Setelah enam tahun menjalani hubungan jarak jauh, Raka dan Viola kembali dipertemukan. Namun cinta tak selalu berjalan mulus, mereka harus menghadapi tantangan dan rintangan yang menguji kekuatan cinta mereka.
Apakah cinta mereka akan tetap kuat dan bertahan, ataukah jarak akan kembali memisahkan mereka selamanya?
"Nggak ada yang berubah. Love only for you, Viola. Hanya kamu..." ~Raka.
🍁🍁🍁
Novel ini merupakan Sequel dari novel yang berjudul 'Sumpah, I Love You'. Selamat menyimak dan jangan lupa tinggalkan jejak. 😇😇😇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26 : LOFY
Waktu menunjukkan pukul satu dini hari.
Mobil Raka terparkir di halaman rumah Viola. Sementara mobil yang dinaiki oleh Dian dan Roy sudah sampai di halaman rumah itu lebih dulu, sekarang keduanya sudah menunggu di depan teras rumah itu.
"Turun. Ini udah sangat larut, besok kamu bisa kesiangan," ucap Raka.
Viola menoleh, "Jadi malam ini kamu nggak pulang?"
"Dirumah singgah ada dua kamar, aku bisa pakai buat tidur. Untuk sementara mungkin aku akan tinggal disana dulu," jawab Raka.
"Tau begitu ngapain kamu antar aku pulang? Aku kan bisa nemenin kamu tinggal disana," Viola mengerucutkan bibir, berpura-pura kesal.
"Ya itu kan maunya kamu," Raka tertawa saat mendapatkan pukulan kecil di lengannya. "Becanda, Cantik."
"Ikh, malam ini kamu tuh nyebelin banget tau nggak," Viola melepaskan safety belt yang terpasang di tubuhnya. "Kalau udah sampai kabari aku. Dan besok kamu nggak usah jemput nggak apa-apa, aku akan berangkat bareng sama Dian."
Raka mengangguk, "Ya udah, nanti aku jemput pulangnya aja,"
"Oke,"
Kecupan singkat dia sematkan di pipi Raka sebelum turun. Roy langsung pamit saat melihat Viola sudah sampai di depan teras lalu menyusul naik ke dalam mobil Raka.
Malam itu mobil itu kembali melesat menuju ke rumah singgah, begitu sampai di halaman rumah Raka menurunkan tasnya dari dalam mobil dan mengeluarkan laptopnya dari dalam sana.
Dia meletakkan laptop itu dimeja ruangan depan dan mulai membuka layar laptopnya, jari-jari tangannya bergerak lihai diatas keyboard. Beni dan Roy langsung ikut duduk di kanan kirinya, sementara Zaki dan Ezar berdiri di belakang sofa sambil ikut memperhatikan layar yang menyala.
"Ada yang mau gue tunjukkin sama kalian," ucap Raka tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya, jari-jari tangannya masih sibuk mengetik.
"VIORA Corp, gue butuh bantuan kalian untuk ikut mengembangkan bisnis ini. Dan khusus buat Lo berdua," Raka menoleh sebentar ke arah Roy dan Zaki. "Gue masih butuh lebih banyak lagi investor untuk pembangunan VIORA Corp supaya bisa berjalan dengan lancar. Gue butuh dukungan finansial dari kalian dan gue berharap perusahaan orang tua kalian mau ikut berinvestasi disini."
Zaki menggeleng-gelengkan kepalanya, berdecak kagum saat menatap tabel yang terpampang di layar. "Gila Lo, Ka. Ini keren banget! Sejak kapan Lo mulai membuka dan mengembangkan bisnis ini?"
"Ide ini muncul sekitar empat tahun yang lalu, dan baru gue kembangin dua tahun yang lalu dengan dibantu beberapa teman-teman gue disana." jawab Raka.
"Oke, kita pasti bantu Lo, Ka. Terus apa rencana Lo selanjutnya?" tanya Zaki.
"Tolong rahasiakan juga tentang semua ini. Keluarga gue nggak ada yang tahu, termasuk juga Viola. Gue cuma pengen bisa berdiri di atas kaki gue sendiri tanpa embel-embel harta dari keluarga gue." Raka menghela napas panjang, ada jeda sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. "Bokap gue mau jodohin gue, dan minta Viola buat jauhin gue,"
"Se-seriusan Lo, Ka?" tanya Beni tak percaya.
Zaki dan Ezar saling menatap, mereka segera mengambil posisi duduk di sofa berbeda untuk menyimak cerita dari Raka. Begitu jelas Raka bercerita dan membuat semua teman-temannya mengangguk mengerti.
"Kita pasti bantu." Roy menepuk pundak Raka. Kita juga akan bantu pastikan kalau pembangunan gedung itu nanti akan berjalan dengan lancar tanpa hambatan."
"Thanks ya buat kalian semua."
Raka kembali fokus pada layar yang menampilkan data bisnis yang sedang dia jalani. Dia mempelajari grafik dan tabel dengan seksama, mencari tahu apakah ada perubahan signifikan dalam penjualan atau pendapatan. Hingga, dua jam kemudian saat matanya sudah benar-benar lelah, dia menutup laptopnya dan menyimpannya kembali didalam tas, kemudian menyusul teman-temannya yang sudah tidur lebih dulu.
-
-
-
Beberapa kali Viola melebar-lebarkan matanya dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan untuk tetap menjaga kesadarannya.
"Sumpah, gue ngantuk banget." Viola menegakkan kembali duduknya, dia menghela napas panjang, "Nggak bisa, pokoknya gue harus selesaiin laporan ini dulu sebelum si perut bola ngomel-ngomel,"
Baru juga diomongin dalam hati, Pak Bambang datang dengan senyum merekah di wajahnya. Pria itu langsung menghampiri meja Viola dan berdiri di depannya.
