NovelToon NovelToon
Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Jodoh Lima Langkah Dari Rumah

Status: tamat
Genre:Kehidupan di Kantor / CEO / Dijodohkan Orang Tua / Office Romance / Romansa / Tamat
Popularitas:77.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Bagi Nadin, bekerja di perusahaan besar itu impian. Sampai dia sadar, bosnya ternyata anak tetangga sendiri! Marvin Alexander, dingin, perfeksionis, dan dulu sering jadi korban keisengannya.

Suatu hari tumpahan kopi bikin seluruh kantor geger, dan sejak itu hubungan mereka beku. Eh, belum selesai drama kantor, orang tua malah menjodohkan mereka berdua!
Nadin mau nolak, tapi gimana kalau ternyata bos jutek itu diam-diam suka sama dia?

Pernikahan rahasia, cemburu di tempat kerja, dan tetangga yang hobi ikut campur,
siapa sangka cinta bisa sechaotic ini.

Yuk, simak kisah mereka di sini!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

06. berita mengejutkan

Hari itu suasana kantor berbeda. Biasanya ruangan dipenuhi suara ketikan dan tawa kecil para karyawan, tapi pagi itu udara terasa berat, seolah semua orang tahu akan ada badai kecil.

Nadin yang baru saja duduk di mejanya, mendapati semua orang meliriknya dengan cara aneh. Beberapa berbisik, sebagian lagi sengaja diam ketika dia lewat.

dia mengernyit. “Ada apaan sih?” gumamnya pelan. Hingga tiba-tiba suara sepatu hak tinggi terdengar mendekat.

Wanita itu berdiri di depan meja Nadin sambil memegang berkas tebal berwarna merah.

“Nadin Arshanti, bisa ikut saya ke ruang rapat sebentar?”

Nada suaranya lembut tapi penuh tekanan. Nadin mengangguk, mencoba tetap tenang meski perasaannya tak enak sejak pagi.

Begitu masuk ruang rapat, ia terkejut mendapati beberapa staf senior sudah duduk di sana. Di ujung meja ada Marvin.

Wajahnya seperti biasa, tenang, tegas, dan sulit ditebak. Nadin berusaha tersenyum kecil, tapi senyum itu gugur ketika Aulia membuka berkasnya.

“Jadi begini, Pak Marvin,” ucap Aulia dengan nada formal. “Tadi malam sistem mendeteksi perubahan data di laporan keuangan cabang Surabaya. Dan ternyata, data terakhir diakses menggunakan akun milik Nadin.”

Ruangan seketika hening. Nadin membelalak. “Apa? Nggak mungkin! Aku bahkan nggak pernah buka file itu, Mbak!”

Aulia tersenyum tipis. “Tapi sistem mencatat login kamu, sayang. Dan hasil print-out ini menunjukkan waktu akses jam 22.45 semalam.”

“Aku jam segitu udah di rumah! Lagi bantu Ibu masak, bahkan nggak buka laptop!” Dia melirik suaminya yang duduk tenang di ujung.

Beberapa staf saling pandang, sementara Marvin tetap diam. Tatapannya lurus ke arah dokumen, tanpa satu pun kata keluar dari mulutnya.

“Pak Marvin,” lanjut Aulia, “saya rasa ini pelanggaran serius. Bisa jadi ada kelalaian atau ... penyalahgunaan data.”

Nadin menatap Marvin tak percaya. “Pak Marvin, aku nggak ngelakuin apa pun. Kamu tahu aku nggak mungkin...”

"Kamu pikir ini di rumah. Mentang- mentang tetangga bisa bicara tidak sopan?" tegur Aulia.

“Cukup, Nadin,” potong Marvin dengan nada datar. “Kita belum tahu siapa yang bersalah. Aku nggak bisa ambil keputusan sebelum audit IT selesai.”

“Tapi Bapak percaya saya, kan?” suara Nadin mulai bergetar.

Marvin terdiam, beberapa detik yang terasa seperti selamanya. Lalu ia berkata pelan, “Saya tidak boleh berpihak pada siapa pun di kantor, Nadin. Termasuk kamu.”

Kata-kata itu menghantam lebih keras dari tuduhan apa pun. Dada Nadin terasa sesak. Ia menggigit bibirnya, menahan air mata agar tak jatuh di depan semua orang.

“Baik, kalau gitu aku tunggu hasil audit,” katanya akhirnya, berusaha terdengar tegar. Dia menunduk hormat, lalu keluar dari ruang rapat dengan langkah cepat.

