Saga, sang CEO dengan aura sedingin es, tersembunyi di balik tembok kekuasaan dan ketidakpedulian. Wajahnya yang tegas dihiasi brewok lebat, sementara rambut panjangnya mencerminkan jiwa yang liar dan tak terkekang.
Di sisi lain, Nirmala, seorang yatim piatu yang berjuang dengan membuka toko bunga di tengah hiruk pikuk kota, memancarkan kehangatan dan kelembutan.
Namun, bukan pencarian cinta yang mempertemukan mereka, melainkan takdir yang penuh misteri.
Akankah takdir merajut jalinan asmara di antara dua dunia yang berbeda ini? Mampukah cinta bersemi dan menetap, atau hanya sekadar singgah dalam perjalanan hidup mereka?
Ikuti kisah mereka yang penuh liku dan kejutan di sini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ceriwis07, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Beauty and The Beast 6
Ace menunjukkan ponselnya pada Nirmala, Nirmala terkejut dengan isi pesan tersebut. "Baiklah jika itu perintah tuan saga, saya akan ikut dengan anda, tapi biarkan saya menyelesaikan yang satu ini."ucap nirmala.
Ace mengangguk setuju ia memilih duduk di kursi dekat dengan pintu, sembari menunggu Nirmala selesai.
Nirmala akhirnya tiba di mansion megah, dijemput oleh Ace, namun sayang, Oma tercinta telah bertolak ke Jerman.
Daripada larut dalam kesepian di tengah kemewahan, Nirmala memberanikan diri meminta izin pada Saga untuk sekadar melepas penat dengan berjalan-jalan di mall, sementara Saga masih berkutat dengan pekerjaannya di perusahaan.
Saga mengizinkan, dengan syarat Nirmala harus dikawal oleh dua pengawal pribadinya. Tak lupa, Saga memberikan kartu kredit edisi terbatas, bak kunci ajaib yang membuka gerbang surga belanja bagi Nirmala.
Setibanya di mall, Nirmala asyik memilah-milah pakaian yang menarik perhatiannya. Namun, keasyikannya terusik oleh kehadiran Sarah dan Lucky. Sarah, dengan nada sinis, merebut sebuah gaun yang tengah dipegang Nirmala. "Aku mampu membeli baju ini, sementara kamu? Jangan mimpi!" ejek Sarah, lalu melanjutkan, "Nirmala, dari mana kamu dapat uang? Pasti hasil mengemis, ya?"
Nirmala masih membisu, tak menggubris ejekan pedas Sarah. Salah seorang pelayan yang mendampinginya pun angkat bicara, "Maaf, Nona, gaun itu masih dipegang oleh pelanggan kami. Silakan Anda melihat-lihat yang lain terlebih dahulu. Jika pelanggan kami tidak berminat dan mengembalikannya ke tempat semula, barulah Anda bisa mengambilnya."
Sarah mendengus kesal mendengar ucapan pelayan. Dengan nada meremehkan, ia bertanya, "Berapa sih harganya?" Salah seorang pelayan yang mendampingi Sarah menjawab dengan sopan, "Di sana ada label harganya, Nona."
Mata Sarah langsung memelototi label harga yang tertera di gaun itu, seolah ingin lepas dari tempatnya. Bagaimana tidak terkejut? Harga gaun itu mencapai tiga digit, setara dengan gajinya selama setahun penuh jika ia bekerja sendiri tanpa bantuan Lucky!
Sarah berusaha keras mengendalikan ekspresinya, seolah tak terkejut sedikit pun dengan harga gaun itu. Ia mengembalikannya tepat di tempat semula, persis seperti saat Nirmala mengambilnya. "Ah, gaun ini jelek! Aku mau cari yang di sana saja. Ayo, sayang," ajak Sarah pada Lucky, yang langsung mengangguk setuju. Mereka berdua pun pergi meninggalkan Nirmala.
Nirmala hanya tersenyum tipis melihat tingkah Sarah dan mantan kekasihnya itu. Semangatnya untuk berbelanja pun luntur seketika. Ia memutuskan untuk mengajak kedua pengawal pilihan Saga ke area makanan. "Sepertinya makan es krim enak, nih," ujarnya, yang langsung disetujui oleh kedua pengawal tersebut.
Namun, takdir seolah mempermainkannya. Dalam perjalanan, mereka kembali berpapasan dengan Sarah dan Lucky. Nirmala berusaha menahan diri, namun kesabaran ada batasnya. Tiba-tiba, Sarah dengan sengaja menyiramkan minumannya ke baju Nirmala, mengubah baju kaos putih itu menjadi bernoda merah.
Oh, Nirmala tampil kasual tapi tetap stylish, ya! Kaos oblong kebesaran warna putih, celana jeans sobek di lutut, sneakers, dan topi putih... sederhana tapi tetap kekinian ala Nirmala.
Nirmala terkejut bukan main saat minuman itu tumpah ke bajunya. Kedua pengawalnya pun sigap hendak bertindak, namun Nirmala dengan cepat merentangkan kedua tangannya, memberi isyarat agar mereka tidak melakukan apa pun. Kedua pengawal itu pun mengurungkan niatnya dan mundur selangkah, kembali ke posisi semula di belakang Nirmala.
Salah seorang pengawal di sebelah kanan Nirmala dengan sigap mengambil tisu dari meja pelanggan dan memberikannya kepada Nirmala. Nirmala menerima tisu itu dan berusaha membersihkan noda merah yang mengotori baju putihnya.
"Hahaha, rasakan itu, orang miskin!" ejek Sarah dengan nada puas sebelum akhirnya pergi meninggalkan Nirmala.
