NovelToon NovelToon
Imam Dalam Sujudku

Imam Dalam Sujudku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengantin Pengganti / Romansa
Popularitas:11.8k
Nilai: 5
Nama Author: ainuncepenis

Pernikahan yang batal membuat Namira harus menikah dengan sepupunya. Untuk menjaga nama baik keluarganya dan juga pesantren Namira tidak punya pilihan lain.
Bian, yang merupakan sepupu Namira dan juga teman masa kecilnya harus mengikuti kemauan ibunya yang memang sangat menginginkan Namira sebagai calon menantunya sejak dulu.

Karena sudah lama tidak bertemu membuat pertemuan mereka sedikit canggung dan apalagi dihadapkan pada pernikahan. Tetapi bagaimanapun keduanya pernah menghabiskan waktu di masa kecil.

Namira dan Bian sama-sama memiliki pasangan di masa lalu. Bian memiliki kekasih yang tidak direstui oleh ibunya dan sementara Namira yang memiliki calon suami dan seharusnya menikah tetapi digantikan oleh Bian. Karena perzinaan yang dilakukan calon suaminya menjelang 1 hari pernikahannya.

Bagaimana Namira menjalani pernikahannya bersama Bian yang tidak dia cintai dan sebaliknya dengan Bian.

Jangan lupa untuk membaca dari bab 1 sampai bab akhir dan jangan suka menabung Bab....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6 Pasti Tidak Mudah.

Namira bersama kedua orang tuanya dan juga kedua orang tua suaminya sedang melakukan sarapan bersama dan juga ada Yuna yang ikut sarapan.

"Alhmdulillah acara kemarin berjalan dengan lancar, saya sangat mengucapkan terima kasih kepada kamu Farah dan juga kamu Andika," ucap Ahmad.

"Mas tidak perlu mengucapkan terima kasih dan memang sudah sebagai keluarga harus saling tolong-menolong," sahut Andika.

"Bian, Om meminta maaf kepada kamu yang sudah merepotkan kamu untuk semua ini, Om tidak tahu bagaimana cara membalas kebaikan kamu yang telah menyelamatkan putri kami," sahut Ahmad.

"Tidak perlu berlebihan seperti itu," sahut Bian.

"Namira kamu sekarang sudah menjadi istri Bian. Kamu akan ikut ke Jakarta bersama dengan kami," sahut Farah.

Namira menghentikan makan yang sepertinya sangat berat hati jika dia harus meninggalkan pesantren.

"Namira bukankah Umi sebelumnya sudah mengatakan kepada kamu. Jika sudah menikah maka harus ikut dengan suami," sahut Umi yang sangat tahu apa yang dipikirkan putrinya saat ini.

"Tatapi Umi Namira bukan menikah dengan Mas Ferdi," ucapnya yang membuat Bian menghentikan makannya.

"Namira jangan berbicara seperti itu," tegur Umi melihat langsung ke arah Bian dan bagaimanapun sebagai seorang suami pasti sangat tersinggung dengan perkataan istrinya yang memperjelaskan bukan dia yang diinginkan.

"Namira kita semua tahu pernikahan kamu tidak seharusnya dilaksanakan dengan Bian yang kita juga tahu apa yang membuat alasan pernikahan kamu dibatalkan. Tetapi tetap kamu dan Bian sudah menjadi pasangan suami istri dan kamu harus bisa menjaga perasaan suami kamu. Kalian bukan lagi sepupu," sahut Farah dengan tegas.

"Maaf Tante. Kak Bian maaf," sahut Namira.

"Sudahlah kenapa harus membahas tempat tinggal di saat sarapan seperti ini. Tinggal bersama kami atau Bian tinggal bersama kalian itu sama saja," sahut Andika yang sangat bijak.

"Tapi bagaimanapun seorang istri harus ikut dengan suaminya dan Namira harus ikut bersama kita di Jakarta," sahut Farah.

"Itu sudah pasti," sahut Ahmad yang pasti akan membicarakan itu dengan putrinya terlebih dahulu.

****

Namira yang berada di dalam kamar bersama dengan dua sahabatnya Nayla dan Zahra.

"Kalau ekspresi wajahnya seperti itu yang artinya dia sangat tersinggung dengan apa yang kamu katakan," ucap Zahra.

"Tetapi bukankah memang wajah kalian memang seperti itu, wajahnya sangat dingin dan tidak mudah di tebak," ucap Namira.

"Tetapi tetap saja apa yang keluar dari mulut kamu adalah perbandingan antara calon suami dan suami kamu dan hal itu sangat tidak boleh," sahut Nayla.

