NovelToon NovelToon
Balas Dendam Si Pecundang

Balas Dendam Si Pecundang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Persaingan Mafia / Balas dendam dan Kelahiran Kembali
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: nurliana

kehilangan bukan lah kesalahan ku, tetapi alasan kehilangan aku membutuhkan itu, apa alasan mu membunuh ayah ku? kenapa begitu banyak konspirasi dan rahasia di dalam dirimu?, hidup ku hampa karena semua masalah yang datang pada ku, sampai aku memutuskan untuk balas dendam atas kematian ayah ku, tetapi semua rahasia mu terbongkar, tujuan ku hanya satu, yaitu balas dendam, bukan jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

apakah aku akan bernasib sama

"Kau bertemu dengan dia?" ucap Ahmad saat melihat Kenzo masuk ke dalam rumah.

Kenzo duduk tepat di sebelah ayahnya, dengan tatapan kosong.

"Jika Zelena lahir dari ibu yang berbeda, kenapa Ayah sembunyikan kematian ibu dariku?"

Ada banyak rahasia yang Ahmad pendam sendirian. Entah apa alasannya, tetapi sekarang hidupnya dipenuhi kerumitan, karena satu per satu rahasianya mulai terbongkar tanpa ia sadari.

"Kematian ibumu? Ibumu adalah wanita yang kuat dan hebat. Malam itu, dia sedang berada di rumah sakit, bertarung melawan kerasnya penyakit yang dideritanya," ucap Ahmad.

Ahmad mulai mengingat kejadian saat istri pertamanya terbaring lemah di rumah sakit, berjuang sendirian.

"Lalu di mana Ayah? Dan kenapa Ayah tidak memberitahuku bahwa Ibu sedang sakit?" tanya Kenzo, masih dalam posisi yang sama, namun kini air mata menetes di pipinya. Tatapannya kosong, hatinya remuk. Ia baru sadar bahwa ayah yang selama ini ia hormati hanyalah memakai topeng. Ia tidak pernah benar-benar tahu siapa ayahnya.

"Anak usia enam tahun, apa yang bisa kau lakukan kalau Ayah bilang ibumu sedang sekarat? Aku saja yang sudah tahu dia dalam keadaan kritis pun tidak ada di sana. Aku malah pergi... bertemu dengan Wulan, karena malam itu dia melahirkan putri cantikku—Zelena."

Ahmad mengakui bahwa ia meninggalkan istri pertamanya yang sedang kritis, karena ingin menyambut kebahagiaan baru dari Wulan. Namun siapa sangka, malam itu, baik istri pertamanya maupun Wulan sama-sama meninggal.

"Ayah sangat sayang pada Zelena. Tapi kenapa Ayah membuat dia jadi umpan?! Itu berbahaya bagi nyawanya, Ayah!" bentak Kenzo, menatap Ahmad dengan penuh dendam dan emosi. Ia tidak ingin Ayahnya mengambil Zelena seperti dulu mengambil ibunya.

"Balas dendam, Kenzo. Jika Liora tidak bisa merasakan apa yang Zelena rasakan, setidaknya mereka berdua bisa sama-sama menjadi umpan… dan merasakan sakit yang sama."

Jawaban dari Ahmad sungguh tak masuk akal. Ia menjadikan Liora dan Zelena umpan. Ia tahu anak perempuan yang dulu ia buang masih hidup dan bahagia, namun ia sengaja menampakkan diri agar Liora ikut terseret.

"Ayah?! Balas dendam macam apa yang mengorbankan nyawa anaknya sendiri?! Mereka berdua anak Ayah! Anggap saja Liora baru datang, tapi Zelena?!"

Kenzo berusaha membuat Ahmad sadar akan kesalahannya.

"Kebenaran sudah terungkap, Kenzo. Liora dan Zelena… salah satu dari mereka harus musnah, agar rencana awal bisa berjalan sempurna. Ayah juga tidak ingin Zelena celaka."

"Ayah, lupakan semua rencana kita! Zelena dan Liora, keduanya harus selamat! Mereka adalah adik-adikku!" Leon berteriak dari arah tangga.

Suara Leon membuat Amira, yang kebetulan berada di rumah mereka, keluar dari kamar Zelena dan melihat pertengkaran Ahmad dan Kenzo di ruang tamu.

"Mereka memang adikmu. Tapi mereka juga anak Ayah. Dan Ayah lebih berhak atas mereka," ucap Ahmad tegas, menatap Kenzo.

"Ayah, tolong… jangan egois. Jika Ayah tetap bersikap seperti ini, aku semakin yakin… Ayah lah pelakunya. Pembunuhan terhadap ayah Leon," ucap Kenzo lirih.

Ahmad mengalihkan pandangannya, dan ia melihat Zelena dari pantulan cermin lemari di ruang tamu mereka.

"Kita bahas lain kali. Dan tolong, jaga jarak dengan Liora jika kau ingin selamat," ucap Ahmad lalu pergi ke ruang kerjanya.

Kenzo merasa sesak. Ia membuka pintu depan dan duduk di taman, pikirannya kacau. Semua terasa tidak masuk akal—kacau dan berantakan.