"Vi-o-la," panggilnya dengan kata yang sengaja di jeda seolah ingin menunjukkan keakraban pada gadis itu. "Bagaimana? Sudah selesai belum tugas yang Bapak berikan, hemm?"
Viola menatap sekilas, "Belum, dikit lagi, Pak."
Pak Bambang manggut-manggut, mengusap-usap kumis tebalnya. "Nggak apa-apa, kamu pelan-pelan aja selesaiinnya. Sekarang Bapak punya kejutan buat kalian semua yang ada disini."
"Kejutan apa, Pak?" tanya Dian yang sedang duduk di kursi kerjanya.
"Mau kasih kita bonus tambahan ya, Pak?" sahut yang lainnya.
"Atau kita mau diajak liburan? Wah ide bagus tuh," mereka begitu antusias saat mendengar kata kejutan.
Seketika ruangan staf menjadi ramai, Pak Bambang menepuk jidatnya dan mengangkat kedua tangannya untuk menenangkan.
"Hush, tenang-tenang," Pak Bambang berusaha menenangkan, "Ini lagi liburan-liburan, dikira perusahaan ini milik nenek moyang kamu apa. Kalau kita pergi liburan terus siapa yang bekerja? Bisa bangkrut nanti ini perusahaan kalau ditinggal liburan."
"Ya kan tadi Bapak bilang mau kasih kejutan,"
"Iya kasih kejutan, tapi maksudnya kejutannya ini loh," Pak Bambang menoleh ke arah pintu ruangan. "Ayo kamu sini masuk."
Seorang gadis memasuki ruangan staf dengan langkah-langkah yang anggun dan percaya diri. Dia mengenakan pakaian kerja yang rapi dan sesuai dengan standar perusahaan, yaitu kemeja putih yang bersih dan rok kantor yang elegan. Gadis itu berdiri di samping Pak Bambang dan tersenyum ramah pada semua staf yang sedang duduk disana.
"Dia ini Tiara, Tiara Anindya. Mulai hari ini dia akan menjadi bagian dari kalian. Jadi tolong kalian bantu Tiara untuk beradaptasi dengan lingkungan kantor kita ini. Dan kalau ada pekerjaan yang tidak Tiara mengerti tolong diajarin," ucap Pak Bambang.
"Owalah, kirain kejutan apaan, ternyata nambah staf baru."
"Lain kali diperjelas langsung dong, Pak. Tadi kan Bapak bilangnya kejutan, ya kita mikirnya macam-macam lah, kirain mau dikasih bonus tambahan atau diajak liburan gitu, ha-ha-ha."
"Halah, itu sih maunya kalian," Pak Bambang mengibaskan tangannya. "Ya sudah, Bapak mau kembali ke ruangan. Tiara, kamu duduk di meja kosong sebelah Dian ya, disebelah sana." tunjuk pak Bambang pada meja yang masih kosong karena penghuni sebelumnya sudah risen satu bulan yang lalu.
Tiara mengangguk, tersenyum ramah. "Baik, Pak. Terimakasih."
Para staf segera bangun begitu Pak Bambang pergi, mereka berkenalan dan menyebutkan nama mereka masing-masing. Pandangan Tiara kini tertuju pada Viola yang masih duduk di meja kerjanya dan terlihat sedang fokus dengan pekerjaannya.
"Heuh," Viola mendongak saat menyadari hanya dirinya yang belum memperkenalkan diri. Dia bergegas bangun dan mengulurkan tangannya pada Tiara. "Hai, namamu Viola. Senang bisa berkenalan dengan kamu."
Tiara tersenyum, menyambut uluran tangannya. "Aku Tiara. Semoga kita bisa jadi partner yang baik ya?"
...----------...
Saat jam makan siang, kafetaria penuh dengan para staf yang ingin makan siang disana.
"Kalian semua boleh pesan makanan apa saja yang kalian mau, nanti aku yang akan bayar," Tiara menatap sekelilingnya, semua orang langsung bersorak gembira saat mendengar ucapannya.
"Wah, Tiara ini selain cantik juga baik hati ya. Padahal dia baru disini, tapi udah mau traktir kita makan."
"Iya, jarang-jarang loh ada teman baru sebaik Tiara ini,"
Mereka terus memberikan pujian, merasa sangat beruntung bisa mendapatkan teman baru sebaik Tiara. Jarang sekali mereka menemukan ada karyawan baru yang mau mentraktir makan, bahkan mungkin hampir tidak pernah ada kecuali dalam acara tertentu seperti traktiran makan karena sedang berulang tahun.
Viola hanya mengamati dari tempat dia duduk sekarang. Gadis dihadapannya ini sepertinya bukan berasal dari keluarga sembarangan. Tapi untuk apa Tiara harus bekerja disana? Padahal dia tidak terlihat seperti orang yang kekurangan uang. Buktinya Tiara bisa langsung mentraktir semua staf makan siang dihari pertama kerja.
...🪷🪷🪷...
.covernya kelar juga akhirnya👏👏
aaah bapak nya Raka pasti ini...
pengen sleding si papa 😠😠😠😠😠
so sweet 😍😍😍😍
sosor terus Raka, tunjukan klo di hati kamu hanya Viola satu satu nya...
kalian udah sama sama dewasa bukan anak SMA lagi yang marahan atau ada masalah malah lari...
hadapi bersama sama... apalagi masalah si Arman itu,selagi Raka gak berpindah hati pasti kamu tetap satu satu nya Vio