Setelah kematian ayahnya, Renjana Seana terombang-ambing dalam kehidupan tak terarah, gadis yang baru menginjak umur 20 an tahun dihadapkan dengan kehidupan dunia yang sesungguhnya disaat ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun. Dalam keputusasaan, Renjana memutuskan mengakhiri hidupnya dengan terjun ke derasnya air sungai. Namun takdir berkata lain saat Arjuna Mahatma menyelamatkannya dan berakhir di daratan tahun 1981. Petualangan panjang membawa Renjana dan Arjuna menemukan semua rahasia yang tersimpan di masa lalu, rahasia yang membuat mereka menyadari banyak hal mengenai kehidupan dan bagaimana menghargai setiap nyawa yang diijinkan menghirup udara.
by winter4ngel
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wahyu Ela Safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kerinduan
Hujan semakin deras mengguyur tubuh Renjana, pikiran-pikiran buruknya tentang Arjuna mulai menghampiri. Tentangnya yang tidak akan pulang menjadi sebuah ketakutan besar untuk Renjana, kakinya bergetar seakan tidak kuat untuk melangkah pergi, membiarkan air dingin memeluk tubuhnya yang tidak berdaya. Hingga sebuah siluet manusia yang berdiri di depannya membuat gadis itu mengangkat kepala dengan rambut yang berantakan dan wajah memerah serta mata sembab.
Disana Arjuna berdiri menatap hangat dan khawatir pada Renjana, sore itu Arjuna baru tiba di rumah saat pakaiannya mulai basah karena hujan. Pintu tidak terkunci, jendela masih terbuka semuanya. Dia memang tidak percaya Renjana bisa menjaga rumah sendirian sehingga hal itu membuat Arjuna semakin khawatir atas keadaan Renjana. Arjuna masuk kedalam rumah, mencari Renjana di semua ruangan yang ada di rumah, namun tidak menemukan sosok yang dia inginkan.
Tibalah di dapur saat Arjuna melihat Renjana duduk di depan sumur dalam keadaan kehujanan, hati Arjuna lega walaupun dia masih khawatir, setidaknya Arjuna masih bisa bernafas lega karena menemukan Renjana disana. Arjuna buru-buru melangkahkan kakinya menghampiri Renjana, namun punggung yang bergetar membuat Arjuna diam mematung di depan Renjana.
Hingga gadis itu mengangkat kepala melihat ke arahnya, mata yang sembab dan hidung yang sudah memerah menandakan bahwa Renjana sejak tadi menangis dengan suara di tenggelamkan oleh hujan. Arjuna tersenyum tipis dan mulai berjongkok di depan Renjana, tanpa mengatakan apapun Renjana langsung memeluknya dengan erat sambil menangis parau. Entah mengapa tangisan Renjana terasa sangat menyakitkan hingga tidak bisa membuat Arjuna berkata apapun.
“Aku mengisi air tapi bak nya pecah, berat-.” di sela tangisannya, Renjana menceritakan semua hal yang membuatnya bersedih, walaupun susah payah mengatakannya karena sambil menangis, Renjana terus menceritakan semua hal. “Bunganya ada yang mati, terus kayunya basah jadi ga nyala-nyala, aku ga bisa nyalain korek. Terus-.”
Arjuna semakin erat memeluk tubuh Renjana, “Aku ga akan kemana-mana lagi, jadi jangan menangis. Kita masuk sekarang, tubuhmu sudah sangat dingin, nanti kamu bisa sakit kalau kena hujan terlalu lama.”
“Kakiku sakit.”
Arjuna melepaskan pelukannya, kemudian melihat kaki Renjana yang memerah dan sedikit bengkak, entah apa yang gadis itu lakukan hingga seperti itu. Arjuna memunggungi Renjana “Naik.”
Tangan Renjana memeluk leher Arjuna, pria itu menggendong Renjana masuk kedalam rumah dan mendudukkan di kursi yang ada di ruang tengah. Arjuna masuk kedalam kamarnya, mengambilkan handuk, dengan tlaten Arjuna mengeringkan rambut panjang Renjana.
“Jangan hujan-hujanan lagi.”
“Gimana keluargamu?.” pertanyaan yang membuat Arjuna menghentikan kegiatannya, dia sudah melupakan semua yang terjadi karena terlalu fokus pada Renjana, namun Renjana kembali mengingatkan alasan kepergiannya. Arjuna tau pasti Renjana ingin mendengar kabar baik mengenai keluarga Arjuna, namun Arjuna tidak membawa kabar baik sedikitpun.
“Ayo aku bantu, kamu harus ganti pakaian terlebih dahulu, nanti sakit.”
Renjana hanya mengikuti apa yang dilakukan oleh Arjuna, mengganti pakaiannya. Bukan Arjuna menggantikan pakaian Renjana, Arjuna hanya mengantarkan Renjana sampai di kamar kemudian membiarkan Renjana mengganti pakaiannya sendiri. Renjana juga tahu bahwa Arjuna sedang tidak baik-baik saja, walaupun pria itu belum mengatakan apapun padanya.
Setelah mengganti pakaiannya, Renjana keluar dari kamar dengan kaki yang masih setengah sakit. Terlihat Arjuna yang datang dari dapur membawakan minuman hangat dan makanan ringan, lalu meletakkan di atas meja, membantu Renjana duduk di kursi kembali.
