'𝐌𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐓𝐚𝐧𝐩𝐚 𝐂𝐢𝐧𝐭𝐚, 𝐇𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐊𝐚𝐫𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐧𝐚𝐤 𝐊𝐚𝐤𝐚𝐤𝐧𝐲𝐚.'
Aruna Mayswara tak pernah membayangkan harus mengikat janji suci dengan Jakson Mahendra—mantan kakak iparnya yang dingin, galak, dan pernah ia juluki sebagai '𝘗𝘪𝘭𝘰𝘵 𝘕𝘦𝘳𝘢𝘬𝘢'. Pria itu bukan hanya jauh dari sosok ideal, tapi juga membawa luka yang belum sembuh sejak kepergian Kinanti, kakak Aruna.
Demi keponakan kecil yang ia sayangi seperti darah daging sendiri, Aruna rela mengorbankan masa mudanya, mimpinya, bahkan hatinya. Namun, rumah tangga tanpa cinta, tanpa sentuhan, hanya diikat oleh perjanjian dan pengorbanan—sanggupkah mereka bertahan?
Apakah kebencian bisa berubah menjadi cinta, atau justru pernikahan ini hanya akan menjadi neraka baru bagi keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6. PENOLAK JAKSON
"Ceraikan dia."
Mata Jakson melotot, bagaimana bisa ayahnya berkata demikian mudahnya. Miranda mengangguk, mereka berdua seakan tidak peduli dengan usia pernikahan Jakson yang baru hitungan jari.
"Itu nggak mungkin, Pa," tukas Jakson, mengerang frustrasi.
Riko dan Miranda saling adu tatapan mata, sebelum serentak membawa atensi mereka ke arah wajah gagah sang putra.
"Aruna, dia bukan wanita yang pas untuk menjadi istrimu. Ibu dari anakmu, meskipun dia merupakan Tante kandung Mentari. Nggak bagus turun ranjang," sahut Riko tegas.
"Benar, gimana bisa kamu nikahi adiknya setelah menikahi kakaknya. Kamu emang bisa menyentuh perempuan yang udah kamu anggap adikmu sendiri," sela Miranda.
Mereka tidak memberikan restu pada pernikahan pertama maupun pernikahan kedua, yang membuat Miranda maupun Riko terpaksa menerima Kinanti adalah janin yang ada di kandungan perempuan itu. Setelahnya satu tahun pernikahan tidak pernah direstui, kehamilan Kinanti dan kelahiran Mentari awal mula mereka menerima Kinanti menjadi bagian dari keluarga Mahendra. Apalagi saat itu Kinanti telah menjadi dokter di rumah sakit besar, setidaknya masih bisa diakui sebagai istrinya Jakson—putra mereka.
"Kami menikah demi Mentari, Ma! Pa! Aku nggak mau putriku dirawat oleh wanita yang nggak akan pernah tulus pada putriku," beber Jakson, tentang keputusan yang ia ambil.
Miranda mendengus, "Kenapa mikirnya ke sana, ada banyak perempuan yang akan jadi Ibu sambung yang baik buat Mentari. Kamu nggak percaya kalo Mentari Mama dan mbakmu yang urus. Malah terburu-buru nikahi Adik iparmu, gadis ingusan yang udah kek preman pasar."
"Kemarin Mentari, aku titipin ke Mama dan Mbak. Tapi, apa yang terjadi? Kalian nggak bisa ngerawat putriku. Malah memukulnya, putriku aku percayain ke Mama sama Mbak bukan untuk dipukuli." Jakson kembali mengingatkan ibunya apa yang terjadi saat itu.
Riko sontak saja melotot ke arah sang istri, Miranda membuang muka. Cucunya itu keras kepala, apalagi suka menangis. Tidak mau berbaur dengan sepupunya yang lain, Miranda dan putrinya kewalahan menghadapi tingkah Mentari. Pada akhirnya mereka main tangan, karena lelah. Ini tidak bisa menjadi alasan, yang ada Jakson akan makin marah.
"Putrimu nakal," keluh Miranda terdengar pelan sekali.
"Putriku tidak nakal, Ma. Mama sama Mbak aja yang nggak bisa bujuk Mentari. Buktinya sama Ibu mertuaku, dan Aruna, dia malah nurut-nurut aja." Jakson tahu betul bagaimana tabiat putrinya, anaknya tidak nakal.
Miranda mencibir, tidak menjawab sama sekali. Pria paruh baya itu menghela napas kasar, si bungsu memang keras kepala.
"Sudahlah, yang sekarang harus kita bicarakan ini tentang pernikahanmu."
"Papa tenang aja, Aruna akan jadi istri yang baik serta Ibu yang baik untuk anakku," kata Jakson yakin.
"Dan kamu nggak akan pernah menyentuhnya, begitu bukan yang kamu maksud. Menikahi dia hanya karena terdesak," cibir Riko, "dengan kayak gini, kamu nggak akan punya keturunan lain selain Mentari."
Jari jemari panjang yang bertautan itu bergerak kecil, Jakson tidak bisa membantah. Apa yang ada di otaknya memang benar demikian, siapa pun yang akan dinikahi. Tidak akan ada cinta, apalagi perasan cinta sebesar ia mencintai Kinanti. Almarhumah istrinya merupakan cinta pertama, serta cinta terakhir Jakson. Anggap saja Jakson kejam, hanya menjadikan Aruna sebagai istri panjangan. Untuk menggantikan figur ibu, sosok yang tulus tanpa syarat mencintai putrinya.
