Kayyana Putri hanyalah seorang gadis yang sedang berusaha ingin membahagiakan ibunya. Di tengah kehidupannya yang serba kekurangan, suatu malam, Kayya kebetulan menolong seorang gadis bernama Vira.
Bermula dari sana, Nasib Kayya perlahan berubah. Seperti apa perubahan nasib Kayya? Apakah nasib baik atau nasib buruk? Simak kisahnya di sini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon emmarisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Terkunci
Mata Nicky sejak tadi mengamati semua orang yang hadir di ruang rapat. Kebanyakan dari mereka bahkan terlihat jelas tidak fokus pada materi rapat melainkan sibuk mengamati asistennya.
Nicky berdehem hingga membuat para staf yang kurang fokus tadi menegang.
"Jika kalian tidak berminat mengikuti rapat silahkan keluar."
Suara Nicky terdengar tegas dan jelas. Namun, tidak ada satu pun yang berani beranjak dan bergerak. Rapat akhirnya dilanjutkan kembali.
Rapat selesai pukul 12 siang lebih. Kayya mengikuti Nicky keluar. Rencananya mereka akan bertemu klien dan sekaligus makan siang.
Tiba di tempat janjian, Kayya dan Nicky turun dari mobil, tetapi tiba-tiba seorang wanita mendekati Nicky dengan wajah berbinar. Nicky tidak sempat memperhatikan wanita itu, dia sibuk mengirim pesan.
"Nick." Suara wanita itu bergetar, antara senang dan terharu melihat Nicky.
Nicky mengangkat kepalanya dan melihat sosok wanita di depannya dengan tatapan benci.
Nicky mengabaikan wanita itu, dia menarik Kayya untuk masuk ke dalam restoran, tetapi wanita itu sepertinya bersikeras untuk berbicara pada Nicky.
"Nick, apa kamu sudah lupa padaku? Kita kenal sudah sangat lama. Kenapa kamu mengabaikanku, Nick?" Wanita itu mengikuti Nicky dan Kayya.
Nicky menghentikan langkahnya. Dia menatap wanita itu dengan tajam. Wanita itu tampaknya sangat senang karena Nicky berhenti.
"Bagaimana aku bisa lupa dengan penipu sepertimu. Aku tidak akan pernah lupa, tetapi untuk berbicara denganmu lagi, aku merasa sangat jijik."
Kayya yang sejak tadi tidak ingin terlibat masalah langsung menatap lawan bicara Nicky. Dia mengamati perempuan itu dari atas ke bawah.
"Nick, aku tahu kamu marah padaku, tapi setidaknya dengarkan penjelasanku dulu." Wanita itu hendak menyentuh tangan Nicky, tetapi Nicky telah lebih dulu menghindar.
"Aku tidak perlu penjelasanmu." Nicky segera berbalik dan menarik Kayya lagi. Kayya hanya bisa pasrah ditarik tarik Nicky sejak tadi.
"Rachel, ada apa?" Seorang pria dengan jas rapi mendatangi wanita yang mengganggu Nicky tadi.
"Tidak apa-apa, itu hanya kenalan lama."
Sementara itu, sampai di tempat duduk, Nicky masih terus mencekal pergelangan tangan Kayya.
"Pak, tolong melepaskan tangan saya," kata Kayya. Nicky segera melepaskan tangan Kayya.
"Maaf."
"Tidak apa-apa, Pak." Meski bibirnya mengatakan tidak apa-apa, tetapi di bawah meja, Kayya mengusap pergelangan tangannya yang memerah. Kekuatan Nicky dalam mencengkeram tadi sepertinya memakai tenaga dalam.
"Selamat siang, Pak Nicky."
"Oh, selamat siang, Pak Haryo."
"Saya mohon maaf sebelumnya karena terlambat, kebetulan jam makan siang jadi jalanan agak macet," kata Pak Haryo.
"Ya, tidak apa-apa. Saya juga baru saja sampai."
Setelah bertukar kata sebentar, Haryo dan Nicky membicarakan masalah bisnis. Kayya mencatat semua poin pentingnya.
Di meja lain, perempuan bernama Rachel itu terus menatap ke meja Nicky.
"Kamu kenapa melihat ke sana terus. Mau menyapa?"
"Tidak, Leo. Dia membenciku."
Dahi Leo berkerut. Dia ikut ikutan menatap ke arah Nicky. "Kenapa dia membencimu. Ku rasa itu hanya salah paham. Apa kau ingin aku bicara dengannya?"
Rachel menggeleng dengan wajah sendu. Tetapi kedua tangannya terkepal seolah dia menyimpan dendam pada Nicky.
