Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.
Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20: Bisakah Kau Membantuku?
Ayu menelan ludah ketika melihat komentar yang terus bermunculan di layar siaran langsung.
Jangan-jangan… Rizky ini orang kaya yang tempo hari bikin heboh dengan menghamburkan dua miliar itu?
Bayangan itu membuat tubuhnya merinding. Orang kaya yang katanya misterius, yang disebut-sebut para netizen, sekarang… duduk tepat di sebelahnya.
Pelan-pelan, Ayu menoleh, menatap wajah Rizky yang tenang, seolah sama sekali tidak terusik dengan semua perhatian itu.
Tiba-tiba ponsel Rizky berdering. Ia melirik layar sebentar, lalu mengangkat. Nama di layar membuat Ayu ikut melirik penasaran—Nita.
Begitu tersambung, suara manja seorang wanita langsung terdengar dari ponsel.
“Mas Rizky, kebetulan kakak-kakakku pergi hari ini. Aku sengaja masak beberapa makanan kesukaanmu. Datanglah ke rumah, ya? Kita makan malam bareng.”
Rizky menjawab santai, bahkan terdengar malas, “Aku lagi sibuk main game. Nggak ada waktu.”
Nada suara Nita di seberang mendadak berubah gelisah. “Main game apa serunya sih, Mas? Kalau main ke rumahku, kita bisa… main sesuatu yang lebih seru.”
Ayu yang mendengarnya sampai ternganga. Tapi Rizky hanya terkekeh kecil dan menimpali:
“Emang ada yang lebih seru daripada game?”
Lalu—klik!—panggilan ditutup begitu saja. Rizky kembali fokus ke layar, bermain tanpa beban.
Nita di sisi lain jelas-jelas kesal, terlihat dari wajahnya yang muncul di ruang siaran langsung. Ia mengetik cepat, komentar-komentarnya penuh emosi.
Apa dia benar-benar nggak peka, atau pura-pura bego? Aku udah kasih kode jelas gitu, masa masih nggak ngerti?
Ayu sampai nyaris berdiri. Telinganya panas mendengar undangan yang begitu gamblang tadi. Seorang wanita mengajak laki-laki ke rumahnya larut malam… siapa pun bisa menebak maksudnya. Tapi Rizky? Dia justru lebih memilih game.
Gila. Cowok kayak gini… jarang ada. Antara benar-benar polos, atau memang terlalu cuek.
Ayu menggigit bibirnya, lalu mendekat sedikit. Dengan nada manis ia mencoba, “Rizky, aku nggak nyangka kamu jago banget main game. Gimana kalau kita main game lain aja?”
Rizky menoleh sebentar, tersenyum tipis. “Nggak ah, aku masih harus siaran langsung.”
Ayu tidak menyerah. Ia langsung mengirim undangan connect mic agar siaran mereka tersambung. “Kalau begitu, ayo kita main bareng. Kita bisa duet, siapa tahu bisa nambah banyak penggemar buatmu.”
Rizky tidak menolak. Justru matanya berbinar. “Boleh.”
Mereka pun mulai bermain League of Legends. Rizky memilih Ashe, sementara Ayu mengambil peran healer.
Setiap kali Rizky berhasil mengisi ulang pasukan, Ayu berdecak kagum. “Wow, Rizky, kamu keren banget!”
Rizky membalas santai, “Itu karena kamu yang support dengan baik.”
Pipi Ayu langsung merona. Ia pura-pura memukul bahu Rizky pelan dengan tangan mungilnya. “Ih, jahat kamu, bisa aja godain aku gitu.”
Penonton di ruang siaran langsung langsung heboh.
> [Ya ampun, cewek ini gemes banget!]
[Sederhana banget gayanya, asli bikin jatuh hati.]
[Fix! Aku suka dia.]
Rizky hanya terkekeh melihat komentar itu. Ia tahu, Ayu sama sekali bukan sesederhana yang ditampilkan. Justru, semakin ia menggoda, Ayu tampak makin menikmati.
Di samping mereka, Rani—sahabat Ayu—mengerutkan kening. Diam-diam ia menyenggol kaki Rizky di bawah meja dan berbisik, “Jangan terlalu banyak bercanda. Ingat, image Ayu itu mahasiswi polos. Kalau terus begini, citranya bisa jatuh.”
Namun Ayu segera menoleh dan melambaikan tangan ke arah Rani. “Sudahlah, jangan ikut campur.”
Rani mendengus, jelas kesal, tapi ia tak berani membantah lebih jauh.
Waktu berjalan cepat. Rizky dan Ayu main hingga beberapa ronde. Saat jam menunjukkan pukul sembilan malam, Rizky meregangkan badan.
“Oke, cukup sampai di sini. Aku masih ada urusan.”
Ayu buru-buru menahan, “Loh, kok cepet banget? Baru jam delapan lewat. Main lagi, dua ronde lagi aja, ya?”
Rizky menggeleng sambil tersenyum. “Nggak bisa, ada bisnis yang harus aku kerjakan.”
“Bisnis?” Ayu tampak bingung. “Bisnis apa?”
Rizky melirik sekilas ke arah kamera. “Kalian lupa ya? Aku ini streamer konsumen. Bisnisku ya… konsumsi.”
Ayu nyaris kehilangan kata-kata. Konsumsi?
Pikirannya langsung melayang ke hal-hal lain. Apa mungkin maksudnya… kasih hadiah ke host perempuan? Jangan-jangan aku yang bakal jadi targetnya?
Ia menelan ludah lagi. “Rizky, boleh aku lihat… gimana kamu ‘menghabiskan’ itu? Maksudku, caranya?”
Rizky hanya mengangkat bahu. “Boleh aja.”
Tanpa basa-basi, ia mengeluarkan ponsel lamanya, membuka aplikasi siaran langsung, dan masuk ke salah satu ruang.
Komentar meledak:
> [Gila, Bang Rizky mau mulai lagi?]
[Berapa kali sih dia habisin jutaan kayak gitu?]
[Fix, ini anak sultan beneran.]
Notifikasi baru muncul—Bu Sari mulai mengudara. Rizky langsung masuk ke ruangannya tanpa pikir panjang.
Bu Sari sedang memasak tenderloin babi asam manis. Meski usianya sudah di atas tiga puluh, penampilannya masih menawan: tubuh berisi, wajah ramah, dengan pesona matang yang sulit ditolak.
Begitu melihat Rizky masuk, Bu Sari terkejut, lalu membungkuk berkali-kali di depan kamera.
“Selamat datang, Bos Rizky! Terima kasih sudah mampir lagi.”
Ayu yang duduk di sebelah Rizky menoleh ke layar, lalu menilai Bu Sari dengan tatapan penuh rasa ingin tahu. Jadi… tipe dia itu wanita dewasa?
Sementara Rizky hanya tersenyum tipis, lalu tanpa berkata apa-apa langsung membuka menu hadiah. Jari-jarinya menekan layar dengan cepat.
—Satu roket besar meluncur!
Komentar meledak.
> [Astaga, langsung roket!]
[Harga dasarnya pasti sejuta lagi!]
[Inilah bedanya streamer biasa dengan “jangkar konsumen”.]
Ayu sampai menahan napas. Ia sudah sering dengar cerita, tapi baru kali ini menyaksikan dengan mata kepala sendiri. Jantungnya berdebar keras, darahnya seperti mendidih.
Jadi… begini cara orang super kaya menghabiskan uang?
Rizky berhenti sebentar, jari-jarinya terasa pegal. Ia lalu menoleh pada Ayu yang masih melongo.
Dengan nada santai, ia berkata, “Ayu, bisakah kau membantuku?”
---