Menikah dengan pria usia matang, jauh di atas usianya bukanlah pilihan Fiona. Gadis 20 tahun tersebut mendadak harus menerima lamaran pria yang merupakan paman dari kekasihnya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5 Tahun Kemudian
Malam itu Fiona sengaja datang ke kamar nenek sebelum tidur, ia mau memberikan jahe hangat. Biasanya dulu, saat masih tinggal bersama, sang nenek selalu suka minum itu sebelum tidur, biar malamnya tenggorokan lega dan tidak terbangun karena batuk.
Beruntung kebiasaan sang nenek kali ini membuat kejadian itu jadi ketahuan lebih awal. Wanita tua itu pingsan sambil memegangi jantungnya. Di tangannya yang lain ada secarik kertas perjanjian milik Fiona dan Arga.
"Nek!! Nenek!" suara teriakan Fiona membuat Arga langsung lari cepat.
Sebelum terlambat, Arga langsung saja membawa nenek ke rumah sakit. Sepanjang perjalanan, Fiona memegangi tangan neneknya. Berharap kali ini nenek bisa bertahan.
"Jangan khawatir, nenek pasti akan baik-baik saja!" ucap Arga sambil merangkul pundak Fiona.
"Ini salah aku, ini salahku! Kenapa aku ceroboh sekali," tangis Fiona pecah.
Dia sudah merobek surat perjanjian pranikah miliknya yang tak sengaja jauh ke bawah tempat tidur saat dia sedang beres-beres tanpa sadar.
"Jangan menyalakan diri sendiri. Kamu yang tenang, jangan mikir macam-macam."
Fiona tetap menangis, cuma nenek yang peduli dengannya selama ini. Ibu dan ayahnya acuh tak acuh, keluarga satu-satunya yang masih bertanya kabar ya cuma neneknya ini. Sekarang malah seperti ini, ia pun sangat merasa bersalah.
"Sudah ... Sudah, tenanglah!" Arga mengusap-usap lengan Fiona.
...****************...
Mobil yang membawa mereka akhirnya tiba di rumah sakit. Nenek langsung dilarikan ke UGD. Fiona mondar-mandir di depan ruangan, sampai Arga menariknya untuk duduk dengan tenang.
Beberapa saat setelah tindakan, dokter keluar dan melepaskan maskernya. Dokter laki-laki itu menggeleng dengan ekspresi prihatin.
"Kita berdoa saja, semoga beliau bisa bertahan dan bisa melewati masa kritis sampa malam ini."
Tubuh Fiona langsung lemas, ia lalu menarik lengan Arga.
"Om ... Selametin nenek, Om. Tolong selametin nenek," Fiona kembali terisak-isak. Arga cuma bisa memberikan pelukan agar Fiona sedikit tenang. Mau bagaimana pun juga, mereka cuma bisa pasrah dan menunggu keajaiban. Apalagi riwayat kesehatan nenek yang sudah komplikasi.
Malam itu, Fiona tidak bisa tidur. Matanya bengkak, ia bersandar di pundak Arga yang duduk di sebelahnya.
"Apa nenek akan bangun?" gumam Fiona.
"Kita doakan saja."
"Harusnya aku lebih hati-hati, ini semua salahku," gumam Fiona lirih penuh sesal.
"Jangan katakan itu lagi, sudah berapa kali kamu menyalah diri sendiri? Itu tidak akan merubah apapun. Lebih baik kita berdoa, semoga nenek cepat sadar."
Fiona mengusap wajahnya, pipinya basah, matanya sembab. Arga meraih tisu, memberikannya pada Fiona dan minta wanita itu berhenti menangis, kalau tidak ia akan jatuh sakit.
...****************...
Pagi harinya
Fiona tak berenti bersyukur ketika melihat sang nenek sudah siuman. Tak henti-hentinya dia memeluk lengan neneknya itu.
"Fio ... kenapa kamu bohong sama nenek? Mempermainkan pernikahan itu tidak benar," ucap nenek dengan suara lemah.
"Bukan seperti itu, Nek ... Itu tidak benar."
"Jangan bohong lagi ... lalu apakah kamu sekarang hamil?"