Nirmala masih terdiam, mencoba menenangkan diri atas perlakuan Sarah yang menyebalkan. Ia memilih untuk duduk dan memesan berbagai macam makanan. Dengan ceria, ia membagi makanan tersebut kepada kedua pengawalnya.
Awalnya, kedua pengawal itu merasa sungkan, namun Nirmala memaksa mereka untuk makan bersama, memperlakukan mereka seperti teman sendiri.
Tanpa sepengetahuan Nirmala, setiap gerak-geriknya hari itu ternyata dipantau oleh Tuan Saga dari kantornya. Tuan Saga sendiri merasa geram melihat kelakuan Sarah yang keterlaluan. Ia juga jengkel pada Nirmala yang terlalu sabar. "Ada apa dengan wanita ini? Kenapa dia tidak membalasnya?!"gerutu Saga, meluapkan kekesalannya seorang diri di kantor.
Ace, asisten setia Tuan Saga, hanya bisa tersenyum tipis melihat tingkah bosnya itu. Ternyata, seorang Nirmala mampu mengobrak-abrik perasaan Tuan Saga yang terkenal kejam dan tak kenal ampun.
Selesai makan, Nirmala memutuskan untuk kembali ke mansion bersama kedua pengawal yang setia mengiringinya. Namun, takdir seolah mempermainkannya lagi. Ia kembali berpapasan dengan Sarah, tapi kali ini Sarah tidak sendiri. Ia bersama teman-teman kuliah dan sekolah yang juga mengenal Nirmala.
"Eh, lihat! Ada orang miskin main di mall mewah dan mahal," ucap Sarah sinis, merendahkan Nirmala di depan teman-temannya. "Apa kedua laki-laki di belakangnya itu sugar daddynya Nirmala, ya?" lanjutnya, menebar fitnah yang menyakitkan.
Sarah terus melontarkan ejekan pedas pada Nirmala tanpa menyadari bahwa di belakangnya telah berdiri Tuan Saga dan Ase, asisten setianya.
"Siapa yang kau katakan miskin, Nona?" ucap Tuan Saga dengan nada baritonnya yang menggelegar, mengejutkan Sarah dan teman-temannya.
Nirmala tersenyum sinis, lalu dengan berani melangkah mendekat ke sisi Saga dan melingkarkan tangannya di lengannya. Saga sempat terkejut dengan tindakan tiba-tiba Nirmala itu, namun dengan cepat ia menangkap "permainan" yang sedang dimainkan Nirmala. Ia pun membalas dengan merangkul bahu Nirmala, seolah ingin mendeklarasikan pada dunia bahwa Nirmala adalah miliknya dan ia mendukungnya sepenuhnya.
Saga tanpa sengaja mengarahkan pandangannya pada kaos putih Nirmala yang terkena noda merah. "Hei, ada apa dengan bajumu?" tanya Saga dengan nada dingin. Lalu, dengan tatapan mata setajam elang, ia melirik Sarah, seolah anak panah yang siap menghunus, membuat Sarah dan teman-temannya gemetar ketakutan.
Padahal, Saga sudah mengetahui kejadian tadi dari pantauannya di kantor, namun ia memilih untuk menikmati "permainan" yang sedang dirancang oleh Nirmala. Ia seolah memberikan panggung pada Nirmala untuk menunjukkan siapa dirinya sebenarnya.
"Kau yang melakukannya?" tanya Saga dengan nada dingin, menatap tajam ke arah Sarah. Tubuh Sarah gemetar ketakutan, sementara teman-temannya yang lain sudah kabur tunggang langgang, meninggalkan Sarah seorang diri menghadapi amarah Tuan Saga.
"Bu... bu... bukan," ucap Sarah tergagap, berusaha menyangkal tuduhan Saga. Dari kejauhan, Sarah melihat Lucky keluar dari toilet. Lucky yang melihat Sarah dikelilingi banyak orang segera berlari menghampiri, berniat membela kekasih barunya itu.
Sarah tersenyum lega karena kini ia tidak sendirian. Lucky datang untuk membelanya. Namun, senyum Sarah langsung luntur saat Lucky melihat wajah Tuan Saga. Ekspresi Lucky berubah drastis, seolah melihat hantu yang paling menakutkan.
"Tu... Tuan, sedang apa Anda di sini?" ucap Lucky tergagap, berusaha menyembunyikan rasa takutnya.
Saga menggenggam tangan Nirmala dengan lembut, lalu mengecupnya dengan mesra. Ia tersenyum penuh kemenangan ke arah Lucky, seolah ingin menunjukkan bahwa Nirmala adalah miliknya. Nirmala dan Ace pun terkejut dengan tindakan Saga yang tiba-tiba itu, namun mereka berusaha sekuat tenaga untuk menyembunyikan keterkejutan mereka dan memasang ekspresi biasa.
"Ayo, kita pulang," ajak Saga pada Nirmala dengan lembut. "Saya permisi, Tuan Lucky," ucap Saga sambil tersenyum sinis, lalu berjalan meninggalkan Lucky dan Sarah yang masih terpaku di tempat mereka.
Di dalam mobil
"Te.... terima kasih, Tuan," ucap Nirmala pada Saga dengan nada sedikit gugup. Nirmala menatap wajah Saga, namun ia justru merasa ketakutan melihat senyum sinis yang terpancar dari wajah Tuan Saga. "Ini tidak gratis," ucap Saga dengan nada rendah, membuat bulu kuduk Nirmala meremang.
Hayooo habis baper jadi tegang kan...