Aku tidak pernah tahu tentang bagaimana akhirnya. Mencintaimu adalah sesuatu tanpa rencana yang harus kutanggung segala konsekuensinya. Jika di izinkan Tuhan untuk bersama, aku bahagia. Tapi jika tidak, aku terima meski terluka. -Alea-
**
Hamil diluar nikah memang sebuah aib, tapi kenapa harus perempuan yang menanggung lebih banyak sikap dan penilaian buruk dari setiap orang.
Lalu, bagaimana dengan Alea? Dia hamil oleh kekasihnya, tapi tidak mendapatkan tanggung jawab dari pria yang telah menodainya.
Di hari pernikahan, Alea harus menerima jika dia harus menikah dengan Rean, suami pengganti untuknya. Kakak dari pria yang membuatnya hamil.
Lalu, pernikahan seperti apa yang akan dia jalani?
Aku hanya suami pengganti untukmu, kau harus pergi dari kehidupanku setelah bayi ini lahir. -Rean-
Bisakah aku memperjuangkanmu sebagai suamiku? -Alea-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memperjuangkannya, Apa Mungkin?
Alea pergi keluar kamar malam hari, perutnya merasa lapar. Alea pergi ke dapur dan melihat Mbak Ika berada disana, sedang menyiapkan makan malam.
"Nona ayo makan malam dulu, Tuan Muda juga ada, Nona mau panggilkan?"
"Em, Mbak Ika saja. Aku takut"
"Ah, baiklah"
Alea menunggu suaminya datang untuk makan bersama. Entah kenapa dia merasa cukup senang saat mendengar Rean berada di rumah. Mungkin mereka bisa makan malam bersama malam ini.
Ketika Rean datang, dia hanya duduk di sebrang Alea dengan wajah yang dingin. Sama sekali tidak menunjukan sisi hangat pada Alea sebagai istrinya. Disini, Alea yang terlalu serius menyikapi pernikahan ini. Karena nyatanya pernikahan ini tidak pernah dianggap serius oleh Rean.
"Aku bantu ambilkan makanannya, Tuan" ucap Alea, sudah ingin mengambil piring kosong di depan Rean, tapi tangannya langsung di tepis begitu kasar.
"Sudah pernah aku bilang, jangan pernah bersikap seolah kau memang istriku! Aku tidak pernah mau punya istri sepertimu!"
Alea terdiam, dia kembali duduk dan mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Ternyata benar, Alea yang terlalu serius dalam pernikahan ini. Padahal nyatanya, dia tidak akan pernah di anggap ada oleh Rean.
"Maaf"
Rean mendongak dan menatap Alea dengan lekat. Tatapan tajam yang penuh kebencian. "Kau harus ingat batasan. Sudah aku bilang, setelah kau melahirkan anak itu, maka kau harus pergi dari hidupku. Terserah mau pergi kemana, aku tidak peduli! Kau hanya merusak hidupku!"
Tangan Alea bergetar, memegang sendok dengan erat. Ucapan Rean begitu menusuk hatinya. Meski dia sadar jika sebenarnya dia berada disini bersama Rean, memang bukan keinginan.
"Aku janji akan pergi setelah bayi ini lahir, maaf karena merusak hidup Tuan"
Alea menunduk, mulai fokus pada makanan meski tanpa sadar air mata mengalir begitu saja. Dia mengusapnya kasar. Rasa mual tiba-tiba terasa mengusik perutnya, Alea yang sedang nyaman makan, harus segera berlari ke wastafel karena tidak kuat dengan rasa mual itu.
"Cih, menjijikan"
Rean berdiri dan segera pergi dari sana tanpa menghabiskan makanannya. Alea yang jelas mendengar ucapan Rean, hanya terdiam dengan air mata yang mengalir. Dadanya begitu sesak, ucapan Rean benar-benar selalu menusuk relung hatinya.
Alea mencoba menahan isak tangisnya, dia mengusap air mata yang terus mengalir tanpa henti. Mencuci wajahnya, berharap air mata berhenti. Tapi sepertinya dia terlalu lelah, hingga matanya pun ingin terus menangis.
"Ya Tuhan, sakit sekali"
Alea pergi meninggalkan dapur, makannya masih tersisa. Alea pergi ke kamarnya, menangis disana dengan membenamkan wajah di bantal, meredam suara isak tangis.
Alea, kamu harus kuat demi anak kamu. Satu kalimat yang selalu dia tanamkan dalam dirinya, karena nyatanya Alea tidak begitu kuat menghadapi takdir yang begitu menyakitkan. Dunia tidak begitu baik padanya, cinta tidak seindah itu untuknya.
Alea mengusap air matanya, dia mengelus perutnya yang masih rata. Selalu ada sedikit ketenangan ketika dia mengelus perutnya. Membayangkan jika di dalam perutnya bersemayam nyawa lain. Alea harus kuat untuk itu.
