Seorang pemuda lulusan kedokteran Harvard university berjuang untuk menjadi seorang tentara medis. Tujuan dari ia menjadi tentara adalah untuk menebus kesalahannya pada kekasihnya karena lalai dalam menyelamatkannya. Ia adalah Haris Khrisna Ayman. Pemuda yang sangat tampan, terampil dan cerdik. Dan setelah menempuh pendidikan militer hampir 2-3 tahun, akhirnya ia berhasil menjawab sebagai komandan pasukan terdepan di Kopaska. Suatu hari, ia bertugas di salah satu daerah terpencil. Ia melihat sosok yang sangat mirip dengan pujaan hatinya. Dan dari sanalah Haris bertekad untuk bersamanya kembali.
Baca selengkapnya di sini No plagiat‼️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Fantasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dapat Misi Baru
Setelah asik bermain game, mereka semua tertidur dengan beralaskan karpet lantai dikarenakan mereka mengantuk saat selesai bermain game. Haris yang terbangun terlebih dulu, ia pun membereskan alat-alat game yang mereka mainkan semalam. Setelah itu ia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekalian sholat subuh. Ia pun memakai Koko putih dan sarung berwarna hitam serta peci putihnya karena hendak melaksanakan sholat. Tapi sebelum itu, ia membangunkan kedua adiknya tersebut untuk sholat subuh bersama.
"Heh, bangun!!"
"Ayo bangun! subuh hey!"
Terusik, mata mereka mulai bergetar. Nara dan Hamzar mulai menguap dan merenggangkan tubuhnya. Seketika mereka pun terbangun dari tidurnya. "Hoaamm.. sekarang jam berapa bang?" tanya Hamzar.
"Udah jam 5 ... ayo bangun, sholat subuh sana."
Mereka pun berdiri sembari merenggangkan tubuhnya agar tidak kaku, setelah itu mereka kembali ke kamar masing-masing. "Ingat! Sholat shubuh jangan tidur lagi!" timpal Haris mengingatkan keduanya saat keluar dari kamarnya. Setelah itu, ia pun siap-siap untuk sholat subuh di dalam kamarnya.
***
Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 WIB. Semua tengah disibukkan dengan kegiatan masing-masing. Hamzar yang siap-siap akan pergi ke sekolah, Nara pergi kuliah, sementara ayah dan Haris akan pergi bekerja. Setelah selesai bersiap, mereka semua serentak keluar bersamaan dan menuju dapur untuk sarapan bersama. Tapi ada yang berbeda, Ayman dan Santi menatap anaknya tidak enak.
"Eummm ... Bang, masalah semalam jangan diambil hati ya ... tidak usah dengar apa kata kakekmu."
"Iya, Yah ... aku ngerti kok. jangan bahas masalah kemarin, ini masih pagi." ujar Haris dengan nada datarnya.
"Ya sudah ... Bunda sudah buatkan sarapan untuk kalian. habiskan ya." Mereka bertiga pun menyantap sarapan dengan lahap dan tanpa berbicara hanya terdengar suara sendok dan garpu yang sedang beradu. Lalu, bunda pun ikut bergabung sarapan bersama.
***
"Aku pergi dulu ya, Bun, Yah ..."
"Aku juga, Bun ... Yah."
"Ya sudah, hati-hati ... kamu Nara, bawa motornya pelan-pelan ya ... jangan ngebut-ngebut."
"Hehe iya, Bun." jawab pemuda itu.
Mereka berdua pergi ke luar pintu untuk ke tempat mereka masing-masing. Hamzar ke sekolah dengan menggunakan mobil dan diantar, sedangkan Nara pergi ke kampus dengan mengenakan motor peninggalan keluarganya.
"Aku juga pamit ya Bun.. yah.. mau ke kantor dulu.. ada perkumpulan di sana.. sambil mau laporan juga"
"Ya sudah.. hati-hati ya bang"
Haris pun pergi dengan menggunakan setelan APD tentara nya. Ia memakai motor yang sudah terpasang plat yang memang dimiliki oleh para anggota TNI saja. Lengkap dengan safety, Haris pun pergi meninggalkan rumahnya. Setelah menempuh waktu 15 menit, Haris pun sampai ke tempat kerjanya. Dan langsung bergabung dengan teman-temannya di sana.
"Oi, Ris!!" Panggil seseorang.
Mata Haris sedikit terbelalak "Fahri!"
Mereka melakukan adu tos khas mereka "kapan lu sampai di sini?" tanya Haris pada Fahri.
"Baru sampai gue, belum sempat istirahat dipanggil ke sini ... katanya sih ada penugasan khusus lagi."
