Ara yang melarikan diri ke luar negeri, tidak sengaja menyaksikan pembunuhan terhadap bosnya saat bekerja, dan itu membuatnya menjadi tawanan pria yang kejam, bahkan lebih kejam dari orang orang di masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti tyna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5
Ansen yang melihat ketegangan antara siswi baru dan karina mulai mengeluarkan suara.
"oke, kalian maju ke sini sedikit, dengarkan dengan seksama, kalau kalian tertarik silahkan ambil formulir, kami akan menyortir siapa saja yang akan di terima di club, setelah mengisi formulir dan kalian tidak di terima, berarti kalian tidak cocok, silahkan cari club yang sesuai dengan kemampuan masing masing, mengerti"
Jelas pria yang bername tag 'Desmon Ansen' dengan suara beratnya, membuat jantung para wanita berdebar dengan tatapan kagum melihat wajah tampan pria campuran tersebut.
"Mengerti kak"
Teriak para murid membuat semua siswa dan siswi menoleh pada club mereka.
Kemudian Karina mulai menjelaskan dengan suara agak keras, agar mereka semua mendengar apa yang dia jelaskan tampa terlewatkan.
Ara yang mendengar club itu harus mengurus kuda sendiri mulai melangkah mundur dan menjauh, dia yang pemalas tidak mungkin bisa mengurus kudanya, walaupun di awal awal akan ada yang mengajari, tapi dia tetap tidak tertarik, ia berjalan ke arah club renang, ada dua pria yang menjaga di sana, satunya berwajah ramah, sedangkan satunya berwajah datar seperti saudarinya.
Ara mendekat dan kembali menyusup di sela para siswa lelaki di sana, awalnya mereka ingin protes, tapi saat melihat wajah wanita itu, semua terdiam, tidak mau membuat masalah di hari pertama dengan siswi yang di cap bermasalah oleh kepala sekolah.
"Club ini berapa hari dalam seminggu di adakan?"
Berbeda dengan tadi menggebrak meja, karena di sini agak tenang, jadi Ara hanya berbisik pada pria dengan name tag 'Anizar Saputra'.
Pria itu juga tidak sungkan berbisik.
"Sekali seminggu, kecuali para atlit yang terpilih untuk ikut bertanding, jadwal mereka tiga minggu sekali, dan akan berlatih setiap hari kalau sudah mendekati hari H pertandingan"
Jelas Nizar dengan ramah, wajahnya juga tersenyum manis seperti biasa.
Ara mengangguk angguk
"Oke, aku daftar di club ini, mana formulir"
Ucap Ara membuat keputusan, telapak tangannya terbuka untuk meminta formulir pada dua pria itu.
"Kau bisa berenang?"
Tanya pria dengan name tag 'zulian Amar', wajahnya yang sangat serius itu membuat wajah Ara ikut serius.
"Aku bisa segalanya, tenang aja kak Am"
Ceplos Ara memanggil Ian dengan sebutan Am.
Ian menatap siswi baru itu sebentar, lalu ia memberikan selembar formulir padanya.
"Pena, please"
Dengan tidak tahu malu Ara meminjam pena pada kedua pria tersebut, Nizar dengan senang hati memberikan pulpen mahalnya pada gadis itu.
"kak Am, kita dapat anggota yang menarik nih"
bisik Nizar pada sahabatnya, ia dengan sengaja memanggil 'kak Am' untuk meledeknya.
Ian hanya melirik tajam wajah sahabatnya yang memasang wajah menyebalkan.
Ara menulis dengan cepat, mengisi semua informasi tentangnya dengan lancar, tidak sampai sepuluh menit dia telah menyelesaikan tulisannya, lalu menyerahkan kembali pada kedua pria itu.
"eit, tunggu"
Nizar menahan tangan Ara yang hendak berbalik pergi, pria itu memberi kode kalau dia ingin berbisik.
Ara tampa berpikir panjang menunduk dan menyodorkan telinganya.
"istirahat nanti pergi ke room nomor 01, kita punya segalanya di sana"
Ajak Nizar dengan berbisik, Ian yang mendengar itu melotot menatap temannya yang asal mengajak orang lain ke kamar istirahat mereka, tapi yang di tatap terlihat tidak peduli.
