Kematiannya sia-sia. Hidup barunya menyebalkan. Tapi semuanya berubah saat dia mendapatkan Sistem yang aneh.
Kang Ji-Ho, seorang karyawan lelah yang mati secara mengenaskan, bangkit di tubuh Ling Feng, seorang bangsawan muda pemalas dari klan yang terhina. Dunia Murim yang kejam menertawakannya. Namun, Ji-Ho datang dibekali sebuah sistem unik yang memberinya kekuatan dengan satu syarat: Jangan kerja keras!
[Tugas: Tidur Siang 4 jam. Reward: +10 Qi Murni] [Tugas: Nikmati Semangkuk Sup. Reward: Seni Beladiri 'Telapak Tidur Berdarah']
Dengan kekuatan barunya dan sifat aslinya yang kejam dan tak kenal ampun, Ji-Ho memutuskan untuk mengubah segalanya. Aturannya sederhana:
1. Klan ini tidak tunduk pada siapa pun.
2. Langgar perintahku, mati.
3. Bersekongkol dengan musuh, mati bersamaan mereka.
Dia merekrut orang-orang terbuang yang ditakuti dunia—seorang pembunuh gila, seorang gadis racun, seorang pandai besi penghancur—dan membangun kekuatan yang membuat seluruh dunia Murim gemetar ket
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenbi Author, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Darah Mengalir Deras, Klan Bangkit
Kemenangan mutlak atas Aliansi Murim Sungai Azur bukan hanya membawa kejayaan dan wilayah baru bagi Klan Ling. Itu membawa sesuatu yang lebih penting: kebangkitan jiwa-jiwa yang lama tertidur.
Keluarga inti Klan Ling—beberapa orang yang masih memiliki ikatan darah dengan Ling Feng—selama ini hidup dalam bayang-bayang ketakutan dan kehinaan. Mereka menyaksikan kemunduran klan, dihina oleh klan lain, dan hanya bisa menggerutu dalam diam. Ling Feng yang lama adalah aib bagi mereka.
Tapi Ling Feng yang baru... dia adalah monster. Monster yang membawa kehormatan melalui ketakutan.
Mereka menyaksikan bagaimana Tuan Muda mereka, dengan kemalasan yang absolut, menghancurkan musuh-musuh mereka. Mereka melihat Tie Dan yang gila, Wu Ming yang haus darah, dan Xiao Mei yang misterius. Mereka melihat kekuatan yang melampaui pemahaman Murim.
Dan sesuatu dalam diri mereka terbangun. Darah Ling yang selama ini dianggap beku dan tak berbakat, ternyata hanya menunggu pemicu yang tepat. Pemicunya adalah kepemimpinan kejam yang tidak meminta kesetiaan, tetapi memerintahkannya, dan memberikan kekuatan untuk membalas setiap penghinaan.
Kakek Ling Feng, Ling Shan, seorang tua yang biasanya hanya duduk di kursi goyangnya memandangi langit, adalah yang pertama berubah. Suatu pagi, dia bangun sebelum matahari terbit. Bukannya merangkul ketenangan, dia berjalan ke halaman latihan—yang sudah lama tidak terpakai—dan mulai berlatih. Gerakannya kaku, cultivationnya rendah, tapi matanya memancarkan kegilaan yang sama seperti yang dia lihat di mata cucunya.
"Kakek?" panggil seorang cucu perempuan, Ling Mei heran.
Ling Shan berbalik. Wajahnya keriput tapi berisi tekad besi. "Dunia ini hanya menghormati kekuatan. Cucuku telah menunjukkan jalannya. Dia mungkin malas memimpin kita langsung, tapi darah kita adalah darahnya. Kita tidak boleh menjadi aib baginya."
Ibu Ling Feng, seorang wanita yang lemah dan sering sakit-sakitan sejak kematian suaminya, mendengar kata-kata itu. Darah di tubuhnya yang dingin seolah mengalir lebih kencang. Keesokan harinya, dia tidak terbaring di tempat tidur. Dia berdiri di depan forge Tie Dan.
"Pandai Besi Tie," katanya, suaranya lembut tapi tidak lagi lemah. "Aku ingin sebuah senjata. Bukan untuk hiasan. Tapi untuk membunuh. Sesuatu yang bisa digunakan bahkan oleh seseorang dengan cultivation rendah sepertiku."
Tie Dan memandangnya, lalu mengangguk perlahan. Dia menempa belati kecil dari besi iblis, dengan alur untuk racun. Ibu Ling Feng mengambilnya, dan untuk pertama kalinya, tangannya tidak gemetar.
Perubahan itu menular. Paman-paman, bibi-bibi, dan sepupu-sepupu Ling Feng mulai berlatih dengan gila. Mereka tidak lagi punya waktu untuk berselisih atau menggerutu. Satu-satunya obsesi mereka adalah kekuatan. Mereka menyaksikan kekejaman Ji-Ho dan menganggapnya sebagai teladan.
Mereka menjadi tangan kanan yang paling tidak terduga dan paling kejam dari Ji-Ho.
Suatu hari, sebuah sekte kecil—Sekte Angin Berduri—mencoba memanfaatkan kekacauan pasca-runtuhnya Aliansi untuk merebut sebuah tambang kecil yang sekarang menjadi milik Klan Ling. Mereka pikir Klan Ling hanya mengandalkan Tuan Muda dan beberapa orang anehnya, sisa keluarganya tidak ada apa-apanya.
