NovelToon NovelToon
Shadow Skriptor

Shadow Skriptor

Status: tamat
Genre:Spiritual / Vampir / Tamat
Popularitas:607
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di bawah cahaya rembulan buatan Mata Samara, terletak Negeri Samarasewu, kota sihir yang diatur oleh hukum yang kaku dan Dewan Lima Bintang yang elitis. Di sinilah Yusuf, seorang pemuda yang bukan penyihir, menjalani hidupnya sebagai Skriptor Bayangan—seorang ahli yang diam-diam menyalin, menerjemahkan, dan memalsukan mantera-mantera kuno untuk para penyihir malas dan pasar gelap. Keahliannya bukan merapal sihir, melainkan memahami arsitekturnya.
​Kehidupan Yusuf yang berbahaya hancur ketika ia tertangkap basah oleh Penjaga Hukum Sihir saat sedang menyalin mantera pertahanan tingkat master yang sangat terlarang: Mantera Pagar Duri Nirwana. Dalam pelariannya, Yusuf terpaksa merapal mantera kabut murahan, sebuah tindakan yang langsung menjadikannya buronan.
​Terjebak di Distrik Benang Kusut, Yusuf bertemu dengan Rumi, seorang makelar licik yang menawarkan jalan keluar. Namun, kebebasan datang dengan harga yang mengerikan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arsitek di Peti Mati & Fondasi Baru

​Beberapa hari kemudian, ketenangan kembali meliputi Pulau Gantung Veridia. Rumi, terperangkap dalam sangkar Pagar Duri Nirwana, ditinggalkan di salah satu gua bawah tanah. Mantera itu menguncinya dari luar dan dari dalam, tidak membiarkannya merapal sihir apa pun.

​Nenek Tula memandang Yusuf, yang kini duduk di reruntuhan, mengamati ombak Kabut Kuno di bawahnya.

​"Kau mengalahkan penyihir terkuat Samarasewu hanya dengan pengetahuan tinta, Skriptor," ujar Nenek Tula. "Apa rencanamu sekarang?"

​"Aku sudah bebas," jawab Yusuf, memegang kuas tulangnya, kuas yang tidak lagi menempel tinta, tetapi debu Veridia. "Aku tidak akan kembali ke Samarasewu. Aku benci sihir yang terkunci dan teratur."

​Yusuf melihat ke Inti Veridia yang kini berdenyut tenang di kejauhan. Peti Mati Benua adalah sebuah tempat yang kacau, tetapi ia merasakan kebebasan sejati di sana.

​"Di Samarasewu, aku hanya menyalin mantera orang lain," kata Yusuf. "Di sini, tidak ada mantera yang kaku. Aku bisa menulis apa pun."

​Yusuf berdiri, ia bukan lagi seorang pemuda kurus yang lari dari hukum. Ia adalah seorang pria yang memahami struktur dunia sihir.

​Ia membungkuk, mengambil segenggam Debu Samara Murni yang tercecer dari sisa pertarungan. Ia tidak merapal mantra untuk serangan. Ia merapal mantra untuk menciptakan.

​Dengan kuas tulangnya, ia mulai menggambar simbol yang rumit dan belum pernah ada di atas pilar kuno di hadapannya. Simbol yang akan mengatur kembali jalur energi di Pulau Gantung Veridia, membuatnya lebih stabil, lebih aman, tetapi tetap liar.

​Yusuf telah menemukan takdirnya: ia bukan penyihir, ia adalah arsitek sihir. Ia akan tetap menjadi Skriptor Bayangan, tetapi kini ia adalah bayangan yang menulis ulang takdir seluruh benua. Ia bukan lagi buronan; ia adalah penjaga gerbang bagi kekacauan yang disayanginya, dan penulis bagi masa depan yang belum terukir.

Yusuf menghabiskan musim dingin pertamanya di Veridia, bukan lagi sebagai buronan yang ketakutan, melainkan sebagai pembelajar. Nenek Tula, meskipun keras, terbukti menjadi mentor yang tak ternilai. Ia mengajarkan Yusuf bahwa sihir liar di benua ini tidak dapat diperintah, tetapi harus dimengerti dan dihormati.

​"Kau punya mata untuk melihat benang sihir, Yusuf," ujar Nenek Tula suatu pagi, saat mereka berada di bawah pohon Lentera Darah yang bercahaya keunguan. "Di Samarasewu, benang itu ditenun menjadi kain kaku. Di sini, ia adalah angin. Kau harus menulis mantera di atas angin itu."

​Yusuf mulai mengimplementasikan visinya sebagai Arsitek Sihir. Tugas pertamanya adalah menstabilkan Pulau Gantung Veridia. Ia tidak merapal mantera penyeimbang yang rumit seperti di Samarasewu. Sebaliknya, ia mengukir.

​Menggunakan kuas tulangnya dan getah dari pohon Lentera Darah sebagai "tinta," ia mulai mengukir simbol-simbol rekayasa sihir di dasar pilar-pilar kuno Veridia. Ia tidak menciptakan sihir baru; ia hanya mengarahkan dan mendistribusikan energi liar Inti Veridia dengan lebih efisien. Ia menciptakan infrastruktur.

​Tak lama kemudian, para penyihir buangan dan alchemist yang tinggal di Veridia mulai menyadari perubahannya. Getaran pulau menjadi lebih halus. Badai sihir liar (fenomena alam Peti Mati Benua) tidak lagi menyerang pulau dengan kekuatan penuh, melainkan dialihkan.

​Ketenangan ini menarik perhatian, baik yang baik maupun yang buruk.

Suatu sore, saat Yusuf sedang mengukur celah energi di reruntuhan barat, ia menemukan sebuah artefak. Itu adalah sebuah kotak kayu tua yang dihiasi kunci kuningan berkarat. Kotak itu memancarkan aura sihir yang sangat teratur, kontras sekali dengan lingkungan Veridia yang liar.

​"Itu Kotak Kenangan," desis Nenek Tula, yang muncul tiba-tiba. "Peninggalan dari para pendiri Samarasewu. Mereka membuangnya karena sihir di dalamnya terlalu sempurna untuk diatur."

​Di Samarasewu, artefak sempurna seperti itu akan dianggap suci. Di Peti Mati Benua, itu adalah bom waktu.

​Yusuf merasakan tarikan kuat pada kotak itu. Sebagai Skriptor, ia haus akan pengetahuan kode-kode sempurna. "Aku harus membukanya."

​"Membuka sihir yang terlalu sempurna di dunia yang liar? Itu akan menghancurkan keseimbangan yang baru saja kau bangun," peringatkan Nenek Tula. "Kotak itu mungkin berisi pengetahuan tak ternilai, tapi risikonya adalah menarik perhatian musuh lama kita, Penjaga Samarasewu."

1
Yusup Nurhamid
bagus
Yusup Nurhamid
waahh tamatt
Yusup Nurhamid
GOOOOODDD👍
Arfan Miyaz
bagus ceritanya
Arfan Miyaz
👍
Fitria Utami
bagus alur nya
Tsukasa湯崎
Mantap jiwa!
Yusup Nurhamid: Terimakasih kk😄
total 1 replies
minan zuhri
Suka alur ceritanya.
Yusup Nurhamid: Terimakasih kk
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!