Pintu tertutup, menyisakan keheningan panjang. Aulia menatap Marvin dengan ekspresi puas terselubung. “Saya hanya ingin menjaga reputasi perusahaan, Pak.”

Marvin mengangguk singkat. “Kerja bagus, pastikan audit dilakukan secepatnya.”

Namun begitu Aulia keluar, ekspresi Marvin berubah. Ia menghela napas panjang dan menatap laptop di depannya dengan tatapan kosong.

“Aku tahu kamu nggak bersalah, Nadin ... tapi kalau aku membelamu, semua orang akan tahu siapa kamu bagiku.”

Sementara itu, di pantry, Nadin duduk menatap cangkir kopinya yang sudah dingin. Teman sekantornya, Mira, berbisik pelan. “Kamu nggak apa-apa, Nad?”

Nadin memaksa tersenyum. “Aku baik-baik aja. Cuma ... agak kaget aja dituduh begitu.”

“Semua orang tahu kamu rajin, kok. Aulia aja kayaknya sengaja nyari celah.”

Nadin menatap ke arah jendela kaca yang menghadap ruang CEO di lantai atas.

“Masalahnya, dia punya semua alasan buat nyerang aku, Mir. Dan Pak Marvin ... dia diem aja.”

Mira menepuk bahunya lembut. “Mungkin dia cuma berusaha profesional.”

Nadin tertawa hambar. “Profesional atau ... pura-pura nggak kenal?”

Sore harinya, saat semua karyawan sudah pulang, Nadin masih duduk di meja kerjanya. Layar laptop menampilkan laporan-laporan lama yang coba ia buka ulang. Ia ingin mencari bukti sendiri, sesuatu yang bisa membersihkannya. Pintu ruangannya tiba-tiba terbuka pelan.

Marvin berdiri di sana, tanpa jas, hanya mengenakan kemeja putih dengan lengan tergulung.

“Masih di sini?” tanyanya lembut.

Nadin tidak menoleh. “Aku belum selesai, Pak. Katanya audit butuh bukti tambahan, jadi aku bantu cari.”

“Sudah malam.”

“Biarin, aku nggak bisa tidur kalau masih disalahin tanpa alasan.”

Marvin berjalan mendekat, berdiri di belakangnya.

“Jangan terlalu keras sama diri sendiri.”

Nadin menoleh cepat. “Mudah buat kamu ngomong gitu. Kamu nggak dituduh curang di depan semua orang, dan kamu...” ia menahan napas, “kamu nggak belain aku.”

Marvin menatapnya lama. “Kalau aku belain kamu tadi, semua orang akan curiga. Kita sudah sepakat, pernikahan ini rahasia.”

“Rahasia, iya. Tapi bukan berarti aku harus sendirian waktu semua orang salah paham!”

Suara Nadin pecah, air matanya jatuh juga meski sudah berusaha ditahan. Marvin diam sebentar, lalu mengulurkan saputangan. “Aku akan selesaikan ini.”

“Gimana caranya? Dengan diam?”

“Dengan bukti.” Nada suaranya berubah tegas. “Aku tahu kamu nggak bersalah, Nadin. Tapi aku butuh waktu untuk buktikan tanpa menjatuhkan orang lain, termasuk Aulia.”

Nadin menatapnya lama. Antara ingin marah, tapi juga ingin percaya.

“Kenapa kamu nggak pernah nunjukin perasaanmu yang sebenarnya, sih?” gumamnya pelan.

Marvin tersenyum samar. “Kalau aku nunjukin, kamu pasti kabur.”

“Coba aja dulu.” Keduanya terdiam, mata saling bertaut sejenak, lama, ambigu, tapi hangat.

Sampai akhirnya suara pintu lift terdengar dari luar. Nadin buru-buru menunduk, dan Marvin melangkah mundur.

Parkiran basement perusahaan Alexander Corp malam itu nyaris kosong.

Lampu neon berkedip redup, suara mesin mobil sesekali menggema di antara tiang beton. Dan di salah satu sudut, mobil hitam milik Marvin Alexander masih terparkir manis.

Nadin melangkah pelan sambil menenteng tas. Dia baru saja lembur, rambutnya berantakan, dan wajahnya kelihatan lelah. Tapi begitu melihat mobil Marvin, matanya langsung menyipit.

