Pembatalan perjodohan tiba-tiba oleh orang yang paling dicintainya, membuat dirinya sangat terguncang hingga sang ayah akhirnya memutuskan menjodohkannya dengan laki-laki yang pernah menolong dirinya. Yang tak tahunya laki-laki itu adalah teman semasa SMAnya. laki-laki konyol yang selalu mengganggu dirinya disekolah.
"Yang benar saja aku harus menikah dengan dia?" ucapnya dalam hati.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka? akan kah cinta akan tumbuh dengan seiring nya waktu? ikuti kisahnya yuk...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Biarkan Ku Sendiri
Wajah Bening saat ini benar-benar sangat seram matanya menyala dan aura yang mengelilinginya terlihat sangat hitam.
"Kau pecat dia dari perusahaan ini aku tak sudi membiarkan pengobral kelamin ada di perusahaan ini" Ucap Bening dingin saat menunjuk kepada Revan.
"Baik Nona" Revan pun hanya menurut saja.
"Kau fikir bila aku di pecat tak ada perusahaan lain yang mau menerima diri ku?! " Ucap Helga sombong.
"Dan akan ku kabulkan itu, tak akan ada satu perusahaan pun yang akan memperkerjakan diri mu meski itu hanya jabatan kecil sekecil-kecilnya di perusahaan yang kau layangkan lamaran" Ucap Bening ketus.
"Kau bawa dia dari sini aku muak melihat wajahnya" Perintah Bening pada Revan.
"Baik Nona" Ucap Revan menurut.
Dan tanpa basa-basi lagi Revan langsung menarik Helga keluar dari ruangan Awan.
Dan saat kedua orang itu keluar tingglah mereka berdua di ruangan tersebut, dan kali ini Awan yang mendapatkan tatapan mematikan dari istrinya.
"Kau" Tunjuk Bening pada Awan.
"Beraninya kau mengkhianati ku di belakang ku heum? " Ucap Bening pelan namun dingin, dia berjalan mendekati suaminya bahkan hawa di ruangan berubah menjadi seperti di dalam freezer namun keringat dingin terus mengucur dari dahi hingga wajah Awan.
"Dengar dulu Nur kali salah faham, semua tidak seperti yang kamu lihat" Awan mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
Bening tak pernah terlihat seseram ini di mata Awan.
"Apa yang ingin kau jelaskan heum? Kau menikmatinya iya kan? " Ucap Bening pelan namun aura yang di keluarkan begitu menyeramkan bagi Awan, bahkan saat ini Bening memainkan sebuah pena di wajah Awan seolah bersiap menusuk mata atau wajah Awan dengan pena tersebut.
"Ng... Nggak sama sekali Nur sumpah" Jawab Awan ketakutan bahkan dia mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V.
"Bohong?! " Bentak Bening.
"Beneran Nur... Aku nggak tertarik dengan wanita macam Begitu" Awan berusaha menyakinkan Bening.
"Bohong... Bohong bohong mana ada laki-laki yang tidak tertarik dengan godaan seperti itu sialan?! "Bening murka lagi.
Awan menghela nafasnya dalam berusaha menjelaskan kepada Bening.
" Nur dengarkan aku dulu semua tidak seperti yang kelihatan oleh mata mu"Awan berusaha menjelaskan.
"Lalu seperti apa apa mata ku itu salah lihat saat kau bercumbu dengannya hah?! Aku yang istri mu saja belum pernah kau sentuh Awan?! " Bening marah.
"Bagaimana aku bisa menyentuh mu? Sedangkan kau tak memperbolehkan itu terjadi?" Ucap Awan tegas.
"Aku tahu di hati mu masih ada dia, aku tak ingin memaksa mu untuk hal itu, aku tak ingin berhubungan seperti itu karena kau terpaksa" Jelas Awan kembali.
Bening langsung terdiam saat Awan mengatakan itu.
Aku dengar semuanya meski aku tak melihat tapi entah kenapa hati ku terasa sangat sakit melihat hal itu terjadi di depan mata ku, bahkan rasanya lebih dari apa yang selalu aku rasakan pada Bintang saat dia sering menyakiti diri ku.
Batin Bening.
"Maaf tapi sepertinya aku harus pergi dari sini" Bening berjalan cepat menuju pintu keluar.
"Tunggu Nur maafkan aku bila aku mengecewakan mu"Awan langsung mencekal tangan Bening
Srek.
Bening melepaskan pegangan tangan Awan.
" Lepas Awan biarkan aku sendiri" ucap Bening pelan.
