"Perjodohan memang terlihat begitu kuno, tapi bagiku itu adalah jalan yang akan mengantarkan sebuah hubungan kepada ikatan pernikahan," ~Alya Syafira.
Perbedaaan usia tidak membuat Alya menolak untuk menerima perjodohan antara dirinya dengan salah satu anak kembar dari sepupu umminya.
Raihan adalah laki-laki tampan dan mapan, sehingga tidak memupuk kemungkinan untuk Alya menerima perjodohannya itu. Terlebih lagi, ia telah mencintai laki-laki itu semenjak tahu akan di jodohkan dengan Raihan.
Namun, siapa sangka Rayan adik dari Raihan, diam-diam juga menaruh rasa kepada Alya yang akan menjadi kakak iparnya dalam waktu dekat ini.
Bagaimana jadinya, jika Raihan kembali dari perguruan tingginya di Spanyol, dan datang untuk memenuhi janjinya menikahi Alya? Dan apa yang terjadi kepada Rayan nantinya, jika melihat wanita yang di cintainya itu menikah dengan abangnya sendiri? Yuk ikuti kisah selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lina Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 : Dugaan Yang Tidak Salah
..."Tidak semua hal bisa berjalan dengan harapan. Dan tidak mudah juga untuk menghilangkan kebiasaan, karena semua yang di awali dengan kesalahan, akan sulit untuk di lupakan."...
...~~~...
Setengah jam kemudian, Raina. telah siap di makeover oleh seorang MUA terkenal di Jakarta, sehingga tidak di ragukan lagi hasil kerja tangannya itu.
Kini Raina telah keluar dengan menggunakan baju kebaya buatannya sendiri yang ada di toko butiknya itu. Terlihat jelas baju kebaya itu pas di badan Raina, dengan bawahan yang menggunakan samping, dan juga gaya rambut yang di sanggul, dengan makeup natural tapi berkesan. Berhasil membuat Raina tampil begitu cantik hari ini.
Pakaian seperti itu memang tidak biasa Raina pakai, karena ia tipe wanita yang sedikit Gombong, sehingga ia sedikit kesulitan untuk menjadi wanita anggun dan peminim.
Begitu keluar dari ruang makeover, Raina berjalan pelan, karena kesulitan menggunakan sepatu hak tinggi.
Rayan dan tim yang lainnya menatap kepada Raina yang baru saja keluar, dengan penampilan yang sangat jauh berbeda dari sebelumnya. Terlihat cantik dan anggun, walupun gaya jalannya terlihat sedikit aneh.
"Aduh, susah banget sih pake samping sana sepatu hak tinggi kayak gini, bikin kesulitan buat jalan," gerutu Raihan begitu berjalan menuju teman samping butik, tempat di mana pemotretan itu akan segera di lakukan.
"Wah, itu terlihat sangat cantik memakai batin buatan Ibu Raina sendiri," puji Sindi yang melihat majikannya itu menggunakan pakaian adat Jawa, walupun sanggul yang dulu gunakannya itu bukan rambut aslinya.
Mendapatkan pujian yang seperti itu, mampu membuat Raina menatap kepada pegawainya itu, dengan tatapan yang cukup mengherankan.
"Terimakasih, Sin. Tapi ini sudah banget tahu pakenya, ribet kayak jalan bebek aku tadi ke sini," seru Raina dengan tidak terlalu menyukai penampilannya itu.
Rayan yang sedikit mendengar percakapan dua orang wanita itu, sehingga membuatnya tertarik untuk mendekati keduanya, sembari melihat penampilan wanita yang beberapa saat yang lalu terlihat sangat berbeda dari yang sekarang ini.
"Kata Sindi itu benar, Raina. Kamu terlihat sangat cantik dengan baju kebaya itu," ucap Rayan dengan memuji penampilan wanita itu.
Sontak saja Raina dan Sindi menatap ke arah sumber suara berada. Dan terlihat jelas Rayan yang tengah berjalan mendekatinya.
"Apa benar begitu, Rayan? Ini tidak mungkin loh, ini bukan pakaian yang seringkali aku pakai biasanya. Aku pasti terlihat sangat aneh, kan menggunakan baju ini?" ujar Raina dengan tidak percaya diri akan penampilannya itu.
"Bagus kok, mana ada kamu terlihat jelek? Ini malah terlihat lebih cantik, aku seperti melihat dua orang yang berbeda dari dirimu, Raina. Dan aku yakin, kamu mampu menjadi model untuk promosi batik kamu sendiri," seru Rayan dengan mengutarakan pendapatnya itu.
"Betul Bu kata Mas Rayan ini. Ibu Raina terlihat seperti dua orang yang berbeda, dengan penampilan baru Ibu ini,"timpal Sindi yang begitu menyukai penampilan Raina.
