cerita ini menurut sudut pandang Luna.
tentang Luna gadis introvert yang menyukai Raka, anak rajin dan pintar di sekolah nya. Namun ada Erlan yang menyukai Luna diam diam
selamat datang di cerita author, semoga suka dengan ceritanya.
Terima kasih.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon I&p, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
jam istirahat Aku dan Seli memesan makanan untuk di bawa ke meja. saat aku membawa makanan tiba-tiba ada yang menyenggol tangan ku hingga makanan yang aku bawa tumpah di rok abu abuku.
"Maaf, aku gak sengaja. "
"iya, gak papa." ucapku sambil membersihkan rok abu abuku.
"Aku ke toilet dulu ya. " ucapku berbicara kepada Seli.
"Iya. "
Aku berjalan menuju toilet. sampai di toilet aku membersihkan rok yang tertumpah makanan itu dengan air.
Tiba-tiba terdengar suara banyak langkah kaki memasuki toilet. Mereka seperti akan masuk ke toilet yang aku pakai. Aku menoleh ke arah langkah kaki itu.
Seseorang tiba tiba menyiram ku dengan air kotor.
"Hei bisu! Aku peringatin jangan deket deket sama Erlan! " Ucap Yuni.
Yuni adalah teman sekelas Erlan. Yuni menyukai Erlan namun tidak mendapat balasan. Yuni memperhatikan Erlan berboncengan dengan siswi dari kelas lain. Yuni mencari tahu dan menemukan bahwa gadis yang di bonceng Erlan ada di kelas 1 jadi yuni mencari cari keberadaannya. Yuni ingin memberi pelajaran pada gadis yang berani menggoda orang yang dia suka. Yuni menyuruh temannya dengan sengaja menyenggol agar bisa memberi pelajaran.
"Kak, Aku dan kak Erlan cuma temen. " jawabku membela diri.
Yuni memberi kode ke teman temannya untuk memegang kedua tangan ku.
Teman teman Yuni memegang tanganku dengan kuat. Yuni menjambak rambutku kuat.
"Kalo cuma teman kenapa goncengan sama Erlan?! kalo aku lihat kamu goncengan sama Erlan lagi, awas kamu! "
Yuni melepaskan cengkeraman tangannya dan memberi isyarat untuk segera keluar dari toilet. mereka pun keluar dari toilet mendengarkan perintah Yuni.
Aku masih di sini. Tanganku gemetaran, jantungku berdetak kencang. Aku tersungkur di lantai toilet.
Kenangan yang tak ingin aku ingat kembali lagi. Rasa takut itu datang. Aku meneteskan air mata dan tanpa sadar air mata itu keluar dengan derasnya.
Pembulian, caci maki, dan kekerasan mulai merasuki otak ku.
"kenapa? "
Masalalu itu membuatku terpuruk hingga saat ini. Karena masalalu itu membuatku kesulitan untuk bersosialisasi, berbicara untuk orang lain pun sulit. sangat berat.
"Kenapa terjadi padaku? "
aku menangis memeluk diriku. baru saja merasa tenang dan bahagia malah datang lagi masalah. Apa memang aku di takdirkan untuk di bully dan menderita? Aku cuma ingin teman dan bahagia.
Nafasku sesak, mataku menjadi gelap. Aku pusing ingin tidur.
...****************...
Bel masuk berbunyi. Seli menatap bangku ku yang kosong.
"Ada yang tau Luna kemana? " tanya bu Anggi ( guru yang mengajar)
Seli mengacungkan tangan.
"Tadi Luna ke toilet tapi tidak balik balik. menurut saya Luna bukan anak yang meninggalkan pelajaran. "
Bu Anggi mengangguk angguk paham. Selama ini memang Luna tidak pernah ketinggalan pelajaran.
"Seli, kamu kan teman sebangkunya. Kamu cari Luna di toilet , Ya. " ucap bu Anggi sambil menunjuk Seli.
"Baik, bu. "
Seli pergi mengajak Sovi ( teman sekelas) memeriksa toilet. Saat mereka memasuki toilet satu satu mereka menemukan ku yang pingsan dengan tubuh yang dingin.
"Sov, kita gak bisa bawa berdua. kamu ke kelas minta bantuan. " perintah Seli.
Sovi segera berlari bergegas menuju kelas. Sovi mengetuk pintu.