"Aku tidak sengaja berbicara seperti itu," jawab Namira.

"Namira untuk ke depannya kamu harus menjaga perasaan suami kamu, aku tahu tidak mudah untuk kamu melupakan Mas Ferdi begitu saja, tetapi kamu sudah menikah yang artinya kamu memiliki tanggung jawab dalam pernikahan itu," ucap Zahra sangat bijak memberi nasehat kepada temannya.

"Tetapi Kak Bian sendiri mengatakan kepadaku jika dia tidak memaksakan pernikahan ini dan juga tidak akan menuntut apapun yang artinya dia juga masih menganggap bahwa kami adik kakak dan hanya pernikahan saja sebagai status. Aku sangat yakin bahwa dia biasa saja kepadaku," ucap Namira.

"Lalu maksud kamu akan membiarkan cara pernikahan seperti itu sampai seterusnya? Namira bagaimanapun pernikahan itu hanya terjadi satu kali seumur hidup dan masa iya rumah tangga kalian seperti itu sampai seumur hidup," sahut Nayla.

"Tapi aku tidak siap dengan pernikahan ini karena bukan Mas Ferdi suaminya," ucap Namira tertunduk.

"Tapi kamu adalah wanita yang mengerti dengan agama, kamu tahu tugas dan kewajiban kamu sebagai seorang istri dan kamu tahu dosa besar jika melanggar semua itu, jadi kembali lagi semua terserah kamu dan bagaimana cara kamu memandang semua ini," sahut Nayla yang membuat Namira terdiam.

***

Karena tidak punya pilihan lain yang akhirnya Namira ikut ke Jakarta bersama suaminya. Namira berada di dalam mobil yang duduk di kursi belakang dengan di sebelahnya ada Bian. Orang tua Bian berada di depan.

Mata Namira menoleh ke arah jendela yang mana kebetulan mereka melewati hotel di mana dia mendapatkan calon suaminya bersama dengan perempuan lain.

Wajah cantik itu terlihat murung dengan penuh kesedihan yang pasti masih tidak percaya bahwa dia tidak jadi menikah dengan Ferdi.

"Kamu mau mampir dulu untuk makan?" tanya Bian yang memang melihat di samping hotel tersebut ada Restaurant.

"Tidak. Kak! Namira hanya mengingat saja tempat itu sebagai tempat yang sangat jahat untuk kehidupan Namira," jawabnya.

"Maksudnya?" tanya Bian.

"Dia bersama wanita itu berbuat zina di sana," jawab Namira yang membuat Bian menghela nafas.

"Lalu kamu akan terus mengingat semua kejadian itu?" tanya Bian.

"Bukankah tidak mudah melupakan seseorang yang seharusnya menikah dengan kita?" Namira bertanya melihat ke arah suaminya.

"Namira kamu bukan anak kecil lagi, kamu sudah dewasa dan memiliki pikiran, lain kali jika berbicara kamu harus menata kalimat dengan baik dan lihat siapa yang kamu ajak berbicara," ucap Bian penuh dengan maksud dari kalimat tersebut.

Lagi dan Lagi Namira tidak menyadari bahwa pria di sampingnya itu bukanlah sepupunya tetapi sudah suaminya dan sangat tidak etis jika Namira harus membicarakan mantan.

"Maaf. Kak!" ucapnya tertunduk.

Bian menghela nafas melihat ke arah depan.

Mungkin saja Farah mendengarkan omongan dari kedua orang tersebut yang memang sama-sama berada di dalam mobil dan walau keduanya berbicara begitu pelan.

Farah melihat dari kaca spion dan melihat ekspresi bagaimana putranya semakin dingin.

"Namira mungkin sangat mencintai pria itu dan bahkan secara tidak sadar sering menyebutkannya, tetapi sangat tidak mungkin hal ini terus dibiarkan, bagaimanapun Namira sudah menikah," batin Farah.

***

Setelah melakukan perjalanan 5 jam yang akhirnya mereka tiba juga di Jakarta. Namira bersama keluarga suaminya turun dari mobil dengan pintu yang dibukakan oleh sopir. Farah memang tidak menggunakan hijab dan hanya di pesantren saja dia menggunakan hijab sebagai sopan santun.

"Namira kamu masih ingat kapan terakhir kali datang ke rumah kami?" tanya Farah yang membuat Namira menganggukkan kepala dengan tersenyum, kepalanya berkeliling melihat rumah tersebut sepertinya tidak ada perbedaan dan melihat taman bagaimana dia yang bermain bersama Bian dan juga Kakak laki-lakinya memang tidak bisa hadir di hari pernikahannya karena sedang berada di Kairo.