Usai membicarakan masalah bisnis, Nicky dan Kayya langsung memesan makan siang. Rekan bisnis Nicky tidak bisa ikut makan siang karena ada jadwal lainnya.
"Setelah ini tidak ada agenda lainnya kan?" tanya Nicky sembari makan.
"Tidak ada, Pak."
Usai makan, Nicky mengajak Kayya kembali ke perusahaan. Rachel terus menatap kepergian mereka dengan wajah tak rela.
"Pria itu, aku baru ingat, bukankah namanya Nicky Lesmana? Kamu mengenalnya di mana?" tanya Leo.
Rachel mengalihkan pandangannya ke arah Leo, dia tersenyum, matanya yang sayu membuat seseorang merasa ingin melindunginya.
"Itu sudah lama sekali, aku kenal dengan dia saat pertukaran mahasiswa."
Leo menangkap keanehan dari nada bicara Rachel, seperti menyimpan sebuah kebencian yang dalam, tetapi dia buru-buru menampik pikirannya.
Sementara itu, Nicky dan Kayya baru saja kembali ke perusahaan saat Jovan datang. Kayya menyapa Jovan terlebih dulu, sebelum berjalan mendahului Nicky dan Jovan. Dia terburu buru ingin pergi ke toilet. Sejak dari restoran tadi, Kayya merasa perutnya sakit. Untungnya dia tidak kentut di dalam mobil, tapi sekarang dia benar-benar tidak tahan.
Kayya pergi ke toilet lantai bawah, dia tidak tahan jika harus naik lift ke atas. Nicky dan Jovan menatap kepergian Kayya yang secepat kilat dengan wajah keheranan.
"Ada apa dengan Kayya, Bos?"
"Saya juga tidak tahu, mungkin dia sakit perut."
Nicky sudah menunggu Kayya cukup lama, tetapi gadis itu tidak kunjung muncul. Nicky mencoba mengecek CCTV lantai bawah dari laptopnya. Dia memutar waktu di saat Kayya masuk ke dalam toilet. Ada beberapa karyawan wanita berlalu lalang. Sepuluh menit kemudian orang-orang yang ke toilet mulai berkurang, tetapi Kayya tetap tidak terlihat. Nicky mencoba mempercepat waktu, di menit ke 12, Nicky melihat gerak gerik seorang karyawan yang mencurigakan. Dia menarik papan yang biasanya digunakan saat ada perbaikan. Sepintas pemikiran tiba-tiba melintas di benaknya
Nicky bergegas berdiri dan turun ke bawah. Dia khawatir terjadi sesuatu pada Kayya.
Saat itu di toilet. Kayya yang baru menyelesaikan urusan perutnya, hendak keluar dari kamar mandi, tetapi pintunya sulit untuk di tarik.
Kayya mencoba menggedor pintu, tetapi tidak ada respon dari luar. Kayya mengambil tasnya yang tergantung dan saat ia mengeluarkan ponselnya, dia seketika mengusap keningnya. Ponselnya mati, sudah jelas jika itu kehabisan daya.
Tak ingin menyerah, Kayya kembali menggedor pintu. Kali ini dari luar ada suara. Tak lama pintu dibuka dari luar.
Kayya melihat wajah Nicky yang cemas, seketika tertegun. "Pak Nicky."
Nicky menarik Kayya keluar dari toilet. Dia memutar Kayya dan memastikan jika dia baik-baik saja. Jovan juga berdiri tak jauh di belakang Nicky.
Awalnya Jovan ingin mengantar laporan ke ruangan Nicky, tetapi belum sempat dia mengetuk pintu, Nicky keluar dari ruangannya dengan wajah marah. Jovan hanya meletakkan laporan itu di meja Kayya dan bergegas menyusul atasannya.
Sekarang Jovan mengerti kenapa atasannya sangat terburu-buru, rupanya ada orang yang berani menindas Kayya.
Kayya agak bingung dengan kelakuan atasannya, tetapi dia tidak banyak bicara dan hanya diam.
"Panggil Satya ke ruangan saya, sekarang." Nicky segera memberi perintah pada Jovan. Dia menarik pergelangan tangan Kayya dan membawanya pergi dari toilet itu.
Beberapa karyawan yang memang bekerja di lantai itu semuanya mengintip Nicky dan Kayya.
"Tuh, lihat, kamu tahu kan kalau pak Nicky sangat peduli sama asistennya."
Salah satu karyawan berbicara, tetapi ada beberapa yang langsung merasa tak tenang.
lgsg pecat z np..
gk yakn kdpn ny bgs manusia ni
next kk
visual ny mn