"Aku tidak bisa mencintainya, karena sejak awal hatiku tidak memilihnya. Semua berjalan karena paksaan, surat wasiat ayah, janji ayah yang harus aku penuhi."
"Semua yang terjadi bukan atas kemaunku sendiri!"
"Dengarkan aku, Roselyn... hanya kamu yang mampu membuatku merasakan cinta."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qireikharisma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Hati Yang Tersakiti
Jayden menatap Roselyn dengan tatapan lembut, matanya menyiratkan kebahagiaan yang sulit disembunyikan. Mobil melaju perlahan dengan suasana di antara mereka terasa begitu hangat penuh kebahagiaan.
Roselyn hanya menunduk, namun senyum kecil tak bisa disembunyikan dari wajahnya, hatinya berdetak sangat cepat saat Jayden menggenggam tangannya jarinya mengusap lembut punggung tangan Roselyn.
“Kamu lucu banget kalau malu seperti itu Roselyn,” ucap Jayden disertai senyum tipis yang membuat Roselyn semakin salah tingkah.
“Jangan menggoda terus,” jawab Roselyn lirih, menahan malu namun sedikit tersenyum.
“Saya nggak menggoda kamu, kok,” sahut Jayden cepat, “Saya hanya menikmati momen saat kamu berada disamping saya tanpa jarak, momen sebagai pasangan.”
Roselyn menatap Jayden sekilas, matanya beradu tatap, Jantungnya masih berpacu cepat semakin membuatnya tak terkendali, Perkataan Jayden selalu berhasil membuatnya salah tingkah dan tersipu malu membuat rona merah di pipinya.
“Roselyn, apa kamu sudah memutuskan? Kita jadi pergi ke Paris?” tanya Jayden sambil melirik ke arahnya.
Roselyn menelan ludah pelan, terdiam sejenak sebelum akhirnya menatap Jayden dengan sedikit ragu.
“Jangan takut, Roselyn,” ucap Jayden lembut namun tegas. “Aku akan menjaga kamu di sana. Aku ingin menjadikan perjalanan ini sebagai awal kisah cinta kita.”
Jayden meraih tangan Roselyn dengan lembut. Sentuhannya meyakinkan Roselyn dan tak lama kemudian senyum tipis terukir di wajahnya, seolah beban dihatinya perlahan menghilang.
“Aku mau,” jawab Roselyn pelan.
Jayden tersenyum lebar, matanya berbinar bahagia mendengar jawaban itu.
“Tapi, jangan panggil aku ‘Pak’, ya,” katanya sambil tertawa kecil. “Panggil aku ‘Sayang’. Aku nggak mau dengar kamu memanggilku dengan sebutan Pak lagi, kita ini kekasih, bukan Dosen dan Mahasiswa.”
Roselyn tersipu, pipinya memerah. “Aku masih canggung, P— eh, Jayden.”
Jayden tersenyum, nadanya lembut. “Nggak apa-apa, nanti juga kamu terbiasa. Dan saat disana nanti aku nggak akan biarkan kamu jauh dariku.”
Roselyn menunduk malu, sementara Jayden masih menatapnya dengan penuh kasih sayang.
_____
“Kenapa kamu tega padaku?, Jayden! Kamu jahat! Kenapa kamu menghianati aku!” teriak Naeira dengan suara bergetar penuh amarah. Tak terima dengan perlakuan Jayden di belakangnya.
Tangan Naeira begitu gemetar saat menatap beberapa foto dari layar ponselnya, yang dikirim oleh orang suruhannya, poto-poto itu menampilkan Jayden yang sedang bersama seorang wanita dan memperlakukannya begitu spesial dan romantis.
Di setiap foto itu, Jayden tampak tersenyum bahagia, ekpsresi yang belum pernah Naeira lihat dari seorang Jayden terhadapnya, seolah dunia hanya milik mereka berdua.
Air mata Naeira menetes tanpa bisa ia tahan, tangannya meraih gelas di atas meja kerja di ruangan kantornya lalu menggenggam gelas itu erat, begitu kuat hingga terdengar suara retakan halus dari kaca yang hampir pecah.
Tiba-tiba, Davin melangkah masuk ke ruangan dan terkejut melihat keadaan itu. “Apa yang kamu lakukan, Naeira?! Lepaskan, pecahan gelas itu bisa melukaimu!” serunya panik sedikit membentak pada Naeira.
Davin dengan segera mendekat dan menggenggam tangan Naeira, memaksanya melepaskan gelas itu. Seketika, gelas itu jatuh ke lantai dan menyisakan pecahan kaca yang berserakan di lantai. Davin menatap Naeira memastikan pecahan kacanya tak melukainya.
"Kamu tidak terluka kan? pecahannya tak mengenaimu?" Naeira tak merespon perkataan Davin.
Naeira hanya terdiam dengan air mata yang terus mengalir di pipinya, wajahnya datar tanpa ekspresi, tapi matanya memperlihatkan gurat luka yang sangat dalam.
Davin menatapnya khawatir. “Hei, ada apa? Kamu kenapa, Naeira?” tanyanya, suaranya melembut.
Tanpa berkata apa-apa, Naeira mengangkat ponselnya dengan tangan gemetar, lalu memperlihatkan layar ponselnya itu ke arah Davin.
Dari layar ponselnya terlihat jelas poto Jayden sedang merangkul seorang wanita di tempat yang tampak romantis, dengan tatapan penuh kasih sayang. Terlihat jelas Jayden sangat mencintai wanita itu meskipun terlihat dalam beberapa poto.
Davin membeku sesaat, lalu menatap Naeira yang mulai terisak keras, tanpa berpikir panjang, ia menarik Naeira ke dalam pelukannya, berusaha menenangkannya yang kini tengah hancur oleh kenyataan.
“Ssst, sudah, sudah, Naeira. Tenang dulu,” bisik Davin lembut sambil mengusap punggungnya perlahan, namun tanpa bisa dibohongi hati Davin juga ikut terluka melihat Naeira seperti itu.
Satu sisi Naeira justru semakin tenggelam dalam emosinya, tangannya mulai memukul dada Davin berulang kali, seolah melampiaskan seluruh kemarahan dan rasa sakit yang menyesakkan dadanya oleh Jayden.
“Kenapa, Davin?! Kenapa dia tega berbuat seperti itu padaku?! Aku sudah melakukan segalanya demi dia, aku selalu berharap dia akan menerimaku dan mencintaiku! Tapi nyatanya…” teriaknya di antara isak tangis, terdengar frustrasi membuat Davin merasa iba padanya.
Davin tidak menahan pukulan itu justru membiarkan dirinya menjadi tempat pelampiasan Naeira.
“Pukul aku kalau itu bisa membuatmu tenang, Naeira. Lampiaskan semuanya, amarahmu padaku,” ucapnya pelan namun tegas.
Namun tiba-tiba, tangan Naeira terhenti. Napasnya tersengal, bahunya bergetar, lalu memeluk Davin dengan sangat erat, Meskipun pelukan itu tidak bisa menghapus kepedihan di hati Naeira, setidaknya ia memiliki tempat untuk bersandar saat dirinya sedang terluka.
Naeira memejamkan matanya menahan isak yang semakin dalam, sementara dalam pikirannya hanya ada satu hal, membalas rasa sakitnya dengan memisahkan mereka berdua.
Naeira berpikir dengan picik bahwa Jika dirinya tidak bisa memiliki Jayden maka tidak ada wanita lain yang boleh memilikinya. Naeira berjanji pada dirinya sendiri ia akan memisahkan mereka berdua, dengan cara apa pun.
Lanjut Part 32》