Raina pun terdiam, dia mulai melamun sejenak, dengan ekspresi wajah yang terlihat tertekan. Dan entah apa yang di pikirannya itu, karena Rayan dan Sindi tidak tahu akan masalahnya itu.
"Ah ya udah, kalau begitu kita mulai pemotretannya sekarang ya?.Keburu panas dan makeup kamu luntur nanti," ucap Rayan dengan memecah keheningan.
"Yeh, kamu ini bisa saja Rayan. Enggak mungkin lah luntur, kan make-upnya ini hasil tangan MUA terkenal yang biasa Alya Syafira pake yeh. Mana mungkin kena matahari bentar saja luntur? Kayaknya enggak banget deh," cetus Raina dengan begitu percaya akan hasil makeup dari MUA yang di pesannya itu.
"Haha, becanda kok Raina. Ya udah, arti kita mulai pemotretannya sesuai dengan konsep yang kamu inginkan," sahut Rayan dengan sedikit tawa. Namun, ia kembali fokus dan profesional.
"Ya udah oke. Aku coba nih jadi model dadakan kayak gini," seru Raina dengan senyum simpul, sembari berjalan menuju tempat yang telah di tetapkan.
"Sip, kamu pasti bisa Raina," balas Rayan dengan menyemangati Raina yang beralih profesi sebentar untuk mengganti model yang tidak bisa datang.
Dan di saat semua rangkaian pemotretan di jalankan oleh Rayan dengan Raina yang sedikit kesulitan untuk melakukan pose-pose anggun, tapi setelah berupaya memberikan sedikit pelajaran, Raina dengan cepat bisa menjalankan pemotretan dengan baik.
Sampai Raina membuat vidio klip untuk promosi butiknya itu. Dan caranya berbicara itu cukup berpengaruh pada ramainya pelanggan, tapi seperti yang Raina katanya sulit untuk menjadi seseorang dengan versi diri yang berbeda. Namun, siapa sangka, semuanya berjalan dengan lancar, dan Rayan cukup kagum, sekaligus heran karena Raina cukup bagus untuk menjadi seorang model dadakan seperti sudah terbiasa bukan lagi sedang belajar.
"Kat! Pemotretannya sudah beres ya? Sekarang kita istirahat. Dan kamu Raina, good job. Kamu sangat bagus untuk menjadi model dadakan, ada bakat terpendam darimu yang tidak kami lihat. Ya kan, Ren?" ujar Rayan kepada teman sekaligus pekerjanya di Studio Foto.
"Benar itu, Mbak. Mbak Raina itu seperti seorang model sungguhan. Di jamin toko butik Mbak Raina ini akan semakin ramai, jika cara promosinya seperti ini," ucap Reno yang menyetujui ucapan dari Rayan.
Raina yang mendengar itu tersenyumlah tipis dan terlihat sedikit malu, tapi ia menutupi ya dengan caranya sendiri.
"Ah, kalian ini bisa saja. Aku ini model dadakan loh, bukan model sungguhan. Udah jangan berlebihan, tapi doanya aku aamiinin ya biar terkabul," ucap Raina dengan tersenyumlah simpul.
"Haha, iya Raina. Selamat ya pemotretan ya berjalan dengan lancar," ucap Rayan semberi menghampiri Raina.
"Okey, thank juga ya sudah mau menjadi fotografer butik aku? Walupun ... ya ada sedikit masalah tadi," sahut Raina dengan tersenyum tipis.
"Iya sama-sama. Enggak papa Raina, itu udah biasa. Yang terpenting sekarang pemotretan kamu sudah selesai, tinggal tunggu hasil editnya ya? Mungkin dua sampai tiga hari aku kirim hasilnya ke kamu ya?" ucap Rayan dengan begitu profesional.
"Iya siap, Rayan. Sangsi saja, aku juga tidak terburu-buru kok, hanya saja jadi deg-degan karena aku yang jadi modelnya," seru Raina dengan terlihat akrab bersama Rayan.
"Haha, enggak papa kali. Kamu lihat saja nanti, di jamin promosinya akan sukses," kata Rayan dengan membangkitkan jiwa kepercayaan diri Raina.
"Iya aamiin, semoga saja ya," seru Raina dengan tersenyum tipis.
Dan Rayan pun berjalan menjauh dari Raina, setelah pembicara keduanya telah selesai. Sampai di mana, Rayan pun mendekati sebuah kursi yang kosong dekat sana. Namun, begitu ia duduk dan meraih titel minum. Tiba-tiba saja, kedua matanya menangkap sosok orang yang tadi sempat di carinya, dia terlihat dari kaca jendela yang ada di dalam.
Deg.
"Bang Raihan. Dia benar-benar ada di sini dengan wanita itu," ucap Rayan dengan mengepalkan tangannya kuat, serta sorot mata tajam yang menatap lurus ke jendela kaca bening itu.
.
.
.