NovelToon NovelToon
A Modern Soul In A Young Widow'S Body

A Modern Soul In A Young Widow'S Body

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Janda / Mengubah Takdir / Romansa / Fantasi Wanita / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Anastasia

Seorang wanita modern, cerdas dan mandiri, mendapati dirinya terbangun di tubuh seorang wanita dari masa lalu,seorang janda muda di Tiongkok kuno. Tanpa tahu bagaimana dan mengapa, ia harus menjalani kehidupan baru di dunia yang asing dan penuh aturan kejam, di mana seorang janda tak hanya kehilangan suami, tapi juga martabat, kebebasan, bahkan hak untuk bermimpi.
Di tengah kesendirian dan perlakuan kejam dari keluarga mendiang suami, ia tak tinggal diam. Dengan akal modern dan keberanian yang tak lazim di zaman itu, ia perlahan menentang tradisi yang mengekangnya. Tapi semakin ia menggali masa lalu wanita yang kini ia hidupi, semakin banyak rahasia gelap dan intrik yang terungkap,termasuk kebenaran tentang kematian suaminya, yang ternyata tidak sesederhana yang semua orang katakan.
Apakah ia bisa mengubah takdir yang telah digariskan untuk tubuh ini? Ataukah sejarah akan terulang kembali dengan cara yang jauh lebih berbahaya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 20.Pencarian Li mei.

Pagi itu, sinar matahari yang lembut menembus sela-sela jendela rumah Li mei, memantulkan cahaya hangat ke seluruh ruang tamu. Udara masih terasa lembap, aroma tanah basah setelah hujan semalam tercium samar, membuat suasana terasa tenang.

Di tengah ruang utama, Zi ning dan Yue tertidur dalam posisi terduduk di atas meja kayu besar, kepala mereka bersandar di lengan masing-masing. Wajah keduanya terlihat lelah, mungkin karena semalaman menunggu kabar dari Li mei yang tidak kunjung pulang.

Selimut tipis yang mereka gunakan hanya melorot hingga pinggang, membuat embusan angin pagi sesekali membuat mereka menggigil ringan.

Ruang tamu itu sendiri sunyi. Hanya terdengar tetesan air dari atap ke tempayan di luar, dan suara angin pelan yang menyibak tirai kain di jendela. Di sudut meja, sisa teh semalam masih ada, uapnya sudah lama hilang, menyisakan aroma samar daun kering.

Sinar matahari yang menembus tirai tipis menyentuh wajah Zi ning, membuatnya mengerjapkan mata perlahan. Ia menarik napas panjang, merasakan hawa segar pagi yang lembap setelah hujan semalam. Ruang tamu terasa hangat oleh cahaya pagi, meski udara luar masih dingin dan berembun.

Zi ning bangkit perlahan, bahunya sedikit pegal karena semalaman tertidur dalam posisi duduk di atas meja kayu. Ia menoleh, melihat Yue yang masih tertidur pulas di sebelahnya, kepalanya bersandar di lengannya sendiri. Rambut Yue sedikit berantakan, nafasnya teratur, seolah dunia luar tak mengusiknya.

Dengan lembut, Zi ning menyentuh bahu Yue dan menggoyangkannya pelan.

“Yue… bangun, kita harus mencari Li mei,” ucapnya lirih, suaranya hampir tenggelam oleh suara angin pagi yang masuk melalui celah jendela.

Yue menggeliat pelan, mengerutkan kening sebelum membuka matanya dengan malas. Ia menatap sekeliling, masih setengah sadar, lalu melihat cahaya matahari yang menyorot ke meja tempat mereka duduk.

"Nona, pagi..!" Sapa Yue sambil menguap.

Zi ning lalu berdiri, "Yue, kita harus mencari Li mei atau melaporkan ke petugas setempat kalau Li mei hilang" Perintah serius Zi ning.

"Baik nona, saya akan bersiap-siap" Jawab Yue.

"Baiklah, aku akan pergi ke kamarku"

Mereka berdua terburu-buru untuk pergi ke kota, untuk melaporkan hilangnya petugas Li mei.

Zi ning yang cemas segera bergegas keluar bersama Yue, langkahnya tergesa di tengah udara malam yang lembap. Wajahnya pucat, matanya gelisah, tak henti-henti menoleh ke arah jalanan gelap yang mengarah ke desa. “Kita harus lapor ke pos jaga. Li mei tidak mungkin menghilang begitu saja,” desahnya, suaranya bergetar.

Begitu tiba di pos jaga, Zi ning langsung menjelaskan bahwa Li mei belum pulang sejak sore. Namun, para petugas hanya saling pandang dan tersenyum tipis. Salah satu dari mereka berkata dengan nada meremehkan, “Tenang saja. Dia cuma wanita biasa, bukan bangsawan atau pedagang kaya. Lagipula, dia petugas forensik. Siapa yang mau mencelakainya? Semua orang menganggap mereka pembawa sial, tak ada yang mau mendekat.”

Ucapan itu membuat dada Zi ning sesak. “Jadi kalian tidak akan mencatat laporannya?” tanyanya dengan suara meninggi.

“Tidak ada bukti kalau dia benar-benar hilang. Paling-paling dia sedang bekerja di luar atau singgah di tempat lain,” jawab mereka santai sambil melanjutkan minum teh.

"Kalian ini digaji oleh negara, seharusnya jika ada warga yang melapor segera dilakukan. Bukan seperti ini, walaupun Li mei pekerja forensik tapi dia masih warga kota ini dan sudah tugas kalian mencarinya! " Ucap Zi ning dengan nada marah.

