NovelToon NovelToon
My Husband, The Mysterious Casanova

My Husband, The Mysterious Casanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Perjodohan / Cintamanis
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Myra Eldane

Lovy Crisela Luwiys—gadis ceplas-ceplos yang dijuluki Cegil—dipaksa menikah dengan Adrian Kaelith Evander, pewaris dingin sekaligus Casanova kelas kakap.

Bagi Lovy, ini bencana. Wasiat Neneknya jelas: menikah atau kehilangan segalanya. Bagi Kael, hanya kewajiban keluarga. Namun di balik tatapan dinginnya, tersimpan rahasia masa lalu yang bisa menghancurkan siapa saja.

Niat Lovy membuat Kael ilfil justru berbalik arah. Sedikit demi sedikit, ia malah jatuh pada pesona pria yang katanya punya dua puluh lima mantan. Casanova sejati—atau sekadar topeng?

Di tengah intrik keluarga Evander, Lovy harus memilih: bertahan dengan keanehannya, atau tenggelam di dunia Kael yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myra Eldane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dinner

Meja dinner itu sepi.

Terlalu sepi.

Hanya terdengar denting garpu dan pisau bertemu piring, sesekali suara musik jazz dari live band di sudut ballroom mengisi udara. Lovy menggigit bibir, tangannya sibuk memainkan garpu meski makanan di depannya masih utuh.

Di seberangnya, Adrian Kaelith Evander duduk tegak sempurna. Jas hitamnya tanpa lipatan, dasinya rapi, dan wajahnya… sama sekali tidak menunjukkan emosi. Hanya tatapan netral yang entah kenapa bisa bikin Lovy merasa seperti murid SD dipanggil ke ruang kepala sekolah.

Samuel di meja jauh mengintip dari balik menu, berbisik sendiri, "Jangan ngomong aneh lagi, Lovy. Jangan—"

Lovy menaruh dagu di punggung tangannya, menatap Kael dengan senyum kecil. "Jadi, Casanova dingin…"

Samuel langsung memukul jidatnya sendiri di kejauhan.

Kael menoleh pelan. "Julukan yang… menarik." suaranya datar, tapi alisnya sedikit terangkat.

Lovy tanpa malu mengangguk. "Itu branding, kamu harus bersyukur. Nanti kalau kita nikah, gampang bikin hashtag."

Kael menatapnya beberapa detik, entah menilai atau menahan komentar. "Dan apa yang membuatmu berpikir aku 'Casanova dingin'?"

Lovy mengangkat bahu, santai. "Katanya kamu playboy. Tapi wajahmu kayak freezer. Jadi, Casanova dingin. Simple."

Asisten Kael yang duduk agak jauh hampir tersedak air putih, tapi buru-buru menutup mulut. Kael sendiri tetap datar.

Hanya jemarinya yang mengetuk ringan meja—gerakan kecil yang sulit Lovy artikan.

Samuel dari kejauhan menggerutu. "Anak ini nyebar branding di depan targetnya sendiri…"

***

Waiter datang membawa hidangan utama. Lovy berusaha fokus memotong steak tapi pandangannya melirik Kael setiap lima detik. "Kamu nggak keberatan aku manggil kamu gitu, kan?" tanyanya akhirnya.

Kael memandangnya, tatapannya menusuk, dingin, dan… ada sesuatu di balik itu. "Aku sudah dipanggil lebih buruk dari itu."

Lovy terdiam sebentar. "Oh. Kayak… apa?"

Kael menatapnya datar. "Itu tidak penting."

Lovy tersenyum, berbisik ke dirinya sendiri. "Misterius banget sih orang ini… bikin penasaran!"

***

Di sisi lain, Samuel pura-pura memeriksa ponselnya sambil tetap menguping. Dia melirik Kael dengan tatapan analitis.

Dia nggak ngomong banyak… tapi cara dia liat Lovy, kayak lagi menilai saham. Dingin, tapi… ada sesuatu di balik tatapan itu.

***

Lovy meletakkan pisau dan garpu, bersandar di kursi. "Jadi… ini pertemuan pertama kita. Tapi kamu itu beneran mirip banget sama satpam yang nolong aku kemarin. Kamu nggak akan ngaku?"

Kael mengangkat alis tipis. "Satpam?"

Lovy mengangguk cepat. "Iya. Dia nolong aku biar nggak jatuh ke kolam. Tinggi, ganteng, dingin… kayak kamu. Kalau bukan kamu, ya berarti kalian kembar."

Kael hanya diam. Bibirnya menahan senyum samar, hampir tak terlihat. Ia tidak memberi konfirmasi, tidak juga membantah.

Dan Lovy? Paham.

Dia malah mengangkat bahu seraya berucap, "Masa bodo. Kembarannya aja udah cukup. Yang penting mukanya sama."

Asisten Kael hampir tersedak lagi mendengar komentar itu. Dia buru-buru berdiri, berpura-pura mengecek ponsel supaya tidak terlihat menahan tawa.

Kael menatap Lovy lurus. "Kamu selalu bicara tanpa filter, ya?"

