NovelToon NovelToon
Kesempatan Kedua Sang Duchess

Kesempatan Kedua Sang Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: KazSil

Elena Ivor Carwyn hidup sebagai Duchess yang dibenci, dihina, dan dijadikan pion dalam permainan politik kaum bangsawan. Namun ketika hidupnya direnggut secara tragis, takdir memberinya kesempatan kedua kembali satu tahun sebelum kematiannya. Kali ini, Elena bukan lagi wanita naif yang mudah dipermainkan. Ia bertekad membalikkan keadaan, mengungkap pengkhianat di sekitarnya, dan melindungi masa depan yang pernah dirampas darinya.

Namun di balik senyuman manis para bangsawan, intrik yang lebih mematikan menanti. Elena harus berhadapan dengan konspirasi kerajaan, perang kekuasaan, dan rahasia besar yang mengancam rumah tangganya dengan Duke Marvyn Dieter Carwyn pria dingin yang menyimpan luka dan cinta yang tak pernah terucap. Di antara cinta, dendam, dan darah, Elena akan membuktikan bahwa Duchess Carwyn bukan lagi pion melainkan ratu di papan permainannya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KazSil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Gerbang

Hening menyelimuti ruang makan setelah kata-kata itu jatuh dari bibir Mervyn. Elena menahan napas, jantungnya berdegup kencang. Ia tidak menyangka pria itu akan memberi izin, meski dengan syarat yang seolah berubah menjadi jebakan.

Mervyn tidak lagi menatapnya, seakan ucapannya barusan sudah menjadi keputusan mutlak yang tidak perlu didiskusikan lagi. Ia kembali melanjutkan makan dengan tenang, seolah tak terjadi apa-apa.

Namun bagi Elena, suasana itu justru terasa menyesakkan.

Ia tahu, langkah berikutnya tidak bisa diundur lagi.

...

Malam itu, di dalam kamar, Elena duduk di kursi dekat jendela. Tangan-tangannya terjalin di pangkuan, pandangannya jatuh pada cahaya bulan yang menerobos tirai tipis. Kata-kata Mervyn terus bergaung di kepalanya.

“Bawa dia ke hadapanku.”

Elena menghela napas panjang. Apa yang akan terjadi jika Mervyn melihatnya? Apakah pria itu akan menerima, atau justru menyingkirkannya?

Suara ketukan lembut di pintu membuyarkan lamunannya. Myra masuk dengan membawa nampan berisi teh hangat.

“Nyonya… wajah Anda pucat sekali,” ucapnya cemas.

Elena memaksakan senyum samar. “Aku baik-baik saja, Myra. Bisakah kamu membantuku menghubunginya?"

Mata Myra langsung berbinar, seolah sudah menebak siapa yang dimaksud. "Tentu saja, Nyonya. Apa yang ingin anda sampaikan padanya?"

Elena menundukkan sedikit wajahnya, lalu mengangkat tatapan penuh keteguhan. "Katakan padanya... aku ingin dia datang. Besok."

Myra mengangguk mantap. "Baik, Nyonya. Saya akan menyampaikannya."

...

Pagi di kediaman Duke Carwyn berlangsung dengan irama yang khas derap langkah para pelayan yang tergesa membawa nampan perak, suara kain pel yang menggesek lantai marmer hingga berkilau, dan aroma roti panggang bercampur dengan wangi kopi yang memenuhi udara.

Namun ketenangan itu terusik ketika dari arah gerbang terdengar suara gaduh.

“Berhenti! Anda tidak boleh masuk tanpa izin!” seru salah satu penjaga.

“Lepaskan aku! Aku diundang! Kau pikir aku datang sejauh ini hanya untuk berdiri di depan gerbang mewah ini?!” balas suara pria dengan nada keras bercampur jengkel.

Para kesatria mencoba menahan sosok pria berambut kusut, dengan tongkat kayu di punggungnya yang tampak sama sekali tak cocok dengan suasana aristokratik mansion itu.

“Aku bilang lepaskan! Kalau perlu, biar aku tunjukkan undangan khususku—” pria itu merogoh kantong dalam mantelnya, tapi yang keluar malah sepotong roti kering dan sebuah koin tembaga yang jatuh menggelinding di jalan.