"Tidak ada yang berubah Tante. Namira merindukan suasana tempat ini," jawabnya.

"Kamu dulu terakhir kali datang masih sangat kecil lah kalau Tante tidak salah usia kamu 8 tahun dan waktu sangat cepat sekali berjalan sekarang kamu sudah sangat dewasa datang ke rumah ini sebagai menantu kami," ucap Farah yang membuat Namira mengganggukan kepala.

"Kalau begitu sekarang kita masuk!" ajak Andika.

"Pak tolong keluarkan semua koper-koper di dalam Bagasi," ucap Farah yang membuat sopir menganggukkan kepala dan akhirnya mereka memasuki rumah.

Kepala Namira berkeliling melihat bagaimana rumah itu yang memang tidak ada bedanya sewaktu dulu dia datang ke tempat itu yang penuh dengan kenangan.

Namira bersama kedua orang tuanya sejak kecil memang tinggal di Jakarta. Tetapi pesantren semakin besar yang akhirnya membuat mereka pindah dan Namira juga menuntut ilmu agama yang membuatnya tidak memiliki waktu untuk ke Jakarta.

"Saya harus ke kantor sebentar karena ada hal penting yang harus diurus," ucap Bian mencium punggung tangan Farah dan juga Andika yang langsung berpamitan pergi.

Bersambung....

1
Teh Euis Tea
nayra duhhh mulutnya lemes benar, baru jg zahra percaya diri mau menikah dgn ilham eehh malah denger omongan gitu
duhh zahra jgn sampe gagal ya petnikahanmu ilham pria baik dan ga bakal mengungkit kisahmu yg telah di perkosa si ferdi
mbok Darmi
itu mulut lemes nya nayra tolong stop jgn bikin zahra ragu lagi untuk menikah dgn ilham, semangat zahra seperti kata ilyam lupakan masa kelam mu bangkit dan buat lembaran baru dgn ilham yg lebih baik
mbok Darmi
harusnya mereka sadar atas para yg terjadi pada zahra dimana dia selama ini mengurung diri jadi pendiam dan tidak mau ketemu Ilham kenapa mereka semua menganggap hal yg biasa, semoga zahra mau jujur apa yg terjadi padanya mau sampai kapan kamu menutupi semua nya apa nunggu kamu hamil dulu atau nunggu kamu ada waktu buat melarikan diri semua masalah akan terselesaikan dgn kamu jujur zahra jgn merasa dirimu hina semua bukan kemauan mu
Teh Euis Tea
zahra km hrs trs terang bahwa om di nodai si ferdi jgn diam aj zahra
Teh Euis Tea
jd kasian dm zahra yg udah di rusak si ferdi, othor kenapa sih zahra kudu di perkosa si ferdi kan jd kasian zahranya
Teh Euis Tea
angela ya sudah sih bian sudah bahagia namira dan emang dari dulu bian cinta sm namira tp ga di ungkapkan
Teh Euis Tea
betul bian lebih baik tdk serumah dgn ibumu demi keutuhan rumah tanggamu lebih baik mandiri
Sunaryati
Sikap Ny Farah seperti itu memang lebih baik hidup mandiri terpisah dari Farah
Sunaryati
Karena Bian dan Namira rujuk
Teh Euis Tea
syukurlah klu rujuk
Teh Euis Tea
ferdy km hrs tanggungjawab sm zahra, kasian dia jd korbanmu
Sunaryati
Ferdi kamu sudah memperkosa Zahra, masa tidak ingat
Sunaryati
Nah rujuk saja, Bian
Teh Euis Tea
udah balikan aj bian namira
Teh Euis Tea
zahra bknnya ga mau jemput ilham namira tp dia lg ga baik baik aj dia di perkosa sm mantanmu namira
Teh Euis Tea
jd zahra yg jd korbannya😭😭😭😭😭
Teh Euis Tea
kasihan zahra jd di perkosa si ferdy
mbok Darmi
zahra malah yg jd korban ferdi ternyata bener" pecundang pemabuk semoga zahra ngga hamil bisa bundir zahra kalau sampai hamil
Teh Euis Tea
sepertinya ferdy jg kurang sabaran ya, agak kasar sm namira
Teh Euis Tea
akhirnya semuanya berakhir perpisahan kasian bian dan namira sebenarnya tanpa ke2nya sadarin sudah ada benih cinta di hati masing masing khususnya namira yg baru menyadari
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!