“Lah, suami sendiri belum pulang juga. Mau nongkrong di basement sampai jam berapa, Pak Bos?” gumamnya kesal, lalu mengetuk kaca jendela.

Kaca mobil turun perlahan. Muncullah wajah Marvin, rambutnya sedikit berantakan, dasinya longgar, tapi ekspresinya tetap datar dan dingin seperti biasa.

“Ngapain kamu belum pulang?” tanyanya.

Nadin menaikkan alis. “Heh, harusnya aku yang nanya itu, Pak. Ini udah malam, jangan bilang kamu tidur di sini demi menghindari istri kamu?”

Marvin menatapnya datar. “Aku lagi berpikir.”

“Wah, CEO mikir di basement. Aneh tapi keren juga.” Nadin nyengir, lalu tanpa izin langsung membuka pintu dan duduk di kursi sebelahnya.

Marvin meliriknya sebentar. “Siapa yang suruh kamu masuk?”

“Ya ampun, kita ini udah nikah, Pak. Masih aja ngomong kayak saya orang asing.”

Nada suaranya separuh kesal, separuh menggoda.

"Oh, jadi sekarang kamu udah ngaku ya?" ledek Marvin.

Keheningan singkat, hanya suara AC mobil yang terdengar. Nadin melipat tangan di dada, menatap ke depan.

“Tentang tuduhan data itu … aku nggak nyentuh file apa pun. Aku tahu kamu diem tadi pas Aulia nuduh aku, tapi aku nggak marah, cuma kecewa aja.”

Marvin menarik napas panjang, menatapnya dari sisi mata. “Aku nggak bisa bela kamu di depan semua orang, Din. Tapi aku percaya kamu.”

Nadin menoleh cepat, kaget. “Serius?”

Marvin mengangguk pelan. “Kalau aku nggak percaya, aku nggak bakal duduk di sini nungguin kamu.”

Sekilas, Nadin seperti kehilangan kata-kata. “Huh, alesan. Tadi aja di rapat mukamu kayak kulkas sepuluh pintu. Mana aku tahu kamu percaya.”

Marvin menahan tawa kecil, senyum tipis yang jarang sekali muncul. “Kamu terlalu banyak ngomong.”

“Dan kamu terlalu dingin,” balas Nadin cepat. “Nggak heran dulu aku kira kamu robot.”

“Kamu juga dulu bar-bar banget, aku takut ngaku suka.”

Nadin menoleh dengan cepat. “Ngaku apa?”

“Suka,” jawab Marvin tenang, tapi matanya menatap lurus.

Detik itu, jantung Nadin berdegup keras. “W-wah, Bapak CEO bisa nembak juga ternyata. Tapi sayang ya, udah telat. Aku udah jadi istrimu sekarang.”

Marvin menatapnya lama, lalu tertawa pelan. “Iya, dan kamu istri paling ribut yang pernah aku punya.”

Nadin mendengus, memukul lengannya pelan. “Eh, baru nikah sebulan juga belum! Nanti aku catet tuh di jurnal, ‘Suami paling nyebelin abad ini.’”

Keduanya sama-sama tertawa kecil. Tapi saat tawa mereda, pandangan mereka saling bertemu. Mata Marvin yang biasanya datar kini hangat, sementara Nadin menatapnya dengan pipi memerah. Suasana tiba-tiba berubah sunyi. Napas mereka pelan, jarak di antara wajahnya kian dekat tanpa sadar.

Sampai akhirnya, bibir mereka saling bersentuhan singkat. Marvin refleks mundur sedikit, tapi Nadin malah menatapnya dengan mata membulat.

“Bapak barusan nyium saya?” tanyanya dengan suara nyaris berbisik.

Marvin menatapnya santai. “Kalau iya kenapa? Kamu istriku.”

“Y-ya tapi kan ini di kantor!” seru Nadin panik. “Bayangin kalau ada CCTV!”

Belum sempat Marvin menjawab, suara langkah sepatu terdengar di ujung parkiran. Di balik salah satu pilar beton, Aulia berdiri memegang ponsel, wajahnya tegang.

Dia menatap layar yang menampilkan foto Nadin dan Marvin di dalam mobil, lalu mengepalkan tangan kuat-kuat.

“Jadi benar … mereka ada hubungan,” gumamnya pelan. “Aku tahu dari awal perempuan itu cari perhatian.”