Tak lama, mobil yang dikendarai Leon dan Zelena tiba di rumah.

Zelena menatap Kenzo, lalu mendekatinya.

"Kakak? Kenapa di luar?" tanyanya, melirik ke arah pintu rumah yang terbuka lebar.

Kenzo memeluk Zelena, mengusap kepala adiknya dengan penuh kasih.

"Aku tidak akan biarkan siapa pun menyakitimu, bahkan jika itu Ayah," bisiknya.

Hal itu juga terdengar oleh Leon.

"Kak, ngomong apa sih? Ayo masuk. Angin malam gak baik, nanti Kakak sakit," ujar Zelena sambil menarik tangan Kenzo.

"Kamu masuk duluan. Kakak mau bicara sama Leon. Ganti baju, istirahat, ya." Kenzo mengusap kepala adiknya.

Zelena menatap keduanya, memastikan mereka dalam keadaan tenang, lalu masuk ke dalam rumah.

"Kau anggap Zelena itu apa?" tanya Kenzo kepada Leon yang masih berdiri di posisinya.

Leon tersenyum sinis.

"Umpan?" jawabnya ringan.

Kenzo menahan amarah. Sejak awal ia tahu, Leon tak mungkin benar-benar mencintai Zelena. Semua ini adalah bagian dari rencana mereka—dan taruhannya adalah nyawa Zelena.

"Balas dendammu itu… apakah sangat penting? Sampai-sampai tidak ada yang bisa menghalangimu, bahkan Zelena sekalipun?"

Leon menatap Kenzo dengan tatapan dingin.

"Satu tujuan. Hanya untuk balas dendam, bukan percintaan," ucapnya lalu pergi meninggalkan Kenzo sendiri di luar.

Sementara itu, Zelena yang hendak menuju kamarnya melihat Arman duduk di tepi kolam renang, membuka laptopnya. Ia pun mendekat.

"Mas Arman, aku boleh duduk di sini?" tanyanya.

"Ya, silakan," jawab Arman.

"Mas, aku mau minta penjelasan… apa maksudnya Leon itu pembunuh, seperti yang Mas bilang kemarin?"

Arman tersenyum.

"Leon adalah pemancing yang handal. Dan dia butuh umpan untuk mendapatkan mangsanya. Dan umpannya adalah kamu."

Zelena menatap Arman, bingung.

"Mas Arman, tolong jangan bercanda. Aku mau nikah dua hari lagi. Aku bahkan belum tahu apa pun tentang dia."

Arman menunjukkan KTP Leon.

"Aksara. Itu nama aslinya. Mas rasa kamu harus tahu ini, supaya kamu lebih peka terhadap langkah-langkah yang akan dia ambil selanjutnya."

Zelena melihat dengan jelas, di foto itu tertulis nama Aksara, dengan foto dan tanggal lahir yang sama seperti Leon. Hanya nama yang berbeda.

"Apakah ini… salah satu dari banyaknya rahasia Leon?"

Arman lalu memberikan foto Leon dan Liora.

"Gadis yang selama ini Leon rawat di rumah sakit, sampai tidak ada waktu untukmu… adalah mantan calon istrinya yang kabur."

Itu bagian dari rencana Arman agar pernikahan Zelena dan Leon batal. Ia tidak sudi Leon bahagia bersama Zelena.

Zelena terdiam. Ia menatap foto itu dan tak bisa berkata apa pun.

"Zel?" ucap Leon yang kebetulan lewat dan melihat Zelena duduk bersama Arman.

Zelena segera menyimpan foto itu ke dalam tasnya.

"Iya, Kak?" jawabnya cepat.

Leon menarik tangan Zelena begitu melihat Arman di sana. Kebusukan Arman hanya ia yang tahu. Tapi suatu saat, semua pasti akan terbongkar.

"Bersih-bersih, terus tidur. Jangan lupa minum obat kamu," ucap Leon pada Zelena.

Zelena menatap laki-laki penuh rahasia itu.

"Iya. Kakak mau ke mana?" tanyanya saat melihat Leon sudah rapi.

"Rumah sakit. Perempuan yang kamu bantu donor darah itu masih di sana, dan aku harus tanggung jawab sampai dia keluar dari rumah sakit."

"Iya…" jawab Zelena pelan.

Leon pergi.

Zelena menatap punggung Leon dan bergumam dalam hati:

"Apakah pada akhirnya… aku juga akan ditinggalkan seperti ini?"

1
authorNamhye
wehhh tiba tiba
Kara
ini trik buat mendekati atau sungguhan dari hati? 😁
Kara
aku datang bawa mawar thor
Kara
e... ya kan 🤣 salah satu privilege cantik
Kara
tuh bener, tak kenal maka tak sayang 😁 benci dan dendam boleh tp siapa tahu bisa disembuhkan dengan cinta
Flora
keren kak, semangat ya
𝕸𝖆𝖌𝖎𝖘𝖓𝖆
Prolognya keren!❤️
Eksekusi babnya pasti lebih mangtab lagi.
cemungut, Kak!
Ig nr.lynaaa20
semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!