"Jakson," panggil Riko, "kami tidak pernah menuntut banyak padamu. Walaupun pekerjaanmu saat ini sebagai pilot adalah pilihanmu, kamu bersikeras untuk tidak bekerja di perusahaan. Kami bahkan tidak mampu melawanmu atas pilihanmu menikahi Kinanti, tidak bisakah untuk kali ini kami benar-benar menentang. Kami hanya ingin pasangan hidupmu merupakan wanita yang setara denganmu. Wanita yang akan melahirkan anak-anakmu, cucu-cucu kami."
Keinginan pria paruh baya itu adalah sang putra akan menggantikan dirinya di perusahaan, meninggalkan kursi pilot. Profesi si bungsu seakan membuat tidur mereka tidak tenang, dering ponsel seakan menjadi nada menakutkan. Si bungsu sangat dicintai oleh keluarga Mahendra, impiannya selalu didukung. Tapi, pada akhirnya tidak ada keputusan Jakson yang bisa mereka tentang dengan sepuh hati.
"Mau bagaimana pun, Mama dan Papa ngomong. Aruna, dia akan tetap menjadi istriku. Sampai mati pun, dia harus tetap menjadi Ibu Mentari. Maaf, karena aku selalu mengecewakan Papa dan Mama," jawab Jakson, ia mendesah berat.
...***...
Aruna mengerang kesal, bagaimana tidak seharian ini merupakan hari paling terburuk yang pernah ia alami. Setelah dibuat bad mood oleh Viera, berakhir nyaris memekik kesal karena dosen pembimbing yang sudah diputuskan. Aruna harus menelan kenyataan jika ia harus dibimbing oleh dosen super killer, tidak akan di ACC dengan mudah tugas skripsinya jika tidak sempurna. Bahkan menurut gosip kakak seniornya yang telah sudah, salah penempatan tanda petik saja. Akan langsung dicoret dari atas sampai bawah, digores tanpa belas kasih.
Aruna terkesiap, pipinya terasa begitu dingin. Kekehan renyah dari keponakan cantiknya, membuat perasan Aruna jauh lebih baik. Aruna mengulas senyum, Mentari meletakkan botol minuman yakult ke atas pangkuan Aruna.
"Buat, Tante nih?" Aruna mengangkat botol yakult.
Kepala Mentari mengangguk, membuat rambut pendek sebahu itu berayun-ayun.
"Buat, Tante cantik." Menteri duduk di pangkuanku Aruna, menyandarkan kepala belakangnya di dada Aruna.
Aroma Aruna seperti aroma ibunya, Mentari menengadah menatap wajah cantik Aruna.
"Tante, kapan Mama balik? Mentari kangen Mama."
Senyum Aruna patah, ada banyak kebohongan yang dilontarkan oleh orang-orang di sekeliling Mentari. Mulai dari kenapa ibunya diselimuti oleh kain putih, kenapa tubuh ibunya dikuburkan, sampai ibunya yang berada di luar kota. Anak perempuan imut satu ini jelas belum tahu, apa itu kematian.
"Hm..., kapan, ya. Tante nggak tau kapan mamanya Mentari balik ke rumah. Nanti kita tanya papa-nya Mentari aja ya," sahut Aruna berdusta, "ah, iya. Nanti Mentari ulang tahun untuk yang kelima tahun, mau Tante beliin apa?"
Jari telunjuk tangan kecilnya sontak saja mengetuk-ngetuk permukaan dagu, bibirnya monyong ke depan. Aruna gelas sekali melihat tingkah Mentari, ia mengalihkan pembicaraan dari pertanyaan yang tidak bisa ia jawab.
"Ah," gumam Mentari, dengan mata berbinar-binar saat ia tahu apa yang dinginkan, "Mentari maunya ulang tahun di pizahut, sama Mama, Papa, Tante, teman-teman, dan Eyang. Ah, Nenek sama Kakek. Tapi, Mama nggak tau pulang kapan."
Ekspresi wajahnya sontak saja terlihat sedih, Aruna meneguk kasar air liur di kerongkongannya. Beberapa kali Mentari meminta agar Aruna melakukan video call dengan almarhumah kakaknya. Sebagaimana Kinanti yang selalu menghubungi Aruna, di saat Mentari rindu pada Aruna.
Suara deru mesin mobil memasuki pekarangan rumah besar itu mengalihkan fokus Mentari, anak perempuan itu langsung turun dari pangkuan Aruna. Untuk membukakan pintu untuk sang ayah, meskipun pintu akan langsung dibuka oleh pembantu rumah.
"Mbak! Aku dan Mentari rindu banget sama Mbak Kinanti. Apa yang harus aku lakuin agar Mentari bisa bahagia," monolog Aruna lirih.
^^^Bersambung....^^^
Good job untuk author. Semoga karya ke depannya lebih baik dan lebih menarik lagi yaa.
semangaat 🥰
terimakasih untuk cerita apik nya Thor,, sehat sll, dimudahkan sll, sukses sll di dunia maya dan nyata nya 🤗❤️❤️