Satu foto diambil, satu rencana gosip mulai disusun. Sementara di dalam mobil, Nadin masih menutup wajahnya dengan tangan.

“Duh, Bapak, gara-gara ini aku deg-degan!”

Marvin tersenyum miring. “Kamu deg-degan karena takut ketahuan atau karena ciumannya?”

“Dua-duanya!” jawab Nadin cepat.

Marvin tertawa pelan. “Besok jangan acting nggak kenal lagi di kantor. Aku udah capek lihat istriku pura-pura karyawan.”

Nadin mendengus. “Ya salah sendiri nggak mau ngumumin pernikahan. Aku kan cuma nurut.”

“Hmm,” Marvin menatapnya dengan tatapan yang bikin jantung berdebar. “Mungkin setelah ini aku pertimbangkan, yang mau pernikahan ini rahasia juga awalnya ide kamu," pungkas Marvin tersenyum, lalu menyalakan mesin mobil dan meninggalkan tempat tersebut.

1
Nurul Hilmi
gantung ceritanya
Heni Fitoria
novel ini kok g ada kelanjutan y kak, apa udh tamat kak Aisyah
Heni Fitoria: kok g up LG pdhl udh ditunggu kelanjutannya....
yg lain lho selalu update...
total 2 replies
Nurul Hilmi
ini udah end kok ya
Aisyah Alfatih: masih ada 19 bab lagi 😁
total 1 replies
Teh Euis Tea
ko blm up lg thor, ini seriusan udah tamat ko gantung bgt thor
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya, siapa tau Kaka suka.

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

Insyaallah seru ka... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
Ratih Setya
kelanjutannya mana kak
Jong Nyuk Tjen
ini ud tamat thor ?
Aisyah Alfatih: masih ada kelanjutan
total 1 replies
Jong Nyuk Tjen
ke jepang urusan bisnis bs ber lama2 ninggalin keluarga. Ad ap d jepang vin ?
Jong Nyuk Tjen
anita kamu am s gibran aja tuh , drpd gangguin s marvin n nadin
Jong Nyuk Tjen
nadin d lawan wkwkwk
Jong Nyuk Tjen
s aulia itu ulat keket yg kegatelan
Yenny Kesuma
👍👍👍
Eridha Dewi
ada lanjutannya gak
Aisyah Alfatih: ada kak ada sekitar 19 bab lagi 😁
total 1 replies
sum mia
good Marvin.... kamu langsung tahu apa yang akan menjadi tujuan si ulet bulu Aiko... hempaskan dan jebak mereka untuk mengumpulkan bukti bila perlu menangkap basah perbuatan mereka . dan jangan lupa... libatkan Nadin.... karena dia hebat lebih dari yang kamu kira .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍 😍 😍
sum mia: kok lama gak up lagi thor , bikin karya baru pliiiiissss yang lama jangan dilupain dong .
total 1 replies
sum mia
ealah.... bibit pelakor sudah bermunculan . hari pertama masuk kerja lagi udah dapat kejutan aja . tapi tentu Nadin tak kan tinggal diam . pesona , kecerdasan , dan kehebatan seorang Nadin tak kan hilang hanya karena di datangi ulet bulu yang bikin gatel . ya udah.... namanya ulet bulu ya diinjak aja biar matek .
semangat Nadin....halau dan hempaskan pelakor yang masuk ke dalam rumah tangga .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Alyanceyoumee: Assalamualaikum. Thor permisi, ikut promo ya🙏.

Kaka, Jika ada waktu luang, boleh coba baca karya ku yang berjudul "PARTING SMILE" ya, siapa tau Kaka suka.

Berkisah tentang penyanyi religi yang terjerat pernikahan kontrak dan cinta masa lalunya yang sangat rumit. Ditambah dia tipe yang gengsian dan menyebalkan, hiih dah lah.

Insyaallah seru ka... xixi
di tunggu ya ☺️🙏
total 1 replies
sum mia
lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Esther Lestari
Aiko si ulet bulu baru lagi.
Teh Euis Tea
ulat bulu datang silih bergabti untuk menggoda marvin, untung aj marvin punya istrinya nadin yg kuat dan profesional
Lusi Hariyani
pesonamu marvin wanita dr berbagai dunia dtg padamu untung istrimu nadin wanita yg kuat&cerdas
Kasih Bonda
next Thor semangat
Dwi ratna
hadeh ulet bulu dtang silih berganti,jd malas bcanya 🏃🏃🏃🏃
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!