NovelToon NovelToon
Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Pengantin Bayangan Jadi Tawanan

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam / Konflik etika / Pengantin Pengganti / Angst / Roman-Angst Mafia
Popularitas:993
Nilai: 5
Nama Author: Kinamira

Ellena dijual ibu tirinya kepada seseorang sebagai pengantin yang diperkenalkan di muka umum, agar istri sah tetap aman.
Namun, di hari pengantin ia diculik sesuai dugaan pria itu, dan disanalah awal penderitaannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kinamira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Sialan!" umpat Felix melihat satu mobil berhasil mencapainya. "Sayang kamu duduk tenang di sini," ucap pria itu, kemudian berdiri membuka atas mobilnya, dan menampakkan diri.

Tanpa basa-basi ia langsung menembakkan peluru ke arah mobil tersebut secara tiga kali berurut ke sasaran utama yaitu pengemudi.

Maxim yang melihat Felix muncul, ikut membuka bagian atas mobilnya, membalas tembakan itu. Felix yang menyadari, segera ikut menembak sehingga peluru yang mengarah padanya dan peluru yang dilemparkan saling bertabrakan, menghasilkan percikan di tengah mereka.

"Oh, kau lagi ternyata," ucap Felix tersenyum sinis melihat Maxim di depannya.

"Sepertinya kau begitu bersemangat untuk mengambilnya kembali. Apa kau kecanduan dengan tubuhnya?" batin Felix menduga, mengingat bagaimana video-video panas Ellena selalu dikirim padanya dengan berbagai cara.

Jalanan itu semakin riuh dengan suara berisik dari ledakan pistol masing-masing, dengan kendaraan yang tetap berjalan meski berjalan tak mulus karena serangan-serangan yang diterima.

Maxim menembak ke arah Felix, sedangkan Johny menembak ke arah ban mobilnya, berulang kali. Ban mobil itu juga ada perlindungan, namun perlindungan sekuat apapun, jika dihantam terus tetap akan hancur.

Mobil yang membawa Felix akhirnya kehilangan kendali karena salah satu ban berhasil diletuskan.

Saat itu juga Maxim mengambil kesempatan dari kelengahan Felix dengan menembak ke arah dadanya.

Namun, jelas itu hanya menghantam, tak membuat Felix terluka, karena pria itu selalu dengan kesiapan, memasang alat pelindung diri dari peluru yang menutupi tubuhnya.

"Sial!" umpat Maxim menyadari itu.

Felix tersenyum sinis mengusap pelan dadanya tempat peluru tadi menghantam, menatap remeh pada Maxim.

Bersamaan dengan itu, bantuan dari Felix datang ikut masuk dalam pertempuran itu. Membuat Maxim mendesis, segera turun dan kembali duduk dalam mobilnya.

"Mundur!" serunya meminta orang-orangnya untuk mundur.

Ia bukan kalah, atau menyatakan kalah. Namun, itu memang persiapan untuk serangan kecilnya. Hanya serangan kecil.

"CK pecundang kecil ini," gumam Felix dengan sinis.

Felix menganyungkan tangannya, mengarahkan pasukannya untuk mengejar Maxim. Sementara ia memilih duduk kembali dengan tenang.

"Sayang, aku takut," sahut Lovie langsung memeluknya kembali.

Felix mengulum senyum, mengusap lembut puncak kepala Lovie. "Selama aku di sini kamu tidak perlu takut."

"Iya tapi mobil kita rusak," sahut Lovie terdengar manja.

Felix mengangguk. "Ayo turun, kita pindah mobil," ajaknya yang dibalas anggukan wanita itu.

Ia lalu melirik Ellena yang duduk di samping kemudi, dengan tubuh meringkuk dan masih menutupi telinganya.

Suara nafasnya yang kasar, sangat jelas jika sedang ketakutan.

"Dasar payah," batinnya tersenyum sinis.

Felix dan Lovie turun dari mobil, hingga sebuah mobil yang sama berhenti tepat di hadapan mereka.

Lovie masuk lebih dulu, sedangkan Felix yang teringat dengan Ellena, membuka pintu mobil bagian depan, menatap Ellena beberapa saat, lalu menarik wanita itu.

Ellena yang terkejut, tersentak hingga jatuh ke jalanan panas itu.