Sontak hening sejenak, lalu terdengar cekikikan tertahan dari para kesatria lain yang berdiri tidak jauh.

Wajah pria itu memerah padam. Ia buru-buru menendang koinnya sendiri ke sudut dan berseru, “Itu bukan maksudku! Undangannya ada… eh… aku yakin wanita itu menginginkanku masuk!”

Seorang kesatria mendengus, menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Wanita itu? Kau bermimpi siapa yang akan memanggil pria lusuh sepertimu kemari?”

Pria itu mengangkat dagu dengan percaya diri yang agak berlebihan. “Wanita itu bernama Elena Carwyn. Dan jika kalian tidak segera menyingkir, aku akan berteriak memanggilnya sampai seluruh mansion ini tahu aku ada di sini!”

Kegaduhan semakin menarik perhatian, hingga seorang pelayan berlari dengan wajah panik ke arah mansion. "Yang mulia! Ada keributan di gerbang!"

Ruang kerja Duke

Mervyn yang sedang menandatangani berkas mengangkat wajahnya perlahan. Tatapan matanya yang gelap langsung berubah dingin. Tanpa menunggu penjelasan lebih lanjut, ia berdiri meninggalkan ruang kerja.

...

Langkah-langkah berat bergema seiring kedatangan Mervyn. Setiap derap sepatunya menghantam kerikil dengan ritme mantap, memecah keheningan itu. Para kesatria yang berjaga di gerbang sontak menyingkir, menundukkan kepala, seolah hawa dingin yang menyertai kehadirannya mampu menekan dada mereka.

Di seberang pagar, pria bertongkat yang sejak tadi berdiri tegak akhirnya mengangkat wajahnya. Senyum tipis menghiasi bibirnya, samar namun penuh tantangan, seperti seseorang yang telah menduga saat ini akan datang cepat atau lambat.

Tatapan keduanya bertaut di udara tajam, berat, dan sarat akan makna yang tak terucapkan. Angin sore meniup dedaunan, namun tak ada satu pun yang berani bersuara.

Mervyn berhenti tepat di hadapan gerbang menegaskan wibawa yang tak terbantahkan. Suaranya akhirnya terdengar, dalam dan menekan.

“Jadi, kau orang yang berani membuat kegaduhan di depan gerbangku.”

Pria itu menundukkan kepala, bibirnya terbuka sedikit seolah hendak mengucapkan sesuatu

Belum sempat pria itu menjawab, suara langkah tergesa-gesa terdengar dari kejauhan. Elena, dengan gaunnya yang terangkat sedikit karena ia berlari, muncul di balik rombongan pelayan yang panik. Napasnya terengah, rambutnya agak berantakan, tapi tatapan matanya jelas penuh tekad.

“Berhenti!” serunya lantang, meski dadanya naik turun. “Dia ada di sini… karena aku yang memintanya datang!”

Para kesatria sontak menoleh. Beberapa dari mereka bahkan menunduk memberi hormat, menyadari itu adalah perintah Duchess. Pelayan yang mengejar Elena pun akhirnya tiba, tampak kelelahan dan saling pandang, bingung harus menjelaskan apa.

Elena melangkah cepat ke arah Mervyn. Kakinya hampir goyah karena terlalu terburu-buru, hingga tanpa sadar tangannya terulur, berpegangan pada lengan Mervyn. Lelaki itu sigap menopangnya agar tidak jatuh. Napas Elena masih memburu, tetapi kini ia berdiri tegak, bertumpu pada lengan kokoh Mervyn.

Mervyn hanya melirik singkat, ekspresinya tetap datar.

Tatapan Elena lalu berpaling pada pria yang berdiri di hadapannya.

Pria itu menunduk sedikit, memberi isyarat seolah menyerahkan perkenalan pada Elena.

Elena terdiam sejenak, lalu tersenyum kecil. “Benar, Mervyn… dia adalah pria yang akan menjadi kesatria pribadiku.”

Suasana menegang seketika. Para kesatria lainnya saling pandang, jelas bingung dengan pengumuman mendadak itu.

Mervyn menatap Elena, dingin, sementara pria itu tetap menunggu, sabar.

