Renata di paksa menikah oleh orang tuanya untuk menggantikan Adik Tirinya. Di mana pria tersebut lumpuh dan hampir seluruh tubuhnya bernanah bersamaan keluar aroma busuk.
Enam bulan kemudian suaminya bisa berjalan, tubuhnya sudah tidak lagi bernanah dan mengeluarkan aroma busuk berkat perawatan Renata.
Keluarga dari pihak suaminya sangat senang akan hal itu namun sebulan kemudian suaminya ingin menikah dengan Adik Tirinya. Renata yang sangat kecewa langsung meminta cerai dan pergi meninggalkan suaminya.
Tanpa sengaja dirinya bertemu dengan seorang pria yang sedang terluka parah. Renata yang memiliki hati baik menolongnya hingga pria tersebut sembuh dan mengajaknya untuk menikah.
Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Renata mau menerima pria tersebut atau kembali ke suaminya di mana suaminya menyesali perbuatannya? Ikuti yuk kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yayuk Triatmaja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisi Gelap William
"Nona Renata dan Pengacara Sebastian." Jawab anak buahnya.
"Apa?" Tanya William dengan wajah sangat terkejut.
"Sebastian, kenapa kamu membawa Renata ke villaku?" desis William yang bertanya pada dirinya sendiri dengan wajah frustrasi.
Hal ini dikarenakan dirinya tidak ingin Renata takut dengan dirinya dan hal itu bisa mengakibatkan Renata tidak mau menemui dirinya.
"Aku akan menghukum Sebastian." Ucap William dengan wajah menggelap sambil berjalan ke arah lift diikuti Asisten Han.
Hal ini dikarenakan William berada di ruang penyiksaan yang berada di ruang bawah tanah dan ada perendam suara. Sedangkan Renata dan Sebastian berada di lantai satu di ruang keluarga.
William sengaja menjadikan villa miliknya menjadi markas mafia mengingat villa miliknya jauh dari penduduk.
Ting
Pintu lift terbuka dengan lebar membuat William dan Asisten Han keluar dari ruang persegi empat. Kemudian ke dua pria tampan tersebut berjalan ke arah ruang keluarga di mana Renata dan Pengacara Sebastian sedang menunggu dirinya.
Dua suara sepasang sepatu menggema hingga mereka berdua menghentikan langkahnya dan melihat Renata dan Sebastian menatap dirinya.
"Sebastian, kenapa kamu tidak menghubungi Aku?" Tanya William sambil berjalan ke arah Renata.
"Ponselku lowbat." Jawab Sebastian sambil memperlihatkan ponselnya yang gelap gulita.
("Aku sebenarnya mengajak Nona Renata kesini agar Nona Renata tahu pekerjaan Kak William. Karena Aku ingin Nona Renata mau menerima Kak William sebagai ketua mafia." Sambung Sebastian).
Renata yang melihat William berjalan ke arah dirinya, tanpa sengaja menghirup aroma anyir. Hal itu membuat Renata berdiri dan berjalan ke arah William.
"Kak William terluka lagi?" Tanya Renata dengan wajah kuatir sambil menggenggam tangan William.
Deg
Jantung William berdetak kencang karena Renata sangat peduli dengan dirinya namun di sisi lain William takut jika Renata pergi menjauhi dirinya ketika mengetahui sisi gelap William yang terkenal dengan kekejamannya.
Wajahnya yang tadi sempat menggelap mendadak berubah ketika Renata memperhatikan dirinya dengan wajah kuatir.
"Ya, Kakak tadi terluka." Jawab William berbohong dan membiarkan Renata menggenggam tangannya.
Biasanya William akan mendorong siapapun yang menyentuh tubuhnya dengan cara kasar. Namun ketika bersama Renata, dirinya tidak bisa melakukannya.
"Mana yang terluka? Aku akan mengobatinya." Ucap Renata sambil melihat tangan dan seluruh tubuh serta wajah William.
"Tidak perlu." Jawab William.
"Kenapa?" Tanya Renata dengan wajah terkejut.
"Tadi sudah diobati dokter." Jawab William.
"Ada apa datang ke sini?" Tanya William mengalihkan pembicaraan.
"Aku ingin mentraktir makan karena Kak William sudah membantuku." Jawab Renata.
"Tidak perlu berterima kasih dengan mentraktirku makan. Aku melakukan itu karena dulu kamu mengobatiku ketika Aku terluka dan keracunan jadi tidak ada hutang di antara kita." Ucap William.