Lovy menegakkan badan, tersenyum bangga. "100% natural. No filter, no edit."

Kael menatapnya lagi, lama. Sampai-sampai Lovy merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat.

"Menarik." Kael akhirnya berkata, singkat. Tapi cukup untuk membuat Lovy menatapnya dengan mata berbinar.

Kael mengangkat cangkirnya untuk minum sambil membatin, "Dan sepertinya pertemuan kita yang ketiga kalinya ini... cukup menakjubkan."

***

Dinner berlanjut. Samuel mengintip lagi dari meja jauh, menghela napas. "Aku nggak tau ini akan jadi bencana atau… awal dari sesuatu yang besar."

Lalu matanya mempersempit pandangan ke Kael. Ada sesuatu di cara pria itu memperhatikan Lovy. Dingin, iya. Tapi seperti ada api kecil yang disembunyikan di balik es itu.

Samuel menggumam. "Casanova dingin, ya? Kita lihat… dinginnya sampai kapan."

***

Waiter datang lagi, membawa wine dan dessert, meletakkannya di meja dengan sopan. Lovy menatap mousse cokelat yang tampak lezat, tapi matanya malah terus mengarah ke Kael.

Dia mendekatkan piring mousse itu dan berkata sambil tersenyum jahil, "Kalau aku habis ini gendut gara-gara dessert, kamu tanggung jawab ya."

Asisten Kael yang dari tadi menahan tawa hampir keselek, langsung menunduk makin dalam. Berfikir kalau bosnya mendapatkan pasangan yang luar biasa.

Kael menatap Lovy, ekspresinya tetap datar, tapi nadanya sedikit menurun—lebih halus. "Kalau itu membuatmu bahagia, makan saja."

Lovy spontan membeku. Hatinya nggak siap mendengar kalimat soft seperti itu keluar dari mulut Casanova dingin.

"Oh my God… barusan dia kayak boyfriend material banget," bisik Lovy ke diri sendiri, tanpa sadar suaranya agak keras.

Samuel yang mendengar dari meja jauh langsung nutup muka pakai menu. "Astaga Lovy…"

***

Kael meletakkan garpu, matanya tajam mengarah ke Lovy. "Jadi, Lovy Crisela Luwiys… kamu benar-benar setuju dengan perjodohan ini karena… apa? Karena perintah nenekmu?"

Lovy memutar garpu di jari, seperti sedang memikirkan jawaban. "Hmmm, bukan cuma itu sih. Aku juga mikir… siapa tahu aku beneran ketemu orang yang lebih baik dari mantanku."

Kael mencondongkan tubuh sedikit, tatapannya menusuk. "Dan kamu pikir aku… lebih baik?"

Lovy kaget, pipinya sedikit panas. Dia pura-pura fokus pada dessert, menusuk mousse cokelat dan memasukkannya ke mulut. "Uhmm… aku nggak bilang gitu. Tapi… aku nggak bilang nggak juga."

Kael diam. Tapi di wajahnya ada gerakan kecil—bibirnya sedikit terangkat, senyum samar yang hampir nggak kelihatan.

Lovy menatapnya, matanya melebar. "Ya ampun… Casanova dingin bisa senyum?!"

Asisten sampai batuk pelan buat menahan tawa. Samuel dari kejauhan mendengus, "Oh tidak… anak ini akan makin jatuh kalau Kael senyum begini terus. Tapi setidaknya jawaban dia memuaskan. Untung dia gak bilang kalau dari awal nerima perjodohan karena gak mau jadi gelandangan. Dan warisan tetap jatuh ke dia. Huh. Bisa bisa, dia akan di tuduh punya maksud lain kalau bilang yang sebenernya."

***

Beberapa menit hening, lalu Kael tiba-tiba balik bertanya. "Kalau aku tidak seperti yang kamu bayangkan, Lovy… kalau aku tidak sehangat yang kamu harapkan… apa kamu masih mau menjalani ini?"

Pertanyaan itu membuat Lovy terdiam. Untuk pertama kalinya sejak dinner dimulai, dia tidak bercanda. Tatapannya menatap Kael balik, serius. "Kamu dingin banget, iya," katanya akhirnya. "Tapi kalau kamu beneran tulus, aku nggak keberatan kamu dingin. Aku lebih suka dingin yang jujur daripada manis yang ternyata palsu kayak… mantan aku."

Hening beberapa detik. Samuel dari jauh mengangkat alis, diam-diam kagum. "Hmm… jawaban bagus, Lovy."

Kael tidak berkata apa-apa, tapi pandangannya berubah. Lebih dalam. Lebih lama. Seolah ia menimbang sesuatu.

.

.

Setelah dinner selesai.

Mereka bangkit berdiri. Kael bergerak duluan, menarik kursi untuk Lovy—sikapnya sopan, terkontrol, tapi ada sesuatu yang terasa gentle.

Lovy terdiam sebentar, matanya berbinar. "Oke, ini plus point. Casanova dingin, tapi manner-nya top."

Samuel mengikuti dari belakang, pura-pura sibuk dengan ponsel tapi matanya awas mengawasi.

