"Cinta bukan hanya tentang rindu dan sentuhan. Tapi juga tentang luka yang diwariskan, dan rahasia yang dikuburkan."
Kael Julian Dreyson.
Satu pria, dua identitas.
Ia datang ke dalam hidup Elika Pierce bukan untuk mencintai ... tapi untuk menghancurkan.
Namun siapa sangka, justru ia sendiri yang hancur—oleh gadis yang berhasil membuatnya kehilangan kendali.
Elika hanya punya dua pilihan :
🌹 Menikmati rasa sakit yang manis
atau
🌑 Tersiksa dalam rindu yang tak kunjung padam.
“Kau berhasil membuatku kehilangan kendali, Mr Dreyson.” — Elika Pierce
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Nafas, Tatapan dan Jebakan
...❤︎...
..."Gadis itu sedang jatuh cinta. Sayangnya, pada orang yang menjadikannya target."...
...❤︎...
"Halo, Ma." Elika menjepit ponselnya di antara bahu dan telinga, sembari kedua tangannya sibuk memasukkan buku dan alat tulisnya ke dalam tas.
^^^"Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu?"^^^
"I'm fine. Papa bagaimana? Sehat?"
^^^"Papa kamu sehat selalu kalau Mama di sampingnya."^^^
Terdengar suara tawa dari sebrang ponsel, menunjukkan bahwa ayah dan ibu Elika dalam keadaan baik-baik saja.
Setelah semua dirasa sudah ia masukkan ke dalam tas, Elika menyandang tas jeansnya ke bahu. Lalu tangan mulusnya memegang ponsel sambil berjalan menuju ke depan cermin. Ia memastikan penampilannya hari itu sudah rapi dan cantik dengan dress soft pink yang sudah ia pilih sejak malam tadi.
"Tutornya baik. Berkat dia juga aku lulus A1. Aku sudah tak sabar untuk segera ke Jerman."
^^^"Anak Mama juga pintar. Makanya lulus A1."^^^
^^^"Kamu mau titip apa, Sayang? Minggu depan Mama dan Papa pulang."^^^
"Apa saja. Mama tahu selera aku," kekeh Elika sambil bersiap ingin keluar dari kamar. "Papa mana, Ma?"
^^^"Papa kamu masih meeting."^^^
"Oh, okay. Sudah dulu ya, Ma. Aku mau keluar. Bye Mama. Love you."
^^^"Love you too, Sayang."^^^
Setelah memutuskan panggilan telfon dengan ibunya, Elika bergegas turun ke lantai satu rumahnya, dan pergi ke teras. Ia melihat Julian sudah menunggu di dalam mobil.
"Hai," sapa Elika sambil menutup pintu mobil. Kemudian ia bersandar ke kursi.
"I miss you," lirih Julian sambil mengecup lembut bibir Elika. Kemudian ia memakaikan Elika seatbelt.
"I miss you too," balas Elika malu-malu. Tapi ia senang. Ada begitu banyak kupu-kupu yang sedang menggelitik perutnya saat ini. Sesekali ia mencuri pandang wajah Julian yang sedang fokus menyetir mobil.
Julian tahu, bahwa saat ini Elika sedang menatapnya malu-malu. Ia diam dan berpura-pura tak tahu. "Ya ... teruslah jatuh cinta padaku. Dengan begitu, kau mudah untukku hancurkan."
Tak membutuhkan waktu yang lama, sedan yang dibawa oleh Julian pun tiba di parkiran. Keduanya turun dan bergegas masuk ke lobby apartemen serta menaiki lift.
Pintu lift terbuka. Julian melangkah keluar dari lift. Kemudian ia menyodorkan tangannya kepada Elika.
Elika menyambut tangan kekar pria itu dengan senang hati.
Keduanya pun jalan bergandengan menuju unit yang di tempati Julian.
Pintu apartemen dibuka oleh Julian, dan Elika ragu-ragu untuk melangkah masuk.
"Kenapa, Sayang?" tanya Julian dengan sebutan yang semakin membuat Elika mabuk cinta.
"Ah ... itu ... apa tak masalah kalau aku masuk ke rumah pria?"
Julian terkekeh. Kemudian ia menarik tangan Elika, membawa gadis itu masuk ke dalam dunianya yang penuh dengan kepalsuan. Lalu ia menutup pintu dan menyandarkan gadis itu ke daun pintu.