Semua para tentara terpilih kemudian dikumpulkan dalam satu ruangan. Di sana juga ada panglima TNI serta jendral yang berkumpul di sini. Suasana nampak sepi ketika pertemuan sudah dimulai. Untuk pertama, bagi yang sudah menyelesaikan misi dengan baik akan diberikan berupa tropi bintang jasa sebagai hadiah untuk keberhasilan misi. Hampir semua mendapatkan tropi tersebut termasuk Haris.
Setelah itu, dimulailah sesi di mana semua mendapatkan tugas kembali. Haris dan Fahri kemudian di masukkan ke dalam tim yang sama sebagai pasukan pengantar medis ke pelosok-pelosok. Tugas Haris dan kelompoknya itu memberikan pelayanan medis secara gratis dan sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat pelosok agar tidak tertular penyakit yang berbahaya. Haris juga berencana akan membangun rumah sakit di daerah sana.
Tempat misi Haris dan kawan-kawan berada di sebuah desa terpencil yang ada di jawa barat bernama desa cipuntu (hanya karangan). Desa tersebut masih sangat asri dan terjaga akan kualitas alamnya. Tapi, mereka masih kekurangan tenaga medis dan masih percaya akan perdukunan. Maka dari itu pemerintah mengirimkan untuk membantu desa itu agar mendapatkan fasilitas yang layak. Agar bisa mengobati penyakit tanpa menempuh jarak berkilo-kilo meter jauhnya.
"Untuk tim medis ... kalian akan bertugas di sana kurang lebih 6 bulan. Pastikan semua berjalan dengan lancar ya.. saya percayakan semuanya pada kalian."
Akhirnya setelah pengumuman misi, mereka pun bubar untuk mempersiapkan diri menghadapi tugas baru ditempat yang baru. Begitupun dengan Haris dan Fahri. Mereka merasa senang dikarenakan bisa disatukan dengan kelompok yang sama kembali.
"Akhirnya kita bisa satu tim lagi, hahaha ..."
"Gue juga gak nyangka sih ..." ujar Haris sembari terkekeh pelan.
"Kira-kira di sana banyak cewek cantik gak ya? Kalo ada mau gue gaet." canda Fahri asal.
Lagi dan lagi Fahri berkata demikian. pria sebelahnya mendecak kesal, "itu mulu yang lu pikirin, heran deh gue ... udahlah, ayo siap-siap buat rancang misi."
"Iya deh."
***
Setelah selesai, jam sudah menunjukkan pukul 5 sore akhirnya Haris memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Badannya yang sedikit lelah karena membantu mengangkut barang untuk keperluan misi.
"Assalamu'alaikum," sapa dia saat memasuki rumahnya.
"Waalaikumussalam ..."
Haris melihat ayah, bunda serta adiknya sedang menonton televisi bersama. Haris pun ikut duduk diantara mereka bertiga "Baru pulang kamu?" tanya Ayman.
"Iya, Yah ... Eumm, Yah, Bun ... Haris ingin bilang sesuatu.
Mereka bertiga seketika berubah menjadi serius, "ada apa, Bang?" tanya Bunda.
"Lusa pagi, Abang harus pergi keluar kota buat jalani misi. misi Abang itu memberikan edukasi kesehatan serta pelayanan medis pada orang-orang yang ada di desa kecil."
Mendengar penjelasan Haris yang harus melaksanakan misi lagi, Mereka seketika terdiam sejenak. baru saja pulang misi harus menjalankan misi kembali. terlihat raut wajah Bunda mulai berubah sendu, "Harus banget berangkat lusa? Kamu baru pulang loh, Bang ... masa udah mau pergi lagi?" ujar bunda sedikit sedih.
"Mau gimana lagi, Bun ... ini tugas Haris sebagai tentara sekaligus dokter."
"Ya sudah, Bang. yang penting kamu jaga kesehatan selama di sana ya ... walaupun kamu dokter, tapi kamu juga manusia biasa." ucap ayah menasehati Haris.
"Iya, Yah ... ya sudah Bun, Yah ... aku ke atas dulu."
"Iya, Sayang."
Haris pun pergi meninggalkan ruang keluarga dan mulai menaiki anak tangga untuk menuju ke kamarnya. Sementara itu, bunda masih merasakan kesedihan akan kepergian anaknya untuk sekian kalinya.
"Sudahlah, Bun. ikhlaskan dia ... anak kita sudah memilih jalannya sendiri, Biarkan dia pergi."
Santi menghela nafas beratnya, "padahal Haris baru beberapa hari libur, seminggu juga belum, Yah ..."
"Namanya juga tentara, Bun. harus siap siaga buat tugas kapan saja." ujar Ayman menenangkan istrinya. Dan setelah itu, Santi pun mengangguk pelan tanda setuju akan perkataan suaminya itu.
