BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BALAS DENDAM MENANTU TERHINA

BAB 01 - Menghilang

"Nyonya... Tuan Arka!" ucap seorang asisten rumah tangga dengan khawatir.

"Ada apa dengan anak saya?" jawab Miranda. Tak bisa menyembunyikan kekhawatirannya.

Seluruh anggota keluarga yang awalnya riuh karena sedang mengolok-olok Nadine, kini terdiam. Satu wajah yang tidak bisa menyembunyikan wajah kecemasannya, tak lain adalah istri Arka, Nadine.

Nadine langsung pasang kuping saat mendengar kabar dari suaminya, yang beberapa hari tak kunjung pulang.

"Tuan Arka... tiba-tiba memberi kabar kalau ia ingin pergi jauh dan jangan mencarinya untuk waktu yang cukup lama." ucap asisten itu.

Ucapan itu langsung membuat Nadine shock. Namun, berbeda 180 derajat dengan orang tua Arka, Miranda.

Mertua Nadine tersebut justru menjawab sang asisten dengan entengnya.

"Oh... Arka mau sendiri dulu berarti? Kalau begitu, Baguslah!" jawab Miranda.

"Itu pertanda dan salah satu sinyal, dia tidak puas dengan service yang kau berikan, Nadine." sambung Velove, tante Arka yang memandang Nadine dengan tatapan menghina.

"Berarti Arka sudah mulai bosan denganmu. Paling-paling, diluar sana dia sedang jajan dengan wanita lain. Kujamin itu." sahut tante Arka lainnya, Vania yang meruntuhkan semangat Nadine.

Nadine tidak bereaksi apapun. Ia justru memikirkan Arka yang tidak memberitahu ataupun pamit sama sekali padanya.

"Hmph! Sudah kuduga! Arka akhirnya sadar juga kalau kau itu bukan wanita yang pantas untuknya!" tambah Miranda.

Nadine cuma bisa menatap mertuanya dengan pandangan terpukul dan berucap, "Saya tidak tahu kenapa mas Arka pergi. Kami tidak ada masalah apapun. Lagipula, mas Arka bilang akan memberikanku hadiah saat pulang nanti. Saya akan mencari tahu, tapi—"

Tidak memberikan kesempatan, Vania menyela dengan nada mengejek, "Sudah jelas, kan? Lihat diri kamu! Kamu itu siapa? Perempuan kampung yang tiba-tiba masuk ke keluarga elite seperti ini! Arka pasti menyesal menikah denganmu." ucapnya sambil tertawa sinis.

Velove mengangkat alis, menatap Nadine dari ujung kepala sampai ujung kaki, "Mungkin memang benar, si Arka bosan dengan wanita kampungan itu, Mba Nia. Atau jangan-jangan, Arka sudah punya pengganti yang lain?"

Nadine mencoba tetap tenang, tapi hatinya terasa terkoyak.

"Mas Arka bukan tipe lelaki seperti itu, Tante. Saya sangat yakin itu. Saya percaya dia punya alasan untuk—"

Miranda menyentakkan sendok ke piring, suaranya meninggi, "Oh, jadi kau masih berharap? Kau pikir Arka akan kembali padamu, hah?! Lihatlah sekelilingmu, Nadine! Kau ini hanya beban untuk keluarga kami! Seharusnya sejak awal, aku mengusirmu dan menghancurkan pernikahan itu!"

Nadine mengepal jemarinya di pangkuan, mencoba mengendalikan perasaannya. Ia ingin berteriak, ingin pula membela diri. Tetapi ia tahu dan sangat paham, semua itu percuma.

Bagaimanapun juga, mereka tidak pernah menganggapnya bagian dari keluarga.

"Ngomong-ngomong, Nadine... tanpa Arka di sini, kamu itu cuma tamu tak diundang. Berapa lama lagi kamu akan bertahan di rumah ini?" tanya Vania, menyudutkan Nadine.

Nadine kini mulai menegakkan punggungnya, menatap tante Arka itu dengan mata yang berkaca-kaca, tapi tegar.

"Saya istri sah Arka, Tante. Saya tidak akan pergi sampai saya sendiri mendengar kata-kata itu keluar dari mulut dia."

"Hah! Kau keras kepala juga, ya? Baiklah! Bertahanlah di sini kalau kau mau. Tapi jangan harap kami memperlakukanmu seperti nyonya rumah!" sentak Miranda sambil melipat tangan di dada.

Cherry, adik Arka yang sangat cantik jelita, kini ikut membela mami nya.

Ia menertawakan Nadine dengan nada mengejek, "Iya, Mi. Nadine, dengar! Kamu itu sekarang cuma bayangan. Nggak ada gunanya di tempat ini. Tanpa Arka, kamu bukan siapa-siapa!"