Tubuh mereka berdempetan. Elika terpojok dan tak bisa lari. Ia mendongak, menatap wajah tampan Julian yang penuh kharisma.
"Rumah pria?" bisik Julian dalam. "Aku ini kekasihmu, Sayang."
"Atau ... kau hanya menganggapku sebagai seorang pria asing? Bukan kekasih?"
Elika mendelik. Ia langsung merasa bersalah dengan tindakan manipulatif Julian. "Bukan. Ini pertama kalinya aku datang ke rumah seorang pria."
Julian membulatkan matanya. Kemudian menatap penasaran ke arah Elika. "Oh ya? Bagaimana dengan mantan-mantanmu dulu?"
Elika menggelengkan kepalanya.
Julian mengerutkan dahinya. Menatap tak mengerti dengan gerakan kepala gadis itu.
"Ya belum pernah," jawab Elika seadanya.
Julian tersenyum. Namun di dalam hatinya, ia tak percaya dengan ucapan gadis itu. "Ck! Kau ingin terlihat polos? Begitu? Anak gadis zaman sekarang belum pernah bercinta. Mustahil sekali."
"Julian ... apa kita akan terus seperti ini?"
Julian menjarakkan tubuhnya. Lalu berbalik badan, jalan menuju ke ruang tengah apartemennya. "Masuklah. Kau bebas melakukan apapun di sini.
Elika masuk dan meletakkan tasnya ke atas sofa yang ada di ruang tengah. Kemudian ia duduk dan melihat sekeliling. Sementara Julian, ia pergi ke pantry dan mengambilkan minuman dingin untuk Elika.
"Kalau kau mau istirahat—" Julian meletakkan 2 botol minuman dingin di atas meja kaca, "—pergi saja ke kamarku itu."
Julian menunjuk ke arah kanan depan, di mana ada dua buah pintu. "Kamar yang sebelah milik adikku. Jangan masuk ya, dia tidak suka ada yang masuk ke dalam kamarnya."
Elika mengangguk sambil mengeluarkan bukunya dari dalam tas.
Proses belajar mengajar berjalan dengan lancar selama 1 jam.
Elika yang semula sibuk dengan pelajaran level A2-nya, tiba-tiba terusik. Ia menoleh ke samping. Saat itu Julian sedang tidur dengan posisi di atas sandaran sofa.
Gadis dengan rambut dikuncir tinggi itu mendekatkan tubuhnya ke arah Julian. Ia menatap dalam wajah pria itu. Sebuah senyuman manis muncul di wajahnya yang cantik. Tatapan itu penuh dengan cinta. Meskipun Julian bukanlah cinta pertamanya. Tapi baginya ... Julian adalah pria yang berbeda dengan mantan-mantan yang pernah singgah di hatinya selama ini.
"Sepertinya kau lelah," lirih Elika pelan. Jari lentiknya tak tahan untuk tak menyentuh wajah Julian.
Saat tangan mulus Elika menyentuh wajahnya, Julian langsung menangkap tangan Julian dengan cepat. Ia tersentak kaget. Detak jantungnya berpacu kencang. Pikirnya, ada bahaya yang mengusiknya saat itu. Tapi ternyata, itu adalah Elika. Bukan bahaya yang selama ini mengganggunya.
"A—aku ... aku tak berniat mengganggumu." Elika ikut terkejut dengan respon waspada Julian. Ia berbalik badan.
Namun dengan sigap Julian menarik tubuh Elika. Dan ciuman panas pun terjadi. Kali ini ... Julian mencium bibir Elika dengan penuh emosi yang tak bisa ia ungkapkan. Di dalam emosi itu ada nafsu dan dendam yang terhubung menjadi satu.
...❤︎❤︎❤︎...
...To be continued .......
But love can also be a disaster due to the hatred and resentment that lingers....
Lagian ku merasa hidup lu ga pantas utk bersanding dengan Kael bukan..
ditambah finansial orangtua lu udh ga menunjang utk hidup hadon, pergi jauh-jauh..
support dr anak satu-satunya akan lebih dibutuhkan untuk orangtuamu..
Dan tinggalkan Kael dengan seribu penyesalan terdalam karena terlalu sibuk dengan mendendam.
Indeed Love and hate have equal emotional intensity, but opposite directions, and one can swiftly turn into the other with betrayal or heartbreak