Yue menarik tangan Zi ning, mencoba menenangkannya, tapi ia juga kesal. “Kita tidak bisa mengandalkan mereka. Kalau Li mei dalam bahaya, setiap detik berharga,” katanya lirih.

Dengan hati yang diliputi rasa takut, Zi ning dan Yue akhirnya memutuskan mencari Li mei sendiri. Mereka berjalan menembus kabut pagi, dengan berjalan kaki,gaun panjang mereka yang kotor kena lumpur menyusuri jalan setapak dan area hutan di luar desa, memanggil nama Li mei dengan suara berulang. Setiap suara dedaunan bergerak membuat Zi ning merinding, tetapi tekadnya lebih kuat dari rasa takutnya.

Sedangkan di tempat lain, di desa Yan shi, seorang pria paruh baya berdiri di depan kuil tua yang terbengkalai. Wajahnya tampak tegang saat ia berdebat dengan menantunya, seorang wanita muda yang wajahnya pucat dan mata merah karena menangis.

“Aku bilang, kau harus berdoa pada Dewa Anak! Kalau kau tidak bisa memberiku cucu tahun ini, keluargamu akan dipermalukan!” bentaknya sambil menunjuk pintu kuil.

Menantunya menunduk, berusaha menahan air mata. “Ayah… kuil ini sudah lama ditinggalkan. Katanya… banyak orang yang hilang di sekitar sini. Tidak seharusnya kita berada disini, tempat nya sungguh menyeramkan ayah”

“Diam! Kau pikir aku takut dengan gosip? Masuk dan berdoalah!”

Dengan terpaksa, wanita itu melangkah mendekati pintu kuil yang berat. Engselnya berderit nyaring saat ia mendorongnya perlahan. Aroma apek bercampur bau besi menyengat menyambut dari dalam. Tapi sebelum sempat ia masuk, keduanya tertegun.

Dari dalam kuil yang gelap, cahaya obor menyinari sesuatu yang bergoyang pelan. Mata mereka terbelalak di tengah ruangan, tergantung dari balok kayu, tubuh seorang wanita tergantung dengan tali melilit lehernya. Rambut panjangnya menutupi sebagian wajah, kakinya menjuntai tanpa daya.

Pria tua itu bergetar. Suara burung gagak tiba-tiba datang, membuat suasana begitu mencekam seolah dunia berhenti. Menantunya menutup mulut, menahan teriakan.

Seketika, angin berhembus lewat celah-celah kuil, membuat pintu berderit lebih keras, dan tubuh tergantung itu perlahan berputar menghadap mereka.

Mereka berdua berlari tergesa-gesa, meninggalkan tempat itu sambil berteriak mayat.

Pagi sudah berganti sore menyelimuti desa Yan shi dengan kabut tipis yang perlahan terangkat. Embun masih menempel di dedaunan, sementara burung-burung berkicau pelan, seolah enggan memecah kesunyian yang berat. Jalan-jalan tanah masih basah sisa hujan semalam, dan aroma tanah bercampur dedaunan basah memenuhi udara.

Di depan rumah Li mei, Zi ning duduk di tangga batu dengan wajah lelah. Dari pagi ia dan Yue mencari tanpa henti, namun tak menemukan jejak Li mei. Mereka berdua kelelahan, dan kaki mereka terasa berat oleh lumpur. Yue berdiri tak jauh darinya, menatap ke arah jalan utama desa yang perlahan ramai oleh para pedagang yang mulai membuka kios.

“Kemana Li mei pergi?,jika nanti malam ia tidak datang kita cari lagi” gumam Zi ning, suaranya serak. Ia merasa hawa yang menyelimuti desa pagi itu bukan sekadar sisa hujan, tapi juga sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri.

Dari kejauhan, suara teriakan tiba-tiba terdengar dari arah kuil tua. Beberapa warga berlarian, wajah mereka pucat panik. “Mayat! Ada mayat tergantung di kuil!” teriak salah satu dari mereka, membuat suasana pagi yang tenang mendadak berubah menjadi hiruk-pikuk.

Zi ning dan Yue saling berpandangan, hati mereka berdegup kencang. Tanpa banyak bicara, mereka segera berlari ke arah kuil, firasat buruk menyelimuti langkah mereka.

"Yue, cepat bawa alat forensik Li mei! " Perintah tegas Zi ning.

"Bai nona" Jawabnya dengan tegas.

Setelah siap mereka segera pergi ke tempat yang di maksud oleh warga yang berlari ketakutan itu, dan tak butuh waktu lama mereka berdua dan warga yang lain sampai di kuil terbengkalai itu.

1
Alan Banghadi
Rasain kamu tuan muda hu bahkan itu belum cukup dengan matinya li mei
Alan Banghadi
Zi Ning yg sabar ya karena Li mei sudah mati😭😭😭
Alan Banghadi
Kasihan li mei malah mati bahkan di perkosa dan di bunuh😭😭😭.
tunggu saja kamu tuan muda hu akan ada yg akan membalasnya Zi Ning😡😡😡
Alan Banghadi
Jangan2 li mei mati di bunuh sama tuan muda keluarga hu aduh jangan sampe
Alan Banghadi
Ternyata yg membunuh pelayan tua itu Tian mudah Hu sendiri astaga 🤦🏻
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning dan Yue akan berjuang dari nol
Alan Banghadi
Akhirnya li hua yg Berti dak
Alan Banghadi
Akhirnya Zi Ning akan berkumpul lagi dengan keluarganya
Alan Banghadi
Bagus semoga ketahuan perlakuan Keluarga terhadap Zi ning
Chen Nadari
ambil thor.ksh dia dimensi /Casual/
Chen Nadari
semoga buruan keluar dr keluarga laknat
Chen Nadari
mampir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!