Warning! (***)
Pernikahan atas dasar perjodohan bukan berarti sesuatu yang tidak dipedulikan.
Pernikahan tetaplah pernikahan!
Apapun itu, aku akan selalu memperjuangkan rumah tanggaku sampai kata cinta tumbuh di antara kami berdua.
"Apakah kau tak mau melakukan malam pertama kita, Mas?" cegah Dianka saat Darwin hendak berlalu.
Sanggupkah ia membuat hati Sang CEO itu luluh?
Instagraam: @iraurah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Coklat Panas
"Kau ingin pesan apa mas?" Tanya Dianka saat mereka sudah duduk di salah satu meja di sana.
"Aku ingin pasta dan jus lemon" Jawabnya.
"Baiklah, aku pesankan dulu ya" Darwin mengangguk.
Dianka memanggil seorang pelayan dan menyebutkan pesanan mereka masing-masing, setelah mencatat pesanan mereka pelayan itu pun berlalu dari meja yang ditempati Darwin dan Dianka.
"Bagaimana pekerjaan mu hari mas?"
"Seperti biasa" Jawab Darwin singkat.
Dianka mengangguk-angguk kan kepalanya tanda mengerti.
"Oh iya mas, apa aku boleh berkunjung ke kantor mu lain kali?"
Hening, untuk beberapa saat tak ada sahutan dari Darwin, tapi beberapa detik kemudian lelaki itu pun bertanya.
"Untuk apa?"
"Hanya sekedar berkunjung saja, lagi pula aku belum tahu bagaimana perusahaan suamiku sendiri" Ujar Dianka yang tersenyum manis.
Ada sedikit rasa aneh dalam diri pria itu kala Dianka menyebut kata 'suami'. Darwin sedikit lupa jika sekarang ia telah berubah status, ia masih merasa dirinya adalah seorang pria yang masih melajang. Pernikahan tanpa cinta terasa kosong bagi Darwin.
"Ya, kau boleh berkunjung jika kau mau"
Mereka berdua terdiam kembali, Dianka memandang wajah suaminya itu dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tahu Darwin masih menganggapnya orang lain, tapi ia yakin seiring berjalannya waktu dan usahanya untuk mendekati pria ini, Darwin pasti akan luluh dan melupakan masa lalunya. Ia hanya perlu bersabar sampai hari itu tiba.
Sekitar 5 menit pelayan pun datang dan menyerahkan makanan serta minuman yang mereka pesan.
"Apa kau suka makanan di restoran ini mas? Menurutku makanan disini sesuai dengan selera mu" Seru Dianka di sela-sela makannya.
"Lumayan"
"Kau juga harus mencoba makanan yang aku pesan ini, rasanya sangat enak. Aku yakin kau pasti akan suka, coba buka mulutmu sekarang" Dianka menyodorkan sesendok makanannya pada Darwin.
"Tidak terima kasih" Tolak lelaki itu.
"Ayolah mas... Aku yakin kau pasti suka, sekali saja ya. Buka mulutmu" Dianka tetap keukeuh ingin menyuapi Darwin, sampai akhirnya Darwin pasrah dan menerima suapan istrinya tersebut.
"Nah.... Bagaimana? Enak bukan?"
Darwin masih mengunyah makanan itu, rasanya memang enak. Dianka seakan tau apa yang ia suka dan tidak ia suka padahal dirinya sama sekali tidak pernah memberitahu nya.
"Aku ingin pesan yang itu juga" Ucap Darwin.
"Baiklah, aku juga ingin pesan coklat panas" Dianka lalu memesan makanan dan minuman kembali.
Tak lama setelah memesan, pesanan itu pun datang.
Ketika pelayan akan menaruh gelas yang berisikan coklat panas tiba-tiba saja seorang anak kecil menubruk sang pelayan hingga membuat minuman itu tumpah tepat pada baju Dianka.
"Aaaaaa...... Panas.... Panas.... !!" Dianka menjerit saat minuman panas itu kian terasa di kulitnya.
"Ya Tuhan, Nona maafkan saya.... Saya benar-benar tidak sengaja"
Darwin yang berada disana pun tidak kalah terkejutnya.
"Panas.... Ini sangat panas.... Aku tidak kuat" Dianka berlari keluar restoran itu dan masuk ke dalam mobil
"Tuan maafkan saya atas kecerobohan saya pada istri anda" Ucap sang pelayan yang menumpahkan minuman tadi pada Darwin.
"Iya Tuan, maafkan pegawai saya ini" Tambah sang manager yang baru saja datang.
"Untuk mengganti atas tidakan kecerobohan pegawai saya ini anda tidak perlu membayar semua pesanan anda, kami juga akan bertanggung jawab pada istri anda, sepertinya istri anda harus mendapatkan penanganan"
"Tidak perlu, aku sendiri yang akan menanganinya"
Darwin pun keluar dari restoran dan ikut masuk ke dalam mobilnya.
Saat ia sudah masuk Darwin melihat Dianka yang masih menjerit akibat rasa panas dari tumpahan minuman coklat tadi.