***

Di depan ballroom.

Langkah Lovy agak goyah. Sepatu heels barunya sudah menyiksa kaki. "Aduh… siapa sih yang nemuin heels setinggi ini? Monster fesyen mana yang bikin?" gumamnya kesal.

Dan tentu saja—takdir kembali usil.

Tumit heels Lovy terselip di lantai marmer.

"Aaaaahhh—!"

Lovy hampir jatuh. Tapi lagi-lagi, tangan Kael sigap. Dia menahan pinggang Lovy dengan kuat, menariknya tepat sebelum wajah Lovy mencium lantai.

Tubuh mereka jadi sangat dekat. Lovy bisa mencium aroma maskulin Kael—campuran wangi cedarwood dan cologne yang entah kenapa bikin jantungnya makin nggak karuan.

"Kamu…" Lovy menatap Kael dengan wajah merah, "kamu refleks banget nolongnya…"

Kael menatap balik, datar tapi ada sedikit nada meremehkan. "Kamu sering hampir jatuh?"

Lovy mengangkat dagu, pura-pura bangga. "Aku… ahli dalam membuat momen dramatis."

Kael menatapnya beberapa detik, lalu—untuk kedua kalinya malam itu—ada senyum samar di bibirnya.

Samuel melihat dari jauh, dan langsung mengomel dalam hati. "Ya Tuhan, Lovy. Baru dinner pertama, tapi vibe drama Korea level dewa sudah mulai."

Mereka berjalan menuju lobby. Asisten Kael bergerak cepat begitu mendengar perintah pendek,

"Mobil," kata Kael dengan satu kata.

Asisten mengangguk, menelepon supir, dan mobil mewah berhenti tepat di depan pintu hotel.

Kael menatap Lovy, lalu membuka pintu mobil untuknya. Gerakannya sopan, tenang, seolah semua sudah diatur.

Lovy masuk, menoleh dan sempat berkomentar. "Kamu ini Casanova dingin… tapi kalau urusan sopan santun, kamu kayak pangeran dongeng. Pantas aja banyak wanita yang klepek klepek sama kamu."

Kael hanya menatapnya sebentar, tidak menjawab. Tapi saat pintu mobil ditutup, Lovy bisa melihat bayangan senyum tipis itu lagi.

Samuel berdiri di kejauhan, tangannya di kantong jas, menatap punggung Kael dengan mata penuh tanda tanya. "Casanova dingin… atau cuma pura-pura dingin," gumamnya. "Kita lihat nanti."

Dan Lovy? Dia sudah bersandar di kursi mobil, menatap refleksinya di jendela dengan pipi memerah. "Satpam atau bukan… masa bodo. Yang penting sekarang 'kembarannya' aja udah ada di depan mata. Dan ya ampun… ganteng banget."

****

.

1
Rihana
buset kaya bener 🤣🤣🤣
Rihana
seret bang muel adek mu itu 🤣
Rihana
kenapa yah yang baca kurang, padahal tulisannya bagus, rapi, sesuai peubi, typonya gak banyak, pokoknya bagus lah. dan updatenya juga rutin. aku suka banget, smoga makin banyak yang baca yah kak 🩷
Rihana
ini karakter lovy, cegil bucin 😭😭😭
Rihana
gak berasa udah sampai sini wkwk... penasaran. aku lanjut duluu. alurnya menarik
Rihana
awal yang menarik
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
aku udah kirim satu kopi yah, biar gak ngantuk thor
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
Si lovy gak nyangka sekeren ini tapi si kael kenapa yah perginya. aduhhh kasian banget di tinggal di hari pernikahan😭
𝐌𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭𝐨᷼𝐨𝐧
up kak
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
Satpam😭 GGS INI MAH (ganteng ganteng satpam)/Drool/
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
nemu sampah di mana sih lovy 😭 kok bisa pacaran 8 tahun woy kayak kredit rumah
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
akhirnya putus, lagian kok sanggup sih pacaran 8 tahun?
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
syukur deh samuel. seret aja tuh lovy, dari pada makin akut bucinnya
@✯⃟ 🕊ྂ༊ᶦᵇmina♡⃝
bucin akut wehhh😭
Saidil M🍇
gilas banget bisa ngasi hadiah segitunya si donovan. berartu dia udah mempelajari kesukaan lovy aka targetnya? keren sih, suka banget kakak penulisnya creazy up terus.... jadi maraton bacanyaaa enak bangettt 😍😍😍 lanjut kak
Saidil M🍇
meskipun terlambat, kuucapkan selamat atas pernikahanmu lovy dan kael 😍 sekarang aku maratoon bacanya
Saidil M🍇
terharu gueee makk😭
Saidil M🍇
syegi ini jadi sahabat asik banget. bisa nyairin suasana woy.... mau sahabat kayak dia😭
Saidil M🍇
hahahaha mau ciuman gak jadi 🤣🤣🤣
Saidil M🍇
barang bawaan syegi astaga😭 inj orang gue kira kalem di awal. ternyata kalem kalem sama aja kayak lovy, pantesan sahabatan 😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!