong berhentilah merengek. Saya tidak sedang menculik anda. Tuan ingin bertemu dengan anda, jadi tolong berhentilah bicara. " tegas sekertaris Sam berharap Erina tutup mulut.
Tunggu... Dia bicara apa tadi, Tuan? Tuan siapa yang dimaksud? Bukan laki-laki aneh itu kan.
pikiran Erina kembali membayangkan laki-laki aneh itu. Lalu menggeleng-gelengkan kepala untuk mengusir wajah laki-laki aneh itu.
Erina akhirnya diam sepanjang perjalanan, menunggu eksekusi apa yang sedang dihadapinya.
***
Mobil terus melaju hingga berhenti di sebuah rumah besar dengan halaman yang sangat luas. Saking luasnya bisa di bangun mall, begitu pikir Erina dan tak menyadari sekertaris Sam sudah membukakan pintu untuknya.
Haruskah aku bilang terimakasih pada laki-laki yang sama anehnya ini.
gumam Erina sambil melangkah keluar mobil.
"Terimakasih." dengan tanpa sadar Erina mengucapkan kalimat itu.
Kenapa akhir-akhir ini otak dan mulutku tak sejalan sih, apa mereka sudah bosan dengan keluh kesahku. Sampai-sampai mereka pun ikut mengkhianatiku.
Erina merasa kesal dengan dirinya sendiri.
"Ikuti saya nona." sekertaris Sam berjalan mendahului Erina.
Hei, dari tadi aku juga mengikutimu.
Rasanya ingin sekali Erina menendang kaki sekertaris Sam itu. Tapi itu akan hanya jadi angan-angan Erina saja.
Mau cari mati kau Erina.
Erina menggerutu dalam hati.
Sekertaris Sam membuka pintu dan dibalik pintu itu terdapat ruangan besar, disana ada seorang yang sedang duduk membelakangi mereka.
"Silahkan nona" sambil menarik kursi untuk Erina. Erina hanya mengangguk.
Erina penasaran siapa laki-laki dibalik kursi itu. Erina mencondongkan kepalanya karena saking penasaran nya.
Laki-laki itu memutar kursinya. Erina terpaku tak percaya bahwa benar yang dimaksud Tuan sama orang yang berdiri di sebelahnya adalah laki-laki yang pernah ditemuinya waktu liburan kemarin. Sungguh benar-benar berbeda penampilannya dengan yang ditemuinya waktu itu. Dia kelihatan sangat berwibawa dan tampan.
Wah, sepertinya aku kemarin benar-benar mencari masalah. Dia ternyata orang kaya yang mempunyai banyak bodyguard.
Erina mulai menyesali perbuatannya.
"Haha, kamu terpesona ya sama aku?" Arga tertawa memecah ruangan yang sebelumnya sunyi mencekam, seperti itulah yang dirasakan Erina.
Dasar orang aneh, siapa yang terpesona! Apa dia tidak bisa membedakan wajah kesal atau bahagia.
gumam Erina sedikit kesal.
"Sudah ku duga kamu akan terpesona denganku. Sudah santai saja." Arga terus tertawa puas.
Nona Erina buka terpesona Tuan, tapi dia bingung dengan situasi yang Anda buat saat ini.
gumam sekertaris Sam.
"Baiklah karna kamu sudah menepati janji, hari ini ku anggap kamu akan membalas budi atas jasa ku kemarin yang aku lakukan padamu." senyuman Arga tampak bahagia tapi bagi Erina itu adalah suatu ancaman.
Cih,
Bahkan anda tidak melakukan apa-apa. kenapa aku harus membalas budi.
gerutu Erina.
Erina mencoba mencari kalimat yang tepat agar laki-laki di depannya tidak mengintimidasi nya lagi.
"Baiklah, sepertinya memang anda sangat baik kemarin Tuan Muda. Jadi, apa yang harus saya lakukan?" Senyum mengembang di bibir Erina. Tapi tidak dengan hatinya.
Apa? Lagi-lagi kenapa otak dan mulutku begini sih? Bukankah itu seperti bentuk penyerahan diri.
Erina menyesali kata-katanya tapi tak mungkin juga menariknya lagi.
Arga memajukan posisi duduknya, sehingga kini dia bisa melihat wajah Erina dengan jelas.
"Menikahlah denganku!" tanpa basa basi Arga berkata dengan jelas dan kelihatan serius.
"Apaaaaaa?" teriak Erina kaget.
