NovelToon NovelToon
Nikah Kontrak

Nikah Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Pengantin Pengganti
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

Amira 22 tahun menikah kontrak dengan Ferdi baskara untuk biaya kesembuhan ayah angkatnya.
Amira bar-bar vs Ferdi yang perfeksionis
bagaimana kisah tom and Jery ini berlangsung

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

nenek datang

Ferdi berdiri di tepi ranjang, menatap Amira yang tertidur pulas. Bantal sudah ia genggam erat, wajahnya penuh tekad.

"Maaf vampir kamu harus mati sebelum kamu mengisap darahku," batinnya.

Perlahan ia turunkan bantal itu ke arah wajah Amira.

“Buk!”

Bantal justru menimpa ruang kosong. Amira berguling ke samping, menghindar tanpa sadar.

Ferdi ternganga. “Ah, licin banget kayak belut,” gumamnya dalam hati.

Ia bersiap mengulang lagi, tapi sebelum bantal sempat menimpa, tiba-tiba Amira menarik lengannya. Brak! Ferdi jatuh tengkurap tepat di sampingnya.

“Gila… tidur aja masih bisa melawan..awas kamu .pokonya malam ini kamu harus berakhir ” ucap Ferdi dengan suara tertahan pikirannya hanya satu melenyapkan wanita setengah vampir ini.

Ia buru-buru membalikkan badan, siap mencoba lagi, namun suara lirih membuat tangannya berhenti.

“Ayah… jangan pergi… Ayah, aku sayang Ayah…” gumam Amira dalam igauannya.

Ferdi membeku. Bantal di tangannya terasa berat. Ia ingin bangkit, tapi kaki Amira tiba-tiba menindih pahanya. Tangannya pun menempel di dada Ferdi, erat seolah takut kehilangan.

“Jangan kemana-mana… jangan pergi,” bisiknya lagi, masih dengan mata terpejam.

Ferdi terpaku. Aroma tubuh Amira menyelinap ke hidungnya, hangat dan lembut. Padahal biasanya ia alergi disentuh orang asing, tapi anehnya, bersama Amira… ia justru merasa nyaman.

"Ayah. Aku sayang ayah .jangan pergi ayah" ucap Amira lagi padahal mata masih tertutup

Kata-kata igauan Amira menusuk hati Ferdi. Ferdi teringat masa lalu—wajah ayahnya yang roboh ditembak orang tak dikenal, tepat di depan matanya sendiri. Tangannya bergetar. Nafasnya memburu. Trauma itu kembali menghantam.

Amira sedikit mengerjapkan mata, lalu melirik ke arahnya. “Dasar munafik… ngomongnya nggak mungkin suka sama gue. Eh, sekarang malah merayap ke kasur,” gumamnya pelan.

Ia ingin menendang Ferdi jauh-jauh, tapi anehnya tubuhnya tidak bereaksi. Yang ada, ia justru merasa nyaman. Kehangatan Ferdi, wangi maskulinnya, membuat jantungnya berdetak lebih pelan.

Amira mengintip sekali lagi. Kali ini ia benar-benar memperhatikan. Tubuh Ferdi gemetar, wajahnya pucat.

“Kenapa dia kayak trauma? Ada apa sebenarnya?” batinnya bingung.

Tanpa sadar, tangannya menepuk-nepuk dada Ferdi perlahan. Seolah ingin menenangkan, meski ia sendiri tak paham kenapa melakukannya.

Ferdi menahan napas. Ia ingin menyingkirkan tangan itu, tapi… anehnya, rasa nyaman malah mengalir. Gemetar di tubuhnya perlahan reda. Bayangan ayahnya yang terjatuh perlahan memudar, digantikan ketenangan yang ia sendiri tak mengerti.

Matanya akhirnya terpejam. Napasnya mulai teratur.

Amira melirik dari sela bulu matanya. Melihat Ferdi akhirnya tenang, ia tersenyum kecil. “Heheh… Ipin kamu tidur, Ipin,” bisiknya geli, meski wajahnya merona.