Fiona menggeleng. Pasti sang nenek membaca semua poin perjanjian pranikah itu, sehingga langsung pingsan.
"Nenek jangan mikir berat-berat dulu, Fiona janji akan jujur, Fiona akan katakan semuanya tanpa ada yang dirahasiakan."
Nenek terdiam, diamnya menyimpan kesedihan dan kecewa karena Fiona sudah melakukan hal sejauh ini. Pernikahan dijadikan permainan, beliau tidak paham dengan tindakan cucunya itu.
Tidak punya tenaga untuk marah atau bahkan berbicara lebih lama, nenek memilih untuk diam dulu. Setelah keluar rumah sakit, baru lah dia akan meminta penjelasan dari keduanya, dari Fiona dan juga Arga.
...----------------...
"Bagaimana kondisi nenek?" tanya Arga saat datang, ia membawakan Fiona perlengkapan mandi serta makanan.
"Sudah mendingan, oksigennya juga sudah dilepas."
"Syukurlah."
Saat Arga datang, tak lama nenek bangun tadi tidurnya. Sikapnya pada Arga terkesan dingin, hampir tidak mau menatap pria itu.
"Bagaimana, Nek? Apa ada keluhan?" tanya Arga basa-basi.
"Tidak ada, Nenek cuma minta akhiri saja sandiwara kalian. Pernikahan itu sakral, kalian begitu berani mempermainkan pernikahan."
Arga langsung merangkul pundak Fiona yang ada di sebelahnya.
"Maaf, Nek. Saya tidak bisa memenuhi permintaan nenek. Saya tidak mempermainkan pernikahan, karena saya benar-benar mencintai cucu nenek!" ucap Arga dengan tegas dan penuh keyakinan.
Fiona menelan ludah, melirik Arga yang melakukan pengakuan di depan sang nenek.
"Sudah, jangan bersandiwara di depan orang tua ini," pinta nenek pasrah.
"Saya bersumpah ... Saya benar-benar mencintai Fiona, Nek. Saya akan. Membahagiakan Fiona, itu janji saya!"
Fiona merasa Arga berlebihan, ia kembali menoleh. Melihat ekspresi sang suami yang terlihat begitu meyakinkan tersebut.
Nenek juga heran, sebagai orang tua dia kini merasakan ketulusan Arga. Lalu surat yang dibaca itu bagaimana? Entahlah, nenek bingung dan pusing. Akhirnya dia cuma diam tak merespon pengakuan Arga.
Perjuangan Arga tak berhenti di situ untuk meyakinkan nenek Fiona. Setelah selesai kerja, dia pulang lebih awal dan langsung ke rumah sakit. Membantu merawat nenek bersama Fiona. Ia yakin, ketulusannya pasti bisa dirasakan lama kelamaan oleh nenek tersebut.
Sampai beberapa hari dirawat, akhirnya nenek dinyatakan lebih baik dan boleh pulang. Karena tak ada yang menjaga, nenek pun dipaksa ikut tinggal bersama dengan Arga dan Fiona di apartemen.
Nasib baik, bagai ketiban durian runtuh. Gara-gara nenek tinggal bersama mereka, mau tak mau, Fiona dan Arga pun tidur satu kamar dan berbagi ranjiang yang sama. Ada hikmah di balik musibah, sejak hari itu Arga selalu fresh jika ke kantor.
...****************...
Tahun kelima pernikahan Arga dan Fiona
Lima tahun kemudian.
Di salah satu gedung tertinggi di tengah kota, sekelompok orang-orang penting sedang melakukan rapat. Saat meeting sedang berlangsung, tiba-tiba pintunya terbuka. Seorang anak kecil dengan pakaian rapi dan dasi kupu-kupu lari, anak tampan itu langsung naik ke pangkuan salah satu pimpinan tertinggi perusahaan tersebut.
......................
mau sedot sedot aja ooommmm 😂
udah kau bobol sieee
🤣
mlendung fiiiii
😂
pikiran mu liar sekali Tarrrr
😂🙆♀️
😃
kang buaya
beresiko kembung 9 bulan 🤣🤣🤣🤣😂
😃
kejadian 😱
Taraaaa gak usah dipikirin 😃
hiiiiiiiiiiiiiii fio...
semoga tidak kenapa2