"Aa...pa maksud anda, bahkan kita tidak saling kenal kenapa anda bisa bicara seperti itu?" Erina mencoba menguasai emosinya
Kenapa akhir-akhir ini semua orang bicara pernikahan sih, bahkan aku tak mengenal orang aneh ini. Apa begini cara membalas budi versi orang kaya? Dengan alih-alih mengajak menikah. Jelas-jelas dia tidak mencintaiku kan**?
Erina benar-benar kesal dengan kalimat Arga.
"Kamu pasti orang yang kurang perhatian ya? Sampai-sampai kamu tidak mengenaliku." Arga dengan percaya diri membanggakan dirinya.
Apaan sih, kurang perhatian. Gak sekalian aja kurang kasih sayang. Dan apa hubungannya coba kurang perhatian sama dirinya.
Erina mengumpat dalam hati.
Sekertaris Sam membungkukkan tubuhnya dan berbisik kepada tuannya.
Arga terlihat kaget dan tak senang.
"Apa bedanya sih, aku kan cuma sedikit salah mengucapkan nya." Arga membentak sekertaris Sam.
"Baik aku ralat, otakmu pasti tak bisa mencerna kalimatku kan? Maksudku kurang pergaulan." Arga cetus mengatakan nya.
"Hahahahahaha " Entah keberanian darimana Erina tertawa terbahak-bahak.
Menyadari kedua laki-laki di depannya menatapnya tajam. Erina segera terdiam dan mencoba membenarkan duduknya.
"Tuan apakah ini tidak berlebihan, anda tidak mengenal saya dan keluarga saya bukan. Jadi bagaimana bisa anda mengajak saya untuk menikah. " Erina mulai menguasai dirinya, dia mencoba berkata dengan tenang dan hati-hati
Apa menikah baginya suatu permainan yang dengan mudahnya dia ucapkan.
Erina menunduk merasa bahwa dia sudah berada di jalan yang salah.
"Aku tau semua tentangmu, keluargamu yang baru saja berhutang kepada rentenir. " Arga menghentikan kalimatnya, memastikan bagaimana reaksi Erina.
Deggg..
Hati Erina seperti remuk berkeping-keping. Entah rasanya sakit sekali mendengarnya.
"Tenang saja, sudah ku bereskan semuanya. Rentenir itu, siapa namanya pak Sam?" Arga menoleh ke sekertaris nya.
"Pak Rudi Tuan." jelas sekertaris Sam
"Iya, Pak Rudi sudah kupastikan untuk tidak mengganggumu dan keluargamu." Arga menjelaskan ke Erina, seolah mengatakan kamu harus berbalas budi kepadaku. Erina diam menggigit bibirnya, seolah kehabisan kata-kata.
"Baiklah, saya mau menikah dengan anda. " Erina menjawab dengan penuh keyakinan
Mungkin inilah cara yang terbaik untuk menyelamatkan keluarga ku. Aku merasa memang sudah dijual dengan uang 100 juta. Tapi, aku bersyukur tidak menikah dengan pak Rudi tapi dengan laki-laki aneh yang sekarang ada didepanku. Oh, sepertinya tak ada bedanya. Mereka sama saja, suka menindas kaum lemah.
Erina menunduk lemah.
"Benarkah kamu mau menikah denganku? Bahkan tadi aku mau memberimu waktu untuk berpikir. Tapi karna kamu sudah menjawab... Baiklah. Pak Sam, atur semuanya." senyuman Arga merekah di bibirnya
"Oh ya, satu lagi. lihat ini." Arga menunjukkan sebuah papan nama yang ada di atas mejanya. papan nama yang tadinya terbalik kini jelas di baca Erina. "Ingat baik-baik ya itu namaku." sekali lagi Arga tersenyum penuh kemenangan.
Arga Hutama. Tunggu sepertinya nama ini tidak asing. Ah, otak ini kenapa tidak bisa diajak berpikir sih.
gumam Erina.
"Pak Sam, antarkan Erina pulang. pastikan calon istriku sampai dengan selamat." seru Arga kepada Pak Sam.
"Baik Tuan" Pak Sam berjalan kemudian di ikuti Erina dengan pikiran tak karuan.
Kenapa kalimat terakhirnya membuatku merinding sih.
gumam Erina.
Dia pasti sangat bahagia, sampai dia lupa mengucapkan salam perpisahan.
Arga tersenyum. Ada rasa bahagia dihatinya.
BERSAMBUNG