Alzena Jasmin Syakayla seorang ibu tunggal yang gagal membangun rumah tangganya dua tahun lalu, namun ia kembali memilih menikah dengan seorang pengusaha sekaligus politikus namun sayangnya ia hanya menjadi istri kedua sang pengusaha.
"Saya menikahi mu hanya demi istri saya, jadi jangan berharap kita bisa jadi layaknya suami istri beneran"
Bagas fernando Alkatiri, seorang pengusaha kaya raya sekaligus pejabat pemerintahan. Istrinya mengidap kanker stadium akhir yang waktu hidupnya sudah di vonis oleh dokter.
Vileni Barren Alkatiri, istri yang begitu mencintai suaminya hingga di waktu yang tersisa sedikit ia meminta sang suami agar menikahi Jasmin.
Namun itu hanya topeng, Vileni bukanlah seorang istri yang mencintai suaminya melainkan malaikat maut yang telah membunuh Bagas tanpa di sadari nya.
"Aku akan membalas semua perbuatan yang kamu lakukan terhadap ku dan orang tuaku...."
Bagaimana kelanjutan polemik konflik diantara mereka, yuk ikuti kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bundaAma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
-8
Siang malam Bagas tak berhenti memeriksa dugaan kasus-kasus korupsi yang ternyata tidak hanya selesai di Kementerian PUPR, kasusnya merembet ke kementerian lain karena ada beberapa kementerian yang di mana uang nya tetap masuk ke perusahaan hm.corp. Meski melalui rekening rekening lain terlebih dahulu.
Dengan hati hati Bagas menyuruh Andreas memeriksa terlebih dahulu apa itu perusahaan hm.corp, dan bergerak di bidang apa saja, sehingga uang negara bisa di alokasikan melalui hm.corp,
Pukul 11 malam Bagas pulang ke rumah nya untuk beristirahat, meskipun besok paginya ia harus kembali bekerja namun ia tak pernah melewatkan satu malam pun tanpa pulang ke rumah saat istrinya ada di rumah.
Pernikahan nya dengan Jasmin sudah hampir menginjak 2 bulan lamanya, ia tak pernah sekalipun pulang ke rumah Jasmin. Padahal jarak apartemen tempat Jasmin tinggal dan kantor tempatnya bekerja hanya terhalang 5 gedung.
Namun tetap saja ia hanya memberikan nafkah lahir sesuai perjanjian nya pada Jasmin, akan tetapi berbeda pada Azzam, meski tak pulang ke rumahnya, Bagas kadang kadang meminta Andreas untuk membawa Azzam di tengah tengah jam istirahat nya.
Meski begitu Jasmin tak pernah memaksa Bagas untuk menemui nya ataupun melarang Bagas untuk membawa putranya ke kantor, ia terkesan bebas asal Bagas menjamin keselamatan putranya.
Alasan Bagas tak pulang ke rumah Jasmin pun Jasmin tahu, ia pernah bertanya pada Andreas tentang alasan Bu Leni mengizinkan bahkan menyuruh Bagas menikah lagi, ternyata sangat tragis ceritanya, Bu Leni adalah seorang pengidap kanker otak, yang di mana tumor ganas di kepalanya bisa kapan saja membeledak seperti bom waktu, bahkan dokter telah memvonis jika kemungkinan umur Bu Leni tak bertahan sampai setahun bisa jadi 6 bulan atau 3 bulan lamanya, jika Jasmin jadi bagas pun ia tidak akan meninggalkan istrinya seharipun, karena bisa jadi ini adalah hari terakhir dan besok sudah tidak ada lagi.
Bahkan Bagas pun rela tak memiliki seorang anak pun meskipun ia sangat mendambakan menjadi ayah, alasannya hanya karena Bu Leni sakit dan tidak mau memiliki anak, jika lebih memilih membuang keinginan nya demi kebahagiaan pasangan nya bukankah tidak perlu di tanyakan lagi seberapa tulus, dan dalamnya cinta Bagas pada Bu Leni.
Mobil yang dikendarai pak Yanto pun sampai di depan pintu rumah Bagas, Bagas segera masuk ke dalam rumah yang di dalamnya hampir semua lampu telah mati, dan itu semua pertanda jika para penghuni sudah mulai tertidur lelap.
Klekkkkk
Bagas masuk ke dalam kamar, tanpa mau membangunkan sang istri ia berjalan pelan masuk ke dalam kamar mandi dan menutup nya dengan se pelan mungkin agar suara pintu yang tertutup tidak membuat tidur istrinya terganggu.
Dengan cepat ia menguyur tubuhnya dengan air dari shower. membersihkan seluruh tubuhnya dengan sabun, memakai sampo untuk kepalanya, menggosok gigi lalu mencuci muka dengan pencuci.
Setelah selesai, ia segera keluar dari kamar mandi di lihatnya sang istri sudah terbangun dari tidurnya dan kini tengah memainkan ponselnya sembari menyandarkan punggung dan kepalanya ke headboard ranjang.
"Kebangun mah? Maaf yah...." ujar Bagas berjalan menghampiri sang istri yang menatapnya dengan wajah tersenyum.