Sementara di dalam kamar, Haris yang sudah berganti pakaian sedang sibuk merapikan barang-barang yang akan dibawanya besok. Koper yang akan dibawanya sebanyak 2 buah. Satu untuk stok pakaian, satu lagi untuk keperluan medisnya. Dan di tas besar tentaranya di isi dengan persenjataan. Lalu matanya kembali berfokus pada album kecil yang tersimpan di mejanya.
"Ini jangan sampai ketinggalan," ia memasukkan foto tersebut ke dalam koper yang berisi pakaiannya. Setelah semuanya beres, Haris meletakkan barang-barangnya di tepi laci yang ada di samping pintu kamarnya. Tak lama kemudian, ponselnya berdering keras.
"Siapa ini?" Lalu Haris mengangkat telpon tersebut.
"Halo?"
"Halo, Ris. ini gue Agung ... maaf ngabarin lu malam-malam begini."
"Oh, Agung ... ada apa lu telpon gue?"
"Lu cepat datang ke rumah sakit tentara, Banyak pasien di sini ... gue mohon lu harus ke sini sekarang! kita butuh lu di sini!" ujar agung yang panik.
"Oke-oke ... gue ke sana sekarang."
"Makasih, Ris ... cepat ya,"
Setelah telpon berikut tersambung, ia kembali disibukkan dengan mencari jas dokter serta peralatan medisnya. Kemudian, Haris berlari menuju ke luar rumah dan membuat kedua orang tuanya terkejut.
"Heh, kamu mau ke mana?!"
"Ke rumah sakit, Bun ... ada banyak pasien, aku harus ke sana. dah ya, Bun. Assalamu'alaikum...."
"Waalaikumussalam, hati-hati, Bang!"
Setelah Haris menghilang, Bunda hanya bisa mengelus dada dan menghela nafas panjang "anak itu," lirih Bunda.
***
Haris telah sampai di rumah sakit setelah menempuh perjalanan kurang lebih 20 menitan. Haris berlari keruangan dokter untuk menemui temannya agung yang satu profesi dengannya sebagai dokter.
"Agung!"
"Syukurlah, lu udah datang ... Lu urus ruang B ya, gue urus ruang D soalnya."
"Oke, gue ke sana."
Dengan sigap, Haris pergi ke ruangan B yang telah di beritahu oleh agung barusan. Banyak Isak tangis dari mereka yang merupakan korban kecelakaan. Segera Haris mengobati luka pasien satu per satu dengan dibantu asisten dokternya dan beberapa perawat. Suasana semakin menegang, tatkala Haris harus melakukan operasi pada salah satu pasien dikarenakan ia memiliki luka yang sangat berat. Atas izin dari kepala rumah sakit dan keluarga, alhasil Haris memegang kendali untuk melakukan operasi tersebut. Haris pun berganti pakaian dan mensterilkan dengan pakaian serba hijau.
"Semua siap?"
"Siap, Pak."
"Bismillah..."
Lampu operasi mulai menyala. Di sana juga terdapat dokter yang memang sudah berpengalaman tapi yang pegang kendali tetaplah Haris selaku spesialis termuda di rumah sakit tersebut. Mereka sedang berusaha mengobati orang yang hampir koma.
"Ya Allah kumohon jangan mati ... jangan mati!!" batin Haris sedikit ketakutan. Dan tak lama kemudian, luka dalamnya itu berhasil di obati sehingga nyawa pasien masih bisa tertolong dan operasi pun selesai. Haris sekuat tenaga menahan kakinya untuk berdiri tegak. Operasi ini membuatnya sedikit lemas.
"Alhamdulillah ... pasien berhasil diselamatkan." semua tim bersorak gembira karena telah sukses menjalankan operasi. Dan keluarga pasien sangat berterima kasih kepada tim medis atas kerja keras mereka.
***
DI sebuah rumah megah, Terdapat seorang pria paruh baya tengah berjalan masuk dengan santainya. terlihat di tangannya terdapat sesuatu yag sedari tadi ia pegang. lalu, ia pun memanggil kepala rumah tersebut dengan sedikit kencang. "Ayman!" ujar seseorang dengan keras saat memasuki rumah mewah tersebut. Ayman dan Santi yang sedang mengobrol dikejutkan dengan kehadiran seorang pria yang datang tiba-tiba.
"Papa? Ada apa Papa datang malam-malam begini?"
Hendra yang baru datang kemudian duduk di sofa dekat dengan putranya. Sementara Santi pergi ke dapur untuk menyiapkan air minum untuk papa mertua. "Papa datang ke sini hanya ingin kasih tahu beberapa calon istri untuk cucuku Haris. papa udah pilihkan, tinggal kamu beri pendapat sebelum Haris memilih."
Ayman menutup kedua matanya sejenak. Lalu menatap Papanya itu dengan tajam, "Papa masih gak ngerti ya omonganku semalam? Haris tidak ingin menikah dengan siapapun, Pa!" tegas Ayman yang membela putranya.