Nadine menggigit bibirnya. Setiap kata yang mereka ucapkan bagaikan ujung pisau yang menggores hatinya.

Namun, di balik semua hinaan, ia bersumpah dalam hati—untuk tidak akan kalah. Ia bertekad akan memperjuangkan cinta ini hingga ujung kemampuannya.

Apabila Arka benar-benar pergi untuk selamanya, maka ia akan bangkit, membuktikan bahwa dirinya lebih dari sekadar istri yang ditinggalkan.

Nadine mengangkat dagunya sedikit, menatap mereka satu per satu sebelum akhirnya berkata dengan tenang,

"Saya mungkin bukan siapa-siapa bagi kalian sekarang. Tapi tunggu saja… suatu hari nanti, kalian akan menyesal telah meremehkan saya. Camkan itu!"

Ruang makan keluarga Hartono mendadak sunyi. Hanya terdengar suara piring yang beradu dengan sendok, tanpa ada suara bantahan. Sebuah ultimatum dari Nadine, seolah menyihir seisi ruangan menjadi hening seketika.

Nadine bangkit dari kursinya, melangkah pergi tanpa menoleh ke belakang. Ia tahu, ini belum berakhir. Ia pun paham, seluruh pasang mata semakin sinis menatapnya.

 

Sudah lebih dari dua belas jam, Nadine tidak mendapat kabar dari Arka. Ia cemas dan khawatir. Tidak seperti anggota keluarga Arka yang nampak biasa saja, setelah mendengar kepergian Arka.

Malam itu, Nadine duduk di ruang tamu, menunggu Arka pulang. Waktu menunjukkan sudah hampir pukul sebelas malam, tapi suaminya belum juga memberi kabar.

Ini bukan pertama kalinya Arka pulang larut. Tapi perasaan Nadine kali ini berbeda. Ada kegelisahan yang menyesakkan dadanya, seolah firasat buruk tengah berbisik di telinga Nadine.

Berulang kali Nadine mencoba menghubungi Arka, tapi panggilannya tak terjawab. Bahkan, pesan-pesan yang ia kirim hanya centang satu.

Nadine menggigit bibirnya, mencoba menenangkan diri.

"Mungkin dia sibuk," gumamnya, menekan kegundahan hatinya agar tenang.

Tapi sanubari hatinya tetap tak bisa berbohong.

Esok paginya, Arka masih belum pulang. Nadine semakin panik. Ia terpaksa menelepon mertuanya yang sedang berada diluar, tetapi jawaban yang ia terima membuat jantungnya hampir berhenti.

"Mulai lancang juga ya kau meneleponku! Dengar, Arka tidak pernah memberi kabar atas kepergiannya pada siapapun. Termasuk pada kami, orang tuanya."

"Tapi, Mi... bagaimana mungkin? Mas Arka tidak pernah pergi tanpa pamit dan berkabar sebelumnya padaku."

"Masa bodoh! Itu bukan urusanku. Tunggu saja tiga hari atau seminggu lagi. Pasti saat pulang, Arka membawa wanita cantik untuk dikenalkan padamu sebagai istri keduanya. Ha-ha-hah!" Ucap Miranda dengan nada sinis sebelum menutup telepon begitu saja.

Nadine memandang layar ponselnya dengan mata berkaca-kaca. Ia mencoba menenangkan diri, berharap Arka memberikan kabar dan akan segera kembali.

Namun, hari berlalu begitu cepat. Satu minggu, dua minggu. Arka masih tak memberikan kabar. Juga tanpa kepulangan.

Nadine duduk di depan rumah megah milik Hartono, menunggu dalam diam. Matanya kosong, wajahnya nampak pucat.

Nadine menggigit bibirnya, berusaha menahan air mata yang hampir jatuh berlinang. Tapi ia tak bisa membohongi diri sendiri. Suaminya telah menghilang, meninggalkannya tanpa alasan, pun tanpa pesan.

Suatu malam, Nadine memberanikan diri pergi ke kantor Arka. Ia berharap suaminya masih di sana, atau setidaknya ada seseorang yang tahu ke mana Arka pergi.

"Maaf, Bu Nadine. Pak Arka sudah lama tidak masuk kantor," kata salah satu karyawan dengan wajah bingung dan keheranan.

Nadine merasa dunia hanya berputar di satu tempat. Tanpa solusi, tanpa jalan keluar.

"Tidak masuk kantor? Sejak kapan?"