Cuppp
Di kecup nya kening sang istri dengan penuh kehangatan, lalu menyuruh nya untuk kembali tertidur.
"Tidur lagi mahhh....." ucap Bagas dengan suara lembut bak sutra.
"Pengen tidur sama papah..." jawab Bu Leni, menyimpan hp nya di atas nakas tepat di samping nya, lalu menarik lengan sang suami agar berbaring di atas ranjang.
Bagas pun menurut, ia ikut merebahkan diri di atas ranjang tanpa memakai baju terlebih dulu, baginya memakai baju atau tidak kali ini sama saja, sama sama cuman tidur karena meski ia tak memakai baju istrinya tak akan pernah mau melayani nafsunya, ia pun mengerti dan Bagas pun tidak mau karena ia tahu istrinya tengah sakit ia tidak sekejam itu.
Meskipun di bawah sana telah berdiri tegak layaknya tiang bendera, Bagas masih berusaha menetralkan pikiran nya agar cepat cepat telelap dari tidurnya. Dengan otak cerdasnya yang bisa fokus, Bagas dengan mudah tertidur lelap meski nafsunya seolah akan meledak, namun karena lelah seharian berkutat tanpa istirahat ia dengan cepat terlelap dan sampai ke alam mimpinya.
Sedangkan Bu Leni, sebenarnya ia tidak bisa jika terus terusan menahan nafsunya pada Bagas, sedari tadi ia sengaja menarik Bagas agar berbaring di samping nya, meski pun atasannya melarang dirinya untuk bersetubuh dengan Bagas, namun hasrat dan nafsunya tak bisa menolak saat melihat tubuh indah Bagas tak tertutup sehelai benangpun, tubuh tegap yang baru selesai mandi dengan air yang bercucuran dari kepala membasahi pundak hingga dadanya menambah kesan seksi pada suaminya.
Namun lagi dan lagi ia tetap tidak bisa menuntaskan nafsunya pada sang suami, apalagi saat ini atasannya tengah ikut menginap di rumah.
Tinggggg
Notif pesan masuk ke ponsel milik Bu Leni.
'Ke kamar'
Pesan yang cukup singkat namun tidak bisa Bu Leni tolak perintah nya.
Setelah memastikan suaminya benar benar tidur terlelap, dengan hati hati ia turun dari ranjang tanpa membuat suara, ia berjalan langkah yang sangat pelan, sembari sesekali menengok ke arah Bagas yang tengah tertidur memastikan jika suaminya benar benar terlelap dalam tidurnya, setelah sampai di pintu kamar ia dengan gerakan cepat membuka pintu kamar dan menutup nya kembali tanpa meninggalkan suara yang membangunkan suaminya.
Bu Leni pun menarik nafas lega setelah sampai di luar kamar, dengan langkah cepat ia turun dari ke lantai bawah melalui tangga, ia masuk begitu saja ke salah satu kamar tamu yang ada di lantai bawah.
Cklekkk
Seorang pria dengan kisaran umur sekitar 60 tahunan tengah terduduk di sofa panjang yang berada di kamar tersebut, dengan sesekali ia menggoyangkan gelas yang berisi minuman di tangannya. Seolah telah menunggu lama, ia menatap ke arah Bu Leni tanpa melepaskan tatapannya sedikitpun.
"Kenapa sayangg...?" tanya Bu Leni dengan wajah tersenyum lebar lalu berjalan menghampiri sang pria.
Tanpa aba aba, Bu Leni duduk di atas paha sang pria dengan posisi cowgirl layaknya seperti tengah menunggang kuda, wajahnya menatap lurus ke depan dengan tangan yang melingkar di leher prianya.
"Apa Bagas menyentuh mu?" tanya sang pria dengan nada menyelidik, tangan kirinya membenarkan rambut Bu Leni yang setengah menutupi wajahnya.
"Apa kamu cemburu??? Kamu tahu sendiri aku tidak pernah mau di sentuh oleh bocah seperti nya..." jawabnya sembari tersenyum lebar, lalu mengecup bibir sang pria.
Tangannya menarik leher sang pria agar memudahkannya untuk mengulum bibir pria nya, bokongnya yang sedari tadi duduk diantara paha sang pria kian merapat seiring kecepatan c*mbuan mereka, hingga tidak ada celah yang tersisa sedikitpun diantara mereka.
Deru nafas mereka semakin saling memburu satu sama lain.
Pranggg
Di lempar kannya dengan asal gelas berisi minuman yang sedari tadi masih di pegang sang pria.
Ahhhhh...... Huhhhhhh....Ahhhhh
Arghhhhhh Ahhhhhhh
Tahan sebentar pah, A-aaaku masihhhhhh
Arghhhhhhh
Kamar tamu, dan sinar rembulan di malam hari menjadi saksi malam panas mereka, dengan paduan nafas dan suara yang mengadu mengayun membentuk irama indah yang bagi siapapun mendengar nya ingin ikut merasakan nya. Rasa tak puas dan rasa kecewa, yang tertutup kebohongan biasa terjadi saat hantaman ombak yang tengah mengejar menghilang tiba tiba dengan kemenangan sebelah, terkesan terlalu dominan bukan saling menyenangkan.