Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.
Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?
Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kehilangan Terberat
Setelah jam kuliah selesai, Danis bergegas untuk pulang kerumah.
Belum juga sempat keluar dari ruangan, tiba-tiba Mario dan Hanna menghampiri Danis sambil tergesa-gesa.
“Danis!”, teriak Hanna.
“Kenapa sih kalian berdua? Kayak habis dikejar setan aja!”, ucap Danis tanpa tahu apa yang terjadi pada Hanna dan Mario.
“Nis, kamu harus ikut kami berdua ke rumah sakit sekarang”, kata Mario sambil memegang tangan Danis.
“Mau ngapain sih?
Kayaknya gak bisa Mario, kamu kan tahu dirumah ada Liam yang nunggu aku”, kata Danis menolak dengan sopan.
“Maaf Nis, tapi kamu memang harus ikut kami”, jawab Mario sedikit memaksa.
“Ok..ok.. tapi aku telpon tante Poppy dulu mau kasih tahu kalau aku akan pulang agak telat.”
“Gak usah Nis, kita harus pergi sekarang juga”.
“Tapi motor aku?”.
“Ditinggal aja dulu, toh gak bakal hilang. Disini aman.”
Mereka berangkat dengan mobilnya Mario.
Sepanjang perjalanan Danis sangat penasaran untuk apa Mario dan Hanna memaksanya ikut mereka berdua ke Rumah Sakit.
Tapi semua pertanyaan Danis tak ada satupun yang dijawab mereka berdua. Mario dan Hanna hanya menunjukkan aksi tutup mulut.
Danis pun tidak dapat menebak apa yang terjadi, saat melihat raut wajah mereka.
Sesampainya di rumah sakit, Danis kaget melihat ada mobil kakaknya Viona terparkir.
Mario dan Hanna mengajak Danis menuju ke IGD rumah sakit.
Danis tambah kaget melihat kakak Viona sedang duduk di depan ruang IGD sambil dipeluk pacarnya Viona.
Danis sungguh bingung.
Melihat itu, Danis pun berlari menghampiri kakanya.
“Kak, kamu kenapa? Kenapa ada dirumah sakit? Kenapa kamu menangis?”. Tanya Danis kebingungan.
Viona tidak menjawab. Viona terus saja menangis di pelukan pacarnya.
Tiba-tiba saat Danis menoleh ke dalam ruangan, dia nampak melihat mamanya yang sedang berdiri sambil memeluk sosok yang sedang terbaring di ranjang pasien. Tapi tubuh yang terbaring itu telah ditutupi selimut termal putih.
Dengan langkah perlahan Danis menghampiri mamanya.
Alangkah terkejutnya Danis melihat wajah dari sosok yang terbaring itu adalah papanya.
Tubuh yang telah kaku, wajah putih pucat, dan bibir membiru.
“Papaaaaaaaaa…..”, teriak Danis sangat kencang.
Tubuhnya lemas, kakinya tak kuat lagi menopang badannya. Tangannya gemetar.
Danis jatuh terduduk di lantai.
Tangisnya pun pecah.
Mario dan Hanna tahu kematian papanya Danis, dari Viona. Viona yang menelpon Mario dan Hanna dan meminta bantuan untuk mengantar Danis ke rumah sakit.
Tangis Danis yang kencang sampai mengundang perhatian banyak orang di sekitar IGD.
Mario dan Hanna tidak mampu menenangkan Danis.
Akhirnya, kedua temannya itu membantu Danis berdiri dan memapahnya mendekat ke jenazah papanya.
Danis masih bingung.
Dia sungguh terkejut dengan apa yang dia lihat sekarang.
Danis tidak siap.
Danis hanya bisa menangis dan meraung-raung.
Tiba-tiba Danis hilang kesadaran.
Danis pingsan...
Penyebab kematian sang papa diduga karena serangan jantung.
Kemungkinan besar karena faktor kelelahan yang berlebihan, sehingga memicu serangan jantung.
Memang saat ini usaha percetakan milik papa Jeremy sedang banyak sekali orderan, mengingat sebentar lagi akan ada pemilihan umum. Papa Jeremy memiliki dua usaha percetakan yang ada di dua tempat berbeda.
Karena orderan yang begitu banyak, ada pesanan kartu nama, undangan, baliho, banner dan harus dicetak cepat, papa Jeremy akhirnya turun tangan membantu karyawannya.
Papa Jeremy sampai harus lembur berhari-hari. Sampai membuatnya seringkali terlambat makan dan minum.
Belum lagi kalau papa Jeremy pulang kerumah, ia langsung di ajak main sama Liam.
Kemungkinan besar aktivitas itulah yang membuat papa Jeremy mengalami kelelahan ekstrim dan memicu serangan jantung dan mengakibatkan papa Jeremy meninggal dunia.
Mama Lusi, Viona dan Danis, belum bisa menerima kepergian dari papa Jeremy.
Mereka benar-benar sangat merasa kehilangan.
Kebahagiaan mereka seperti direnggut secara tiba-tiba.
Tidak ada lagi canda tawa.
Setiap harinya mereka hanya menangis di kamar masing-masing.
Terlebih mama Lusi sangat merasa kehilangan.
Pria yang begitu dicintainya, begitu menyayanginya, pria romantis, yang benar-benar mempedulikan dan mengutamakan keluarga kini telah pergi untuk selama-lamanya.
Viona dan Danis merasa bahwa dunia mereka kini terasa hampa terasa kosong.
Sosok yang begitu mereka andalkan, mereka cintai, kini tidak bisa lagi berada disisi mereka.
Hal ini membuat mereka sangat terpukul.
Rasanya seperti Tuhan telah memberi mereka ujian yang sangat berat.
Apakah mereka sanggup untuk menghadapinya? Apakah mereka mampu melalui badai kali ini?
Apakah mereka kuat menjalani hari-hari kedepan tanpa adanya sosok pria kuat, penyayang, da humoris disisi mereka?