"Akh!" Jeritnya segera mengangkat tangannya, ia menatap tangan dan lengannya yang mendapatkan luka gores.

Di saat yang bersamaan, suara sentakan dan Omelan dari Felix terdengar. "Dasar tidak berguna! Kenapa kau selalu saja merepotkan!"

Ellena terdiam, namun ia berani mendongak, menatap lemas pada Felix.

Felix berkacak pinggang. Matanya tajam seolah ingin menguliti Ellena. "Maxim, begitu terburu-buru ingin mengambilmuu kembali. Dia hanya memiliki beberapa anak buah, tapi dalam tiga Minggu ini, dia sudah menyerangku dua kali, tanpa strategi yang matang. Orang kecil sepertinya berani sekali melawanku. Sepertinya kau menjadi orang penting baginya," sahutnya dengan sinis.

Dilanjutkan dengan nada ledekan. "Penting untuk jadi mainan pemuasnya."

Bibir Ellena bergetar menatapnya, tangannya mengepal dengan kuat. Rasa marah, takut, yang bercampur aduk, membuatnya tidak merasakan panasnya jalan yang telah menembuh jubah dan gaunnya, menyentuh kulitnya.

"Kau jangan terlalu sombong Felix! Pencundang sepertimu, yang selalu melibatkan orang-orang tidak bersalah, pasti akan hancur!" ucap Ellena dengan penuh penekanan.

Felix menyinggung senyumnya, merasa lucu dengan ucapan itu, dan sama sekali tidak merasa terprovokasi. Pria itu berjongkok, menyamai tinggi Ellena.

"Orang seperti apa yang bisa menghancurkan ku hm? Kau? Kau itu, bagaikan kotoran babi di mataku, sangat mudah dimusnahkan," hinanya.

Felix mengulurkan tangannya, mengusap lembut pipi Ellena, namun dengan sebuah senyum seringaian yang menyeramkan. "Kau itu memang cukup mirip dengan Lovie, tapi tetap saja berbeda. Lovie adalah Lovie ku, cintaku, dan kau hanyalah bayangan yang akan muncul melindunginya menghadapi bahaya."

Ellena menepis tangan Felix, membuat Felix terkekeh. Detik kemudian, ia mencengkram kuat leher Ellena, membuat wanita itu mendongak, dengan nafas yang tertahan.

"Kau penting bagiku, tapi demi Lovie ku! Jadi, jangan berulah, dan lakukan tugasmu dengan baik, dan aku lakukan tugasku dengan baik!'' ucap Felix kemudian menghempaskan Ellena. Ia bangkit dan segera masuk dalam mobil.

Untuk kali ini meninggalkan Ellena dan membiarkannya berada di mobil yang lain.

Ellena diam memandang perginya mobil itu. Tidak ada rasa lega, karena beberapa mobil menunggunya di sana.

"Silahkan naik mobil, kita susul Tuan Felix."

Sebuah mobil berhenti di depan Ellena dengan pintu yang sudah dibuka.

Ellena terdiam, namun tangannya terangkat perlahan, membuat salah satu pengawal membantunya berdiri. Namun, tubuh Ellena terasa sangat lemas.

Wanita itu merasakan sesuatu yang mengalir lembut di kakinya, membuatnya menunduk dan melihat cairan merah mengalir dan sudah sampai betisnya.

"Darah," gumam Ellena seketika matanya terasa berkunang-kunang.

"Apa?" tanya pengawal tersebut, ikut menunduk ke arah pandang Ellena.

Detik itu juga tubuh Ellena ambruk lemas, dan beruntung pengawal tersebut menahannya sehingga Ellena tidak jatuh ke jalan.

"Darah apa itu? Apa dia terluka?" sahut salah satu diantara mereka.

"Hubungi Tuan Felix. Kita butuh arahan darinya," timpal yang lainnya.

"Apa jangan-jangan dia hamil? Sejak kemarin dia juga terus-menerus mual kan?" timpal yang lainnya menduga-duga.

Ellena yang tidak sepenuhnya pingsan, samar mendengar itu, membuat jantungnya semakin berdegup kencang.

"Tidak, tidak mungkin," batinnya yang bahkan turut terasa lemas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!