Ara terlihat bepikir, memang sekolah ini menyediakan kamar bagi bara siswa kaya yang mau menyewanya untuk istirahat, walaupun agak mahal, banyak dari mereka yang menyewa, jadi anak anak terkenal tidak akan di kejar kejar oleh fansnya saat mereka ingin istirahat.
"kamu mau aku ajak Mia kan?"
tanya Ara dengan wajah ceria.
Nizar mengangguk cepat, dia sangat suka gadis di depannya yang seolah searus dengannya.
Ara mendekat dan berbisik sedikit keras
"enak aja"
ucapnya dengan mata tajam, ia berdiri tegak dengan pandangan remeh pada Nizar, lalu pergi dari sana.
Nizar yang di tolak mentah mentah menggosok telinganya yang terasa berdengung, lalu melirik sahabatnya yang berusaha menahan tawa.
"ekhem"
Ian berdehem untuk menstabilkan wajahnya menjadi datar kembali, matanya melihat langkah kaki gadis tadi yang kembali menghampiri temannya.
Sedangkan Ara yang melihat Mia mulai di kerumuni oleh siswa laki laki mulai merasa emosi.
"dasar pria pria merepotkan"
Ia menyelip di antara mereka dan berdiri di depan saudaranya yang terlihat tidak nyaman.
"saya akan membawa saudari saya pergi ya"
Ucap Ara dengan dengan senyum menawan padahal dalam hati memaki mereka.
Ara menggandeng tangan Mia menuju gerbang sekolah.
"eh, kita mau kemana?"
Tanya Mia heran, ia melihat sekeliling, takut ada guru yang melihat mereka.
"pulang"
Jawab Ara santai.
Mia yang mendengar itu berhenti melangkah, otomatis langkah Ara yang masih menggandeng tangan saudaranya terhenti, ia menoleh ke belakang.
"belum waktunya, ayo masuk"
Ucap Mia tegas, sekarang berganti ia yang menarik tangan adiknya menyeretnya kembali masuk, dia tidak akan membiarkan saudaranya kembali melakukan hal yang biasa ia lakukan saat SMP dulu, Ara sangat susah di atur, dia akan melakukan apa saja sesukanya tampa peduli konsekuensinya nanti.
"tapi kita sudah tidak ada urusan lagi di sini kan?"
pertanyaan dan juga bisa di artikan kata kata protes dari mulut Ara tidak Mia hiraukan, ia menggenggam erat tangan saudaranya menuju tempat berkumpulnya anak anak baru, dia akan mengajak adiknya untuk bergaul dengan mereka agar ia bisa berhubungan baik mereka.
"ada, kita harus saling kenal, kamu harus bisa dapat teman kali ini"
Ucap Mia tidak mau di bantah.
Ara terdiam, dia tidak ingin memiliki teman dekat, tidak setelah kejadian dulu, tapi dia tidak ingin mengatakannya pada Mia.
Ara yang dari tadi hanya diam tidak sadar kalau mereka sudah berada di tempat yang sangat ramai, Ara menatap sekeliling ruangan luas yang di penuhi manusia yang memakai seragam yang sama, meja dan bangku kayu berukuran panjang tersusun dengan rapi, mereka berdiri di depan pintu kantin, ruangan yang di penuhi suara obrolan para siswa dan siswi sekolah SMA ADIRA, kalau tadi dia hanya melihat para osis dan anak baru, tapi sekarang sangat terlihat betapa banyak siswa yang sekolah ini miliki, wajar saja kalau pendaftarnya di batasi, karena sekolah ingin memberikan hasil yang baik pada murid muridnya.
Mia melihat lihat sekeliling mencari tempat duduk yang tepat, tapi sayangnya semua bangku sudah di isi semua, walaupun bangkunya panjang dan masih bisa di tempati, tapi ia ragu ragu ingin bergabung dengan salah satu dari mereka, ia takut membuat mereka tidak nyaman.
Ara yang melihat mia yang kebingungan, menarik tangannya ke arah satu sudut saat tatapannya jatuh pada wajah wajah yang ia ingat, walaupun baru beberapa menit yang lalu ia melihatnya.
"hai, boleh gabung gak?"
Tanya Ara dengan percaya diri.
Tapi keningnya berkerut saat menyadari suasana aneh di sana, ruangan yang tadinya terdengar ramai seperti di pasar tiba tiba hening, kemudian terdengar bisik bisik di sekelingnya.
'kenapa sih?'
Batin ara bertanya tanya