"Baiklah" Dengan berat hati Awan melepaskan tangan Bening.
Awan melonggarkan pegangan tangannya dan perlahan terlepas dari tangan Bening.
Bening berjalan keluar dari ruangan Awan dengan langkah yang tergesa, entah kenapa hatinya merasakan sakit yang seolah tak pernah dia rasakan selama ini, padahal dulu dia juga sering melihat Bintang seperti itu dengan Helga, tapi entah kenapa rasanya kali ini sakitnya teramat sakit.
Ada apa dengan diri ku, kenapa aku merasa sakit dan terkhianati saat melihat mereka seperti itu.
Batin Bening saat melangkah menuju lift.
Revan yang menatap Bening dari jauh dan memasuki lift pun tak habis fikir karena baru kali ini dirinya menyaksikan nona mudanya yang biasanya terlihat kalem dan pendiam jadi sebar-bar tadi.
Dan kata-kata yang paling dia ingat adalah.
Jangan sentuh suami ku.
"Oo astaga apa dia sudah melupakan Bintang heum kasihan sekali kau Bintang karena begitu mudahnya nona muda menggantikan posisi mu dengan orang lain" Gumam Revan.
"Salah mu sendiri menyia-nyiakan perasaan cinta nona pada mu" Lanjut nya.
Tak lama ponsel Revan berdering dia mengambil ponselnya dari balik jasnya, dan saat di lihat olehnya ternyata panggilan masuk dari Pak Syarif, segera dia jawab telpon tersebut.
"Ya Pak Syarif" Jawabnya.
....
"Baik Pak" Ucap Revan yang tak lama panggilan tersebut pun berakhir.
Revan pun berjalan ke ruangan Awan, setelah mengetuk pintu dan terdengar suara menyuruhnya masuk dia pun membuka pintu dan masuk kedalam ruangan Awan.
"Tuan muda" Sapa Revan pada Awan yang saat ini wajahnya terlihat gelisah karena kejadian tadi.
"Ada apa Revan? " Tanya Awan saat melihat Revan di depan mejanya.
"Anda diminta datang ke ruangan presedir" Ucap Revan sopan.
"Ooo...baiklah" Awan pun segera bangkit dari posisi duduknya dan beranjak pergi keruangan mertuanya.
Dan hingga malam pun tiba tak terasa sudah pukul tujuh malam, namun Awan tak ada kabar sama sekali.
Bening menunggu Awan di kamar nya tapi sejak kejadian tadi siang, Awan tak memberikan kabar sama sekali padanya.karena seharian Awan di ajak meeting oleh Tuan Fabian dan Bening tidak tahu itu.
"Apa dia tidak akan pulang? " Gumam Bening sambil menatap layar ponselnya berharap Awan menelpon atau mengirimkan pesan padanya.
"Apa dia marah pada ku? Apa aku terlalu kasar padanya tadi siang?" Bening terus bertanya-tanya dalam hatinya.
Sementara itu.
Plak.
"Bodohnya elu kenapa elu malah pulang kesini bukan kesana bener... Bener ya nih anak" Omel emak setelah me ngemplang kepala anak sulung nya.
"Ya dia kan bilangnya mau sendiri dulu mak, nanti dia marah lagi kalo Awan samperin" Awan menciut.
"Emang dasar bener nggak peka ya elu jadi laki-laki hadeuh... Perempuan kalo bilang pengen sendiri itu berarti butuh elu peluk, butuh elu sayang bodoh... " Emak menoyor lagi kepala anaknya karena gemas.
"Masa sih mak" Awan bertanya dengan polosnya.
"Iya bodoh... Sana bujuk istri lu, emang kenapa sih kok dia sampe semarah itu sama elu? " Emak bertanya karena Awan tidak bercerita permasalahan Bening yang marah padanya.
"Ehm... Itu... Tadi di kantor Bening ngeliat Awan di cium cewe seksi mak" Jawab Awan sedikit ragu.
"Apa?! " Pantesan dia marah udah untung lu nggak di ubek-ubek sama istri lu "emak menarik rambut Awan karena kesal.
" Aduh... Duh mak sakit mak, iya iya iya itu salah faham mak, Dia yang nyosor duluan mak bukan mau Awan"jelas Awan sambil menahan sakit karena rambutnya di tarik-tarik oleh emaknya.
"Bohong lu pasti nikmatin juga kan?! " Emak tidak percaya.
"Astaghfirullah ga istri nggak emak sendiri kenapa kaga ada yang percaya sih sama gue" Gumamnya.