Alea mengambil ponsel, menatap foto wallpaper di ponselnya yang bahkan masih foto dirinya dan Athan. Rasa marah menyeruak ke dalam hatinya, kecewa yang dalam.
"Ternyata, mencintaimu adalah kesalahan besar dalam hidupku"
Alea membuka galeri foto, menghapus semua foto dirinya dan Athan. Mulai sekarang, dia akan menghapus semua kenangan bersama pria itu. Bahkan yang tersisa dari pria itu, hanya bayi dalam kandungannya.
"Nak, kamu akan baik-baik saja bersama Ibu. Kita akan hidup berdua, dan kamu tidak perlu khawatir. Ibu akan berjuang untuk kamu"
*
Pagi ini, Rean bangun sedikit terlambat. Namun ponsel yang berdering membuatnya terbangun, itu adalah Arina, sepupunya yang sekarang menjadi Sekretarisnya.
"Cepat bangun, aku jemput sekarang. Kita ada rapat pagi ini, Kak. Bagaimana bisa kau masih tidur"
"Iya Arin, aku siap-siap dulu"
Di lantai bawah saat Alea sudah selesai mandi dan bersiap pergi bekerja, dia melihat Arina yang duduk di sofa ruang tamu. Alea segera menghampirinya.
"Arin, kamu disini?"
"Ah, Alea. Iya, aku menjemput Kak Rean. Eh tunggu, kenapa kamu keluar dari kamar tamu?" tanya Arina bingung.
Alea duduk disamping Arina, dia tersenyum padanya. "Memangnya kamu berharap apa? Aku tidur satu kamar dengan Tuan Rean? Itu tidak mungkin, karena kamu sendiri tahu alasan kami menikah"
Arina menghembuskan napas kasar, dia memegang tangan Alea dengan lembut. Menatapnya dengan sedikit iba. "Alea, kamu harus sabar ya. Aku yakin, pasti suatu saat Kak Rean bakal menerima kamu"
"Tidak mungkin, Tuan Rean masih mempunyai perempuan yang dia suka. Kamu tahu 'kan?"
"Riska? Sialan, wanita itu masih bersama Kakakku? Ah, sial"
Alea menatap Arina dengan lembut, meski merasa heran kenapa Arina terlihat begitu kesal. "Kenapa kamu marah?"
"Alea, dia itu bukan perempuan baik-baik. Dia pernah meninggalkan Kak Rean, lalu kembali hadir setelah Paman Chris mengumumkan jika Kak Rean adalah anaknya dan menjadi pewaris Perusahaan utama keluarga kami. Bisa kamu nilai perempuan seperti apa dia"
Alea terdiam, apa mungkin Ibu Yulita meminta Rean untuk menikahinya karena Athan yang tidak ingin bertanggung jawab, juga karena hal ini. Apa dia ingin Rean lepas dari Riska?
Suara langkah kaki membuat mereka menoleh, Rean menuruni anak tangga dan menghampiri mereka. Arina langsung berdiri dengan wajah marah.
"Kak Rean, apasih yang ada dalam pikiran Kakak sekarang? Masih tetap berhubungan dengan perempuan ulat itu? Kak, dia bukan perempuan baik. Lagian kau juga sudah menikah dengan Alea"
Rean melirik Alea dengan tajam, seolah ingin mengatakan jika Alea tidak usah ikut campur urusannya. "Itu urusanku, memang dia perempuan baik? Dia hamil diluar nikah, apa bisa disebut perempuan baik? Dia tidak lebih baik"
"Kak Rean!" teriak Arina saat Rean malah berlalu pergi meninggalkan mereka. Arina menghembuskan napas kasar, dia menoleh pada Alea. "Apapun yang terjadi, kamu harus perjuangkan Kak Rean ya. Karena Riska itu pasti hanya ingin harta Kak Rean saja. Alea, jangan menyerah begitu saja. Semangat"
Alea hanya tersenyum, menatap Arina yang berlari pergi menyusul Rean keluar rumah. "Memperjuangkannya? Apa itu mungkin?"
Sementara dirinya saja hanya di anggap perempuan rendahan oleh Rean. Maka, apa yang bisa dia perjuangkan dari pernikahan ini? Rasanya tidak mungkin dia bisa berjuang dan mendapatkan Rean.
"Tapi, jika benar Riska hanya memanfaatkan Tuan Rean, kasihan juga dia. Pasti akan sangat kecewa. Seperti aku yang kecewa pada Kak Athan"
Bersambung
Ini si Arina ada diantara mereka untuk jadi saksi mereka saling mencintai nantinya.. Tapi gue kok takut kisah Arina malah mengenaskan daripada orang tuanya ya.. Haha/ tertawa jahat.
pasti arina dapetin bukti2 dr sam dgn syarat arina harus nikah deh sm sam,,,,
jika ada selain samuel membantu Arin,,berarti itu nanti yg menjadi kekasih nya,,,tapi aku besar kemungkinan bahwa Samuel lah yg memberikan itu bukti🤣🤣🤣🤣🤣
cowok badboy nih bos..senggol dong....