Elena mengangguk-angguk kecil seolah baru menyadari sesuatu, lalu buru-buru berkata, “Ah… siapa namamu?”

Ia menoleh ke pria itu, lalu tersenyum canggung. “Dia… hmm… ya, intinya dia orang yang kupercayai. Pokoknya dia.”

Para kesatria yang mendengar hanya bisa saling lirikan, menahan tawa. Pria itu sendiri dalam hati mendesah— memang benar, serahkan saja padanya… tapi perkenalannya seenaknya begini? Meski begitu, bibirnya terangkat samar.

Mervyn tidak bergeming. Sorot matanya tetap dingin, tidak ada sedikit pun perubahan ekspresi.

Saat Elena hendak melangkah mundur, ia tidak menyadari pita gaunnya longgar, membuat bagian pundak gaun sedikit melorot. Gerakan itu segera ditangkap Mervyn. Dengan satu gerakan halus, tangannya terulur, membetulkan kain yang turun.

Elena terperanjat, wajahnya memerah seketika. Ia refleks melompat kecil ke samping, menepis tangan Mervyn. “Ap—apa yang kau lakukan?” serunya.

Mervyn hanya menatapnya datar, suaranya pelan namun jelas. “Bajumu.”

Elena menunduk buru-buru, menyadari kecerobohannya. Pipinya semakin memanas, sementara beberapa pelayan menahan napas, tidak berani mengangkat wajah.

Keheningan yang canggung menyelimuti ruangan beberapa detik sebelum Elena kembali bersuara, kali ini dengan nada tegas namun cerah, seolah ingin memecah suasana

“Pokoknya, mulai hari ini, dia adalah kesatria pribadiku. Jadi jangan ada yang meragukannya lagi.”

Pria itu menundukkan kepala hormat, masih dengan senyum tipis.

Mervyn menatapnya beberapa detik, seakan menimbang sesuatu, lalu dengan suara rendah memerintahkan, “Biarkan dia masuk.”

Para kesatria langsung membuka jalan. Pria itu pun melangkah melewati mereka dengan tenang, sementara Elena diam-diam menghela napas lega, merasa bahwa segalanya berjalan sesuai harapan.

Namun, Mervyn membuka mulut lagi.

“Ke ruang kerjaku.”

Sekejap saja, Elena menegang. Kata-kata itu menghapus semua kelegaan di dadanya.

“A—apa? Tidak!” serunya refleks, langkahnya maju setengah, seolah hendak menghadang pria itu. “Dia di sini karena aku yang memintanya. Kau tidak bisa seenaknya—”

“Nyonya.” Suara pria itu memotong dengan tenang, nadanya lembut namun mengandung ketegasan. “Tidak apa-apa, Nyonya. Aku akan pergi.”

“Tapi—!” Elena masih melawan, matanya melebar dengan campuran gugup dan gelisah.

“Aku ikut,” ucapnya cepat, seolah ingin menyelesaikan semuanya dengan cara itu.

Namun sebelum langkahnya maju, suara dingin Mervyn menghantam udara, tegas, tanpa memberi ruang untuk penolakan.

“Tidak.”

1
Rahmawati Diah
alur ceritanya bagus, rapi.
bahasa nya ringan, mudah dicerna, tdk berbelit2
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria ⧗⃟ᷢʷ
apa ada penyusup dikalangan kesatrian mervin? maka elena bersikeras mau pertahan laki² itu menjadi pengawal.peribadinya?
restu s a
semangat thor.
saya tunggu bab selanjutnya.
restu s a
good
restu s a
mampir thor
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria ⧗⃟ᷢʷ
ceritanya bagus.. aku suka. gak bosan membacanya
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria ⧗⃟ᷢʷ
meski tak bnyk komentar yg bisa aku berikan tapi jujur aku suka ceritanya thor.. bahasanya tersusun bisa aku fahami.. up lagi thor
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria ⧗⃟ᷢʷ
apa karna kematiannya itu menyebabkn elena mau mencari kesatria peribadi?
🍒⃞⃟🦅 ☕︎⃝❥Maria ⧗⃟ᷢʷ
apa mervyn sebenarnya mencintai dlm diam elena, istrinya🤔
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!