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Agus Irawan

Agus Irawan

bagus pembukaannya mantap

2025-06-14

1

arniya

arniya

mampir kak

2025-06-07

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 01 - Menghilang
2 BAB 02 - Gelisah
3 BAB 03 - Perlakuan Mertua Jahat
4 BAB 04 - Cinta dari Masa Lalu
5 BAB 05 - Perhatian Sang Dokter Tampan
6 BAB 06 - Kartu Sakti Titipan
7 BAB 07 - Kosong
8 BAB 08 - Perhatian Jarak Jauh
9 BAB 09 - Cinta Tulus sang Dokter
10 BAB 10 - Strategi Balas Dendam
11 BAB 11 - Interogasi
12 BAB 12 - Pembuktian Cinta sang Dokter
13 BAB 13 - Pulang
14 BAB 14 - Istri Baru
15 BAB 15 - Talak Tiga
16 BAB 16 - Melangkah Pergi
17 BAB 17 - Dituduh Selingkuh
18 BAB 18 - Bendera Kuning
19 BAB 19 - Tangisan paling Lara
20 BAB 20 - Diskusi
21 BAB 21 - Sesuatu yang harus Diperjuangkan
22 BAB 22 - Tawaran Baik (bagian 01)
23 BAB 23 - Tawaran Baik (bagian 02)
24 BAB 24 - Tugas Pertama
25 BAB 25 - Pemeriksaan
26 BAB 26 - Pura Pura Lupa
27 BAB 27 - Pesan Titipan
28 BAB 28 - Menyusun Rencana
29 BAB 29 - Bakat
30 BAB 30 - Tawaran Menggiurkan
31 BAB 31 - Kalung
32 BAB 32 - Kalung Daun Maple
33 BAB 33 - Rencana Konyol
34 BAB 34 - Godaan Maut
35 BAB 35 - Cibiran dari Pegawai Senior
36 BAB 36 - Pedagang Asongat Elit
37 BAB 37 - Bukan Pedagang Biasa
38 BAB 38 - Pedagang Berhati Malaikat
39 BAB 39 - Berbeda untuk Kedua Kali
40 BAB 40 - Situasi Mulai Memanas
41 BAB 41 - Datangnya Penyelamat (bagian 01)
42 BAB 42 - Datangnya Penyelamat (bagian 02)
43 BAB 43 - Perhatian
44 BAB 44 - Debat Karena Kalung
45 BAB 45 - Kalung Rongsokan, Harga Selangit!
46 BAB 46 - Teman Berharga yang Hilang (bagian 01)
47 BAB 47 - Teman Berharga yang Hilang (bagian 02)
Episodes

Updated 47 Episodes

1
BAB 01 - Menghilang
2
BAB 02 - Gelisah
3
BAB 03 - Perlakuan Mertua Jahat
4
BAB 04 - Cinta dari Masa Lalu
5
BAB 05 - Perhatian Sang Dokter Tampan
6
BAB 06 - Kartu Sakti Titipan
7
BAB 07 - Kosong
8
BAB 08 - Perhatian Jarak Jauh
9
BAB 09 - Cinta Tulus sang Dokter
10
BAB 10 - Strategi Balas Dendam
11
BAB 11 - Interogasi
12
BAB 12 - Pembuktian Cinta sang Dokter
13
BAB 13 - Pulang
14
BAB 14 - Istri Baru
15
BAB 15 - Talak Tiga
16
BAB 16 - Melangkah Pergi
17
BAB 17 - Dituduh Selingkuh
18
BAB 18 - Bendera Kuning
19
BAB 19 - Tangisan paling Lara
20
BAB 20 - Diskusi
21
BAB 21 - Sesuatu yang harus Diperjuangkan
22
BAB 22 - Tawaran Baik (bagian 01)
23
BAB 23 - Tawaran Baik (bagian 02)
24
BAB 24 - Tugas Pertama
25
BAB 25 - Pemeriksaan
26
BAB 26 - Pura Pura Lupa
27
BAB 27 - Pesan Titipan
28
BAB 28 - Menyusun Rencana
29
BAB 29 - Bakat
30
BAB 30 - Tawaran Menggiurkan
31
BAB 31 - Kalung
32
BAB 32 - Kalung Daun Maple
33
BAB 33 - Rencana Konyol
34
BAB 34 - Godaan Maut
35
BAB 35 - Cibiran dari Pegawai Senior
36
BAB 36 - Pedagang Asongat Elit
37
BAB 37 - Bukan Pedagang Biasa
38
BAB 38 - Pedagang Berhati Malaikat
39
BAB 39 - Berbeda untuk Kedua Kali
40
BAB 40 - Situasi Mulai Memanas
41
BAB 41 - Datangnya Penyelamat (bagian 01)
42
BAB 42 - Datangnya Penyelamat (bagian 02)
43
BAB 43 - Perhatian
44
BAB 44 - Debat Karena Kalung
45
BAB 45 - Kalung Rongsokan, Harga Selangit!
46
BAB 46 - Teman Berharga yang Hilang (bagian 01)
47
BAB 47 - Teman Berharga yang Hilang (bagian 02)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!