"Waktu itu Aku benar-benar tulus menolongmu karena sesama manusia harus saling tolong menolong jadi jangan pernah mengatakan ingin membalas budiku." Ucap Renata.
"Oh ya, apakah kedatanganku mengganggu Kak William?" Tanya Renata.
"Sama sekali tidak." Jawab William sambil tersenyum.
"Oh ya, kamu tadi mengatakan padaku untuk mentraktirku makan?" Tanya William.
"Benar. Kak William mau makan di restoran mana?" Tanya Renata balik bertanya.
"Aku lebih suka kalau kamu memasak untukku." Jawab William yang sangat suka masakan Renata.
"Apakah kamu bersedia memasak untukku?" Tanya William penuh harap.
"Tentu saja bersedia." Jawab Renata.
"Ok. Kalau begitu Sebastian antarkan Renata ke dapur karena Aku ingin mandi dulu." Ucap William.
Hal ini dikarenakan dirinya tidak ingin Renata terganggu dengan aroma darah milik pria yang tadi disiksanya.
"Baik." Jawab Sebastian dengan singkat.
"Bukankah Kak William terluka? Kenapa mandi? Nanti kalau lukanya menjadi infeksi bagaimana?" Tanya Renata yang melihat William membalikkan badannya dengan nada kuatir.
"Hanya luka sedikit dan sebentar lagi sembuh." Jawab William sambil membalikkan badannya dan menatap wajah cantik Renata.
Renata hanya menganggukkan kepalanya kemudian William membalikkan badannya dan berjalan ke arah kamar pribadinya yang tidak pernah dimasuki oleh siapapun kecuali Asisten Han. Hal ini dikarenakan Asisten Han yang bertugas membersihkan kamar pribadinya.
Renata menatap kepergian William dan diikuti oleh Asisten Han, hingga mereka berdua tidak terlihat dan hal itu membuat Sebastian tersenyum.
Sebastian tahu kalau Renata dan William memiliki perasaan suka. Hal itulah yang membuat dirinya berusaha menyatukan hubungan mereka.
"Ehem ... Nona, silahkan Saya antar ke dapur." Ucap Sebastian.
"Baik." Jawab Renata dengan singkat.
"Oh ya Kak William dan Kak Sebastian makanan favoritnya apa?" Tanya Renata sambil berjalan mengikuti langkah Sebastian.
"Kami berdua suka apa saja asalkan makanannya enak dan sesuai selera kami." Jawab Sebastian.
"Oh ya, kenapa Nona menanyakan makanan favoritku?" Tanya Sebastian penasaran.
"Karena Aku ingin Kak Sebastian mencoba masakanku." Jawab Renata.
"Saya tidak ingin merepotkan Nona." Ucap Sebastian.
"Aku tidak merasa direpotkan." Ucap Renata.
"Oh ya, panggil namaku saja dan jangan terlalu formal." Sambung Renata.
"Baik." Jawab Sebastian dengan singkat.
("Nona Renata memang berbeda dengan wanita lain. Sungguh bod*h pria itu karena lebih memilih batu kerikil dari pada memilih berlian." Sambung Sebastian sambil menghentikan langkahnya begitu pula dengan Renata).
"Ini dapurnya. Apakah memerlukan bantuan?" Tanya Sebastian.
"Tidak perlu. Lebih baik Kak Sebastian istirahat saja, nanti kalau masakannya sudah matang Aku panggil." Jawab Renata.
Sebastian hanya menganggukkan kepalanya kemudian Sebastian pergi meninggalkan Renata yang berada di dapur.
Renata berjalan ke arah kulkas lalu membuka bagian atas kulkas. Renata melihat isi kulkas di mana ada daging, ikan, udang dan ayam yang masih segar.
Renata berpikir beberapa saat kemudian mengambil daging, ikan dan udang lalu meletakkan di atas meja dapur.
Setelah selesai Renata kembali membuka kulkas bagian bawah. Di mana ada beberapa sayuran segar, cabe, minuman segar dan air mineral.
Renata mengambil sayuran segar dan cabe lalu diletakkan di atas meja dapur. Kemudian Renata mulai mengolah makanan hingga tiga puluh menit kemudian masakan Renata hampir jadi.
Tanpa disadari Renata, sepasang kaki berjalan perlahan ke arah Renata. Di mana Renata sama sekali tidak mendengar suara langkah kaki tersebut yang berjalan dengan perlahan.