“Bagaimana pernikahan kedua orang tuamu?.”
“Semuanya berjalan lancar.”
“Maaf aku tidak datang.”
“Tidak apa-apa, lalu bagaimana denganmu? Kalau kamu tidak ingin menceritakannya ti-.”
“Buruk, semuanya buruk.”
Renjana menatap kearah Arjuna, menggenggam tangan pria itu yang berada di atas meja. Mata mereka bertemu, saling memberikan tatapan hangat, semuanya sudah terlihat tidak berjalan baik untuk Arjuna.
“Maaf aku tidak bersamamu.”
“Bukan salahmu juga, memang seharusnya begitu.”
“Bagaimana keadaannya?.”
“Aku rasa akan baik-baik saja, itu keputusan mereka, apapun yang terjadi di masa depan tidak akan berubah, jadi aku tidak terlalu sedih kalaupun memang tidak berjalan baik dan masa depan tetap sama.”
Arjuna menceritakan semua yang terjadi padanya pada Renjana, mungkin reaksi Renjana berbagai macam dan itu bukan membuat Arjuna sedih mengenai keluarganya, melainkan tertawa beberapa kali karena reaksi Renjana yang baginya sangat menggemaskan, bagaimana bisa Renjana memberikan reaksi di luar pemikirannya.
Hal yang membuat Arjuna tidak bisa meninggalkan ataupun jauh dari Renjana terlalu lama adalah semua hal tentang gadis itu yang membuatnya menahan rindu walaupun mungkin hanya beberapa jam saja tidak bertemu.
“Kenapa nyebelin banget sih.” kesal Renjana.
“Kamu akan menarik rambutnya kalau kamu ada disana?.”
“Tidak, mau bagaimanapun kan dia bibi mu, tapi tetap saja nyebelin.”
“Hahahaha menggemaskan.”
Renjana melihat kearah Arjuna dengan mata tajam, “Apa?.”
“Tidak, aku mau ganti baju dulu.”
“Oh iya, aku sampai lupa kalau bajumu juga basah.”
Arjuna hanya tertawa kecil dan berjalan masuk kedalam kamar untuk mengganti pakaiannya.
Mata Renjana melotot saat mengingat pakaian dalamnya tidak dia singkirkan di atas kursi karena dia masih mengira di kamarnya sendiri. Renjana langsung bangun dengan susah payah dan masuk kedalam kamar Arjuna tanpa permisi, malah Renjana sendiri yang kaget karena Arjuna tidak memakai baju, hanya celana panjang nya saja yang tersisa.
“Aaaaaaa…. maaf nggak sengaja.” Renjana menutup wajahnya menggunakan kedua tangan, namun di sela-sela jarinya masih terlihat kalau gadis itu mengintip.
Arjuna tersenyum, “Kenapa?.”
“Tidak, aku hanya-.” Renjana berjalan mendekat kearah Arjuna, niatnya mengambil pakaian dalamnya yang ada di kursi belakang Arjuna.
Arjuna menghentikan langkah Renjana, tangan pria itu memegang pinggang Renjana. “Apa yang kamu lakukan?.” Tanya Arjuna yang terasa sangat dekat.
Renjana menurunkan tangannya, gadis itu berada tepat di depan Arjuna, Renjana bisa melihat jelas otot perut Arjuna yang selama ini berada di balik kaos yang dipakai. “a-aku cuma mau ngambil ini.” Renjana menarik pakaian dalam yang akan dia ambil dan menunjukkan pada Arjuna tanpa sadar.
Arjuna yang terkejut langsung membuang wajahnya ke arah lain, “Nggak! maaf!.” Renjana langsung keluar dari kamar Arjuna menahan malu. Bukan hanya Renjana yang merasa malu, bahkan Arjuna pun sama.
Pria itu tersenyum memegang kedua pipinya yang memanas, bagaimana bisa kejadian seperti itu. Setelah cukup lama di kamar mengganti pakaian dan mengkondisikan wajahnya, Arjuna keluar dan berjalan menghampiri Renjana di meja ruang tengah.
Keduanya berada dalam keadaan canggung karena keadaan yang terjadi sebelumnya, “mmm itu-.”
“Aku lapar, apa kita bisa makan di luar?.” Ucap Renjana secara tiba-tiba, “Hujannya sudah reda, di warung yang dekat pertigaan itu.”
“Iya boleh, kita bisa pakai sepeda agar kakimu tidak semakin bengkak.”
“Terima kasih.”
Arjuna masuk kedalam kamar untuk mengambilkan jaket Renjana lalu memakaikan pada gadis itu, “Udaranya dingin, biar tidak sakit.”
“Terima kasih.” Renjana tersenyum.
Malam itu entah jam berapa, Arjuna membonceng Renjana keluar rumah menuju ke tempat makan atau warung yang berada di dekat sana. Tangan lentik Renjana memeluk pinggang Arjuna erat sambil menyandarkan tubuhnya pada pria itu. Senyum Arjuna terangkat, bahkan sekalipun Arjuna kehilangan banyak hal dalam hidupnya selama itu bukan Renjana, maka dia akan baik-baik saja.