Entah kenapa, ia pun merasa aman. Malam itu, dua orang yang selalu ribut seperti Tom and Jerry justru terlelap bersama, seolah dunia sedang berhenti sebentar untuk memberi mereka kesempatan untuk saling memahami Ferdi trauma kehilangan ayahnya sedangkan Amira sedang berjuang untuk kesembuhan ayahnya

waktubterus berlalu hingga pagipun datang Amira dan Ferdi tidur sambil berpelukan.

“Tok… tok…” suara ketukan pintu terdengar keras, membuat kamar Ferdi bergetar pelan.

Ferdi mengerjap, kelopak matanya berat. Begitu menoleh ke samping, matanya langsung membulat.

“Ahhhhhhh!” teriaknya. Ia terlonjak kaget.

Di sebelahnya tergeletak seorang perempuan, rambut kusut, masih nyenyak dengan posisi mulut sedikit terbuka. Bagi Ferdi yang terbiasa tidur sendirian, pemandangan itu seperti mimpi buruk.

“Siapa kamu, ha?!” pekiknya. Ia buru-buru mengangkat tangan Amira yang melingkar di dadanya, lalu menyingkirkan kakinya yang menindih pahanya. “Pergi… pergi kamu!”

Amira bergumam kesal tanpa membuka mata. “Brisik banget sih…”

Ferdi masih panik. “Siapa… siapa kamu?!”

Amira akhirnya mengusap matanya, lalu menyeka ilernya dengan malas. “Astaga, Tuan Feredi, masih muda udah pikun. Aku ini istrimu loh, masa lupa?”

Ferdi langsung menepuk jidatnya. “Ya ampun… ternyata ada vampir di kamarku.”

“Dasar…” Amira baru mau menyela, ketika suara ketukan dari luar kembali terdengar.

“Ferdi! Bangun, Ferdi!” teriak seorang perempuan dari balik pintu.

Amira mendecak. “Siapa sih, ganggu aja. Nggak tahu apa kita lagi bulan madu?” katanya ketus.

Ferdi menoleh dengan tatapan tajam. “Bulan madu sama kamu? Jangan mimpi!”

Ia bangkit dari ranjang, tapi Amira malah nyerocos, “Mimpi… mimpi… semalam siapa yang merayap ke kasur ha? Jangan munafik! Lu harusnya bangga punya istri spek bidadari kayak gue!”

“Bidadari setengah vampir,” sahut Ferdi dengan nada kesal dia masih dongkol kasurnya ditempati orang asing

Amira sudah bersiap membalas, tapi Ferdi keburu jalan ke pintu. Ia membukanya, menatap ibunya yang berdiri dengan wajah cemas.

“Ada apa, Mah?” tanyanya.

Wajah Viona pucat. Nafasnya tersengal. “Gawat, Fer. Nenekmu marah besar! Entah dari mana dia tahu kalau kamu nikah kontrak sama Amira. Sekarang beliau lagi di jalan kemari. Kita harus sembunyikan Amira!”

Ferdi mendengus, menyandarkan bahu ke pintu. “Hmmm, makanya Mah jangan sembarangan ambil keputusan. Repot kan jadinya.”

“Kamu tuh ya!” Viona menunjuk wajah putranya. “Bisanya nyalahin mama doang. Cepet pikir cara sembunyiin Amira, atau bisa-bisa dia… dia… didor sama nenekmu!”

Ferdi mengangkat alis, ekspresinya santai. “Biarin aja.”

Viona terperanjat. “Biarin? Kamu sadar nggak, pernikahan ini penting! Satu langkah lagi kamu jadi pewaris. Kalau sampai ketahuan, semua hancur!”

Ferdi menghela napas panjang. “Ya udah, nggak jadi pewaris juga nggak masalah. Oma pasti marah besar, dan sekarang jelas semua ini berantakan.”

Wajah Viona menegang. “Kamu itu nggak ngerti-ngerti, Fer. Ini bukan cuma soal pewaris. Yang paling bahaya itu orang-orang di sekitar kamu. Ada yang bisa membahayakan nyawamu!”

Ferdi menatap ibunya lama. Suaranya melembut, meski sinis. “Iya… iya. Mama memang selalu benar. Jadi sekarang gimana solusinya?”

“Kita bicarakan di kamar kamu,” ucap Viona cepat.

Ferdi melirik malas, tapi Viona sudah melangkah masuk ke kamar putranya. Begitu matanya jatuh pada sosok Amira, ia tertegun.