"Terus?! Kamu mau diam saja gitu?! Kamu emang mau anakmu jadi bujang lapuk hah?! Ini udah keputusan Papa ... kalau kamu gak mau pilih terserah, biar Papa yang langsung rekomendasi ke Haris. sekarang di mana dia?"
Ayman hanya menghela nafas berat karena tingkah laku ayahnya ini. Hendra yang memang keras kepala memang sulit untuk dihentikan. "Haris lagi ada-...." Sebelum melanjutkan ucapannya, Hendra meninggalkan putranya itu dan menuju ke kamar cucunya.
"Haris!! Keluarlah! Kakek ingin bicara sama kamu!" panggilnya sembari menuju ke kamar Haris.
Ayman yang khawatir, langsung menghampiri ayahnya itu "Papa?! Apa yang bakal Papa lakukan?" Karena Haris tidak menjawab, Hendra pun membuka pintu kamar cucunya itu. Ternyata kosong. Tapi, Hendra dibuat terkejut saat melihat foto seorang gadis dmyang dipajang di dinding serta beberapa hiasan bunga di samping foto tersebut.
"Siapa gadis ini?" Batin Hendra penasaran.
Lalu ia kembali memeriksa meja dan seluruh kamar Haris.
"Ada lagi?" Batinnya.
Ayman yang tergesa, langsung menghampiri ayahnya yang sedang melihat isi kamar anaknya.
"Papa ... apa yang Papa lakukan di sini? Haris belum pulang dari rumah sakit. ayo, Pa ... kita tunggu saja di luar," Bukannya menurut, justru Hendra malah menatap tajam ke arah anaknya itu "siapa gadis ini Ayman? Kenapa anak kamu menyimpan foto gadis itu banyak sekali di dalam kamarnya?!"
"I-iitu ... itu ...."
"Jawab!!"
Ayman kemudian menghela nafasnya "itu foto kekasih anakku" ujar Ayman. Hendra terkejut saat mendengar ucapan dari anaknya itu.
"Di mana gadis itu sekarang?" tanya Hendra kembali.
Ayman terdiam sejenak "gadis itu sudah meninggal 10 tahun yang lalu, Pa ... dari saat itu Haris trauma, bahkan ia sampai tidak mau menikah karena kehilangan dia." ujar Ayman jujur.
Hendra tersenyum miring "Oh, jadi ini yang buat cucuku tidak mau menikah?" Hendra mengelus foto tersebut dan memperlihatkan wajah gadis itu dengan lekat. Tapi, setelah itu Hendra melakukan yang buat Ayman terkejut.
Pranggggg....
Hendra memecahkan foto album Nahda yang terpajang di dinding kamar Haris "jadi karena gadis ini, dia berani melawanku?!"
Praangg..
Lalu Hendra memecahkan foto album yang kecil.
"Apa yang papa lakukan?!" seru Ayman terkejut.
"Diam kamu! kamu juga sebagai orang tua gak becus! Kenapa kamu biarkan anakmu seperti ini hah?! Dan gadis ini ... dia harus melupakan gadis ini!" teriak Papanya. Lalu Hendra menemukan lagi album foto Nahda yang tersimpan di meja belajarnya. Lalu ia kembali membanting foto tersebut.
"Ingat ya, Ayman ... Papa sudah membawa foto gadis-gadis yang akan dijodohkan dengan Haris. Papa akan beri kamu waktu seminggu untuk memutuskan siapa gadis yang akan dinilai olehnya ... Papa pergi dulu,"
"Ingat itu!!" bentak Hendra pada Ayman.
Ayman hanya terdiam. Ia tak bisa membayangkan jika Haris marah jika melihat foto kekasihnya itu dipecahkan oleh ayahnya. Lalu setelah itu, Ayman turun dari kamar anaknya menemui istrinya dengan tatapan lesu.
"Yah ... Ayah kenapa? Tadi Papa kenapa marah-marah di atas?" tanya Santi yang sedikit panik.
"Bun ... Papa sudah menghancurkan album foto Nahda di kamarnya Haris," lirih Ayman sebab ia pun masih syok.
"Apa?!"
"Ayah tidak tahu gimana jadinya kalau Haris tahu, Bun ... Haris pasti bakal marah besar sama Ayah apalagi dia bakal benci Papa."
"Lagian kenapa Ayah kasih Papa masuk ke kamar Haris sih?! Kan begini jadinya!"
"Ayah juga gak tahu, Bun ... tiba-tiba Papa naik, dan pas Ayah samperin malah Papa memecahkan semua itu."
"Kalian mecahin apa?" tanya seseorang dari belakang.
"Mecahin fo-..." terlihat wajah keduanya terlihat syok saat ada Haris yang baru pulang dari rumah sakit.
"Haris?!!"