Mereka salah.
Sepuluh anggota Sekte Angin Berduri tiba di tambang, hanya untuk disambut oleh sepuluh anggota keluarga Ling. Dipimpin oleh Ling Shan yang sudah tua dan Ibu Ling Feng yang lembut.
Pimpinan sekte itu tertawa. "Hah! Kakek-kakek dan wanita lemah? Ling Feng tidak punya orang lagi?"
Ling Shan tidak menjawab. Tangannya yang keriput mencengkeram tongkatnya. Tiba-tiba, dia bergerak. Bukan gerakan cepat, tapi gerakan penuh kelicikan dan kekejaman yang dipelajari dari mengamati Wu Ming. Tongkatnya menghantam lutut pimpinan sekte itu.
Krak!
"ARGH!"
Sebelum yang lain bisa bereaksi, Ibu Ling Feng sudah ada di antara mereka. Belati kecilnya menyambar seperti taring ular, menggorok urat nadi di lengan, menusuk ginjal. Racun dari belati itu bekerja cepat, membuat korbannya menjerit kesakitan sebelum mati.
Keluarga Ling lainnya menerjang. Mereka tidak punya seni bela diri yang indah. Gerakan mereka berantakan, brutal, dan efisien. Mereka berkelompok, mengeroyok, menggunakan gigitan, cakaran, dan segala cara kotor untuk membunuh. Mereka berdarah-darah, tapi mereka tidak peduli. Rasa sakit hanya membuat mereka lebih beringas.
Dalam beberapa menit, sepuluh anggota sekte itu terbaring tak bernyawa, tubuhnya cacat dan penuh loya.
Ling Shan berdiri di atas mayat pimpinan sekte, nafasnya tersengal, darah musuh menodai bajunya. Matanya berbinar dengan kepuasan berburu yang lama hilang. "Bersihkan ini," gerutnya kepada yang lain. "Dan ambil kepala mereka. Kirim kembali ke sekte mereka dengan pesan: 'Lain kali, kirim lebih banyak. Kami masih lapar'."
Ketika Ji-Ho mendengar laporan ini dari Xiao Mei—yang sedang membantunya memilih buah persik terbaik—dia hanya mengangguk pelan.
"Mereka belajar," gumannya, hampir terdengar seperti bangga.
"[Quest Klan: Warisan Darah] telah terpenuhi," suara sistem berdengung di kepalanya. "[Keluarga Inti Klan Ling telah membangkitkan Bakat Beringas Terpendam mereka.]" [Reward untuk Host: [Judul] - 'Patriark Kejam' (meningkatkan kewibawaan dan rasa takut yang ditimbulkan), [Seni Bela Diri Klan] - 'Amukan Naga Malas' (dapat diajarkan kepada anggota klan).]
Ji-Ho memandang para keluarganya yang sedang kembali, masih berlumuran darah, wajah-wajah mereka dipenuhi dengan kegembiraan membunuh yang pertama kalinya. Mereka bahkan tidak langsung membersihkan diri; mereka berlatih lebih giat, mempraktikkan gerakan yang mereka gunakan tadi.
Dia berdiri dan berjalan ke tengah halaman. Semua mata langsung tertuju padanya, penuh dengan rasa hormat dan takut yang membara.
"Kalian tidak mengecewakanku," katanya, suaranya datar tapi terdengar oleh semua. "Darah kita memang istimewa. Bukan karena kesucian, tapi karena kelicikan dan kekejamannya. Dunia Murim berpikir kita sampah. Tugas kitalah untuk membuktikan bahwa kita adalah predator teratas."
Dia melemparkan gulungan berisi 'Amukan Naga Malas' kepada Ling Shan. "Ini untuk kalian. Latih. Jadilah lebih kuat. Lebih kejam. Aku malas mengurus setiap nyamuk yang mengganggu. Itu tanggung jawab kalian sekarang."
Ling Shan menerima gulungan itu dengan tangan gemetar, bukan karena takut, tapi karena excited. "Kami tidak akan mengecewakanmu, Tuan Muda!"
Sejak hari itu, Klan Ling benar-benar berubah. Mereka bukan hanya sekelompok orang aneh yang dipimpin oleh monster malas. Mereka adalah keluarga predator yang haus darah. Setiap anggota, bahkan yang paling tua dan paling muda, dilatih dalam 'Amukan Naga Malas'—seni bela diri yang tidak elegan, tetapi mematikan, dirancang untuk membunuh dengan cepat dan kejam.
Wilayah mereka menjadi zona terlarang. Pedagang yang lewat harus membayar pajak tinggi, tapi dijamin keamanannya—dari orang lain, bukan dari Klan Ling. Sekte-sekte kecil salah satu bergabung dan salah satu ada yang pindah.
Nama Klan Ling sekarang bukan hanya ditakuti karena Tuan Mudanya, tapi juga karena keluarganya yang seperti serigala lapar, selalu siap merobek siapa pun yang mengangkat mata kepada mereka.
Dan di tengah semua ini, Ji-Ho bisa tidur lebih nyenyak. Gangguan berkurang drastis. Dia akhirnya punya lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas sistemnya yang malas, kultivasinya melonjak ke ketinggian yang semakin tidak bisa dipahami, sementara keluarganya yang kejam menjaga pintu gerbangnya.
Dia membangun kerajaannya di atas fondasi ketakutan dan darah, dan itu sempurna baginya.