"Sovi? "
"Luna pingsan di toilet, Bu. "
Tiba-tiba seisi kelas menjadi panik. Bu Anggi menunjuk siswa laki-laki untuk membantu di toilet.
sementara itu pelajaran berlangsung.
...****************...
Aku membuka mata perlahan. Aku melihat sekelilingku, tanganku juga di infus. Di sampingku ada ibuku yang tertidur karena menjagaku.
Aku mencoba mendudukan tubuhku membuat Ibuku terbangun. Ibuku memelukku dengan menangis.
"Nak.. "
"Ibu, aku kenapa? " tanyaku.
"Nak, kamu terkena PTSD. Apa ada yang kamu takuti sekarang? cerita sama ibu. "
*PTSD adalah gangguan kesehatan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang sangat menakutkan, traumatis, atau mengancam jiwa.*
Aku menangis tersedu sedu sampai segukan.
"maafin aku, bu. "
Ibu memuk ku dan menepuk nepuk pundak ku dengan lembut.
"Kenapa sayang? kamu cerita... "
Ibu memberikan aku segelas minuman. aku memegangnya dengan tangan yang masih gemetaran.
"Kamu tenangin diri dulu. Kalo kamu siap bisa cerita sama ibu. "
Aku memandangi gelas yang berisi air di depanku sambil menangis. saat aku berhenti menangis aku membaringkan tubuhku dan tiba-tiba aku tertidur nyenyak.
Waktu menjelang sore, Seli dan Erlan datang menjenguk dengan membawa parsel berisikan buah. Erlan mengetuk pintu kamar rumah sakit.
tok tok tok..
Ibu membukakan pintu. Erlan dan Seli bersalaman dengan ibu.
"Luna masih istirahat, Ibu gak berani bangunin. " ucap ibuku.
"Karena Luna lagi istirahat kami nitip ini saja, bu. kami langsung pulang saja. " ucap Erlan.
"Iya bu. kami pulang dulu. " ucap seli.
Erlan dan Seli bersalaman.
"hati hati ya pulang nya jangan ngebut ngebut." ucap Ibuku menasehati.
"Siap, bu. "
Seli dan Erlan pun melangkah pergi meninggalkan pintu rumah sakit.
Aku mendengarkan mereka bicara namun aku pendam. Aku memilih untuk berbaring di ranjang rumah sakit. Saat ibuku masuk aku pura-pura tertidur.
Saat aku terbangun ibuku sibuk dengan pekerjaan nya. Ibuku mengecek ngecek berkas yang ada di tangannya. ibu menyadari aku sudah bangun, dia berjalan dan duduk di sebelah ranjang ku.
"Tadi Erlan sama Seli datang jenguk kamu. karena kamu lagi istirahat mereka langsung pulang. Mereka bawa parsel buat kamu. "
Aku menatap ke arah lain. Menanggapi tanggapan ku yang tidak semangat ibuku menghela nafas.
"Ibu merasa jadi ibu yang gagal. Ibu sibuk bekerja sampai lupa sama kamu. sampai sampai kamu sakit seperti ini. "
"ini gak salah ibu, ini salah Luna. " jawabku tak tahan melihat ibu yang seperti menyalahkan dirinya sendiri.
Memang ini salahku. kalau saja aku bisa melawan mereka dan berbicara, mungkin pembulian itu tidak terjadi.
"Luna, maafkan ibu. "
"Luna yang salah, Bu. "
Aku menangis tersedu sedu. namun aku beranikan untuk berbicara.
"Aku di bully di sekolah. waktu aku masih kecil, sangat kecil. karena itu aku gak berani berbicara kepada temanku. mencari teman aku pun gak berani. " ucapku sambil menangis.
"Nak!! " Ibuku ikut menangis dan memelukku.
Bagi seorang ibu penderitaan anaknya mungkin bisa dia rasakan.
"Ibu akan pindahin kamu se sekolah yang lebih baik. "
aku menggeleng kan kepala.
"mereka semua baik padaku, bu. tidak membully ku. aku dapat teman juga disini. "
Aku ingin mempertahankan dua temanku itu. jarang jarang aku dapat teman.
"lalu kenapa kamu bisa pingsan di toilet? "
Aku terdiam. namun ku coba mengatakan lagi.
"Tapi aku punya teman, bu. selama ini aku tidak punya teman. kalau pindah mungkin akan lebih sulit bagiku. "
Ibuku menghembuskan nafas kasar, " ya udah. kalau ada apa apa bilang sama ibu. ibu akan adukan ke Kepala sekolah! "