"Panas.... Oh Tuhan... Ini sangat panas.... "
"Apa kau masih bisa menahannya? Aku akan membawa mu ke klinik terdekat, bersabarlah" Darwin mulai menyalakan mesin mobil, ia harus membawa Dianka untuk mendapatkan penanganan akibat luka bakar tersebut.
"Oh... Panasnya makin terasa"
Karna tidak kuat lagi Dianka pun membuka pakaian atasnya membiarkan kulitnya
terhembus udara dingin dari AC.
Sontak saja Darwin membelalakkan matanya ketika melihat Dianka yang langsung membuka pakaian hingga menyisakan bra di kulit mulusnya itu.
"Ya ampun kulitku memerah!' Jerit Dianka saat melihat area dadanya.
"Kau harus tenang, sebentar lagi kita akan sampai di klinik"
Dan dengan kecepatan maksimal akhirnya mobil Darwin pun sampai di sebuah klinik swasta, ketika Dianka akan membuka pintu mobil seketika Darwin langsung menarik lengannya hingga membuat Dianka tak jadi membuka pintu.
"Apa ada mas?"
"Apa kau akan keluar tanpa memakai pakaian?! Yang benar saja!"
"Tapi aku tidak kuat lagi mas, pakaian ku juga sudah kotor oleh coklat panas tadi"
Dan saat itu pula Darwin membuka jasnya dan memakaikannya di tubuh Dianka.
"Pakai jas ku"
Setelah memakai jas milik Darwin mereka berdua sama-sama keluar dan memasuki klinik tersebut.
***
"Untung saja kalian cepat datang kesini, jika tidak kulit anda akan melepuh akibat luka bakar" Ujar sang dokter ketika selesai memeriksa kondisi Dianka.
"Saya akan memberikan salep dan obat untuk mempercepat penyembuhan luka bakar tersebut"
"Baik dok, terima kasih"
"Lain kali anda harus berhati-hati, apa lagi luka bakar anda ini berada di area dada, itu sangat berbahaya"
"Iya dok lain kali saya akan lebih berhati-hati" Sahut Dianka, ia menerima resep obat tersebut lalu menebusnya di apotik.
Setelah dari apotik Darwin lalu mengantarkan Dianka pulang ke rumah, dan lagi wanita itu juga harus berganti pakaian karna pakaiannya yang sudah kotor.
"Apa kau akan kembali ke kantor mas?" Tanya Dianka saat mobil mereka sudah sampai di pekarangan rumah.
"Iya, ada urusan yang belum aku selesaikan, kau tidak apa-apa bukan jika aku tinggal?'
" Iya mas, aku tidak apa-apa. Tapi cepat pulang, jangan terlalu lama di kantor"
Darwin mengangguk sebagai tanggapan.
"Oh iya aku hampir lupa" Dianka membuka jas Darwin dan memberikannya pada sang pemilik.
"Ini jas mu mas"
"Kenapa tidak dipakai saja?"
"Kita sudah sampai rumah, tidak ada yang akan melihat aku setengah telanjaang seperti ini" Ucap Dianka sembari tertawa kecil.
"Baiklah" Darwin pasrah dan menerima jasnya lagi.
Darwin pun menunggu Dianka turun dari mobil, tetapi wanita justru masih terdiam di tempat sambil memandang dirinya.
"Ada apa?" Tanya Darwin kebingungan.
"Kau tak akan mencium ku sebelum kembali ke kantor?"
"Hah?" Seketika Darwin terperangah dengan ucapan istrinya ini, Dianka berbicara seperti tak ada beban sama sekali.
Untuk apa? kita tidak perlu melakukan hal itu" Seru Darwin pada Dianka.
"Kita harus membiasakan hal ini mas! Lagipula kita ini suami-istri, tidak salah melakukan hal itu. Ayo cium aku... "
Mendengar itu Darwin pun semakin bingung, ia memandang intens wajah dianka yang menunggu ciuman darinya.
Sampai dimana Dianka menyudahi kegiatan itu dan keluar dari mobil sang suami.
"Dia benar-benar agresif" gumam Darwin sambil memandang ke arah Dianka yang masuk ke dalam rumah, setelah itu ia pun kembali mengemudi kan mobilnya menuju perusahaan.
waah .. enak bener gak dihukum krn rencana pembunuhan ke Dianka..
Pikir ... pikiiiirrrr .... kalo Alfred beneran nolongin, gak mungkin lah sampe selama itu kamu "dikurung" ...
Katanya di villa, tp koq ya sama sekali gak boleh keluar kamar sekedar buat jalan2..
Buat keamanan ?
Justru sekarang kamu berada di tempat yg gak aman, Dianka ...
gimana kalo nanti Darwin tau bhw otak kejahatan itu adalah mantan tersayang nya ...
Darwin masih "main2" tuh sama Adelia .. 😡😡😡
Dianka aja yg sbg istri CEO sll ketok pintu dulu ...