Amira duduk santai di sofa, mengenakan kaos Doraemon kebesaran dan celana kolor dengan gambar ka Ros. Rambutnya acak-acakan, wajah polos tanpa riasan.

“Mira…” Viona mengusap jidatnya, “kenapa pakaian kamu seperti itu?”

Amira menaikkan alis. “Loh, aku yang harus nanya ke mamah. Baju aku dibuang kemana sama mamah?”

“Ya ampun, mamah lupa” Viona menepuk jidatnya. “Sudahlah, nanti mamah belikan baju baru. Lupakan soal pakaian. Sekarang ada masalah besar—kamu harus pergi dari rumah ini.”

“Kenapa emangnya, Mah?” Amira menoleh dengan santai, masih sibuk meniup poni yang menutupi wajahnya.

Viona mendekat, menundukkan suara. “Neneknya Ferdi sudah tahu kalau kalian menikah kontrak. Dan sekarang beliau dalam perjalanan kemari. Kalau sampai melihat kamu di sini, tamat sudah kita semua.”

Amira terdiam sejenak. Kemudian ia bangkit sambil menepuk celananya. “Oh, oke. Aku akan pergi sekarang.”

“Kamu… kamu nggak nyesal?” ucap viona kaget

“Nyeseeel?” Amira menguap panjang. “Astaga, Mah, santai aja. Dari awal juga kan aku kerja sama mamah. Jadi, terserah mamah maunya gimana. Aku dibayar, santai saja mah jangan terlalu dipikirkan”

Untuk sesaat Viona merasa lega. Amira ternyata tidak ribet, tidak menuntut drama. “Syukurlah…” gumamnya.

Namun baru saja ia menarik napas lega, terdengar suara Narti berteriak dari luar.

“Nyonya! Nyonya!”

Viona langsung tegang. “Ada apa?” tanyanya cepat.

Narti menunduk, suaranya gugup. “Nyonya Renata… ada di depan.”

Darah Viona seolah berhenti mengalir. “Waduh… gawat.”

1
partini
bulu bulu salah pilih lawan wkwkkw
fer kecintaan buangttt ma Kunti
3C
keren Amira...
Dea Wibowo
suka aja, bahasa nya natural, konplik ringan, cerita nya jg gak ribet .. enak buat d baca sambil rebahan /Facepalm//Good/
Mami Pihri An Nur
Ya Allah bab pertama sj sudah bikin aku ngakak,, smngat kak, aku kasi bunga deh
Dewi Anggraeni
sepertinya amora dan amira kembar an yaa
SOPYAN KAMALGrab
makasih Lo ka
partini
ao seperti itu
partini
sehhhh mantap sekali ini Oma
partini
dari sinopsis bikin curiga lah pas baca 👍👍👍👍
3C
Amira kereen...anak serigala gitu loh
3C
cerita nay bagus....unik beda dari yg lain. nyesel lho klo ga baca
3C
wah, makin seru ceritanya nih...
Heny
Kucing di kasi ikan mn nolak kwkw
y_res
boleh getok palax Ferdy e teflon gk sich bego banget jdi org,nenekx diselamatin eh malah gk sadar diri,ap dulu wkt sekolah cman ampe pagar 🙏🙏🙏
y_res
ntah si Ferdy in polos atw bodoh level dewa,ditinggalin di hari pernikahan msh cinta,,,gk ad harga dirix🙏🙏🙏
y_res
judul e berkaryalah....ta kirain suruh kerja a gitu eh ternyata suruh nglukis pake bibir 😅
y_res
biasax dlm nikah kontrak yg sadis tuh suami istri cman bsa manut trus mewek diam2,,,lah disini suamix malah frustasi gk bsa ngelawan😅
y_res
bru bab 1 dah ngakak🤣🤣🤣,tpi ta simpen dulu thor biar banyak soale aq tim maraton 😅🙏
Rian Moontero: mampiiirr/Bye-Bye/
total 2 replies
3C
wkwkwk...lucu bgt dah Amira. biasanya tokoh wanita itu cengeng, ini mah keren....
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka @
total 1 replies
3C
lanjut Thor....seru ceritanya
SOPYAN KAMALGrab: terimakasih ka
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!