Clara terpaksa menerima perjanjian nikah kontrak dengan Gery Rochstein, bosnya sendiri, demi membantu menyelamatkan perusahaan sang CEOyang terancam bangkrut. Semua itu berada dalam ancaman Gery yang mengetahui rahasia Clara yang divonis sulit memiliki anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon takiyaratayee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 5 - Tersebarnya Kabar Kebangkrutan
"Gery? Gery yang mana nih? Setauku, di kantor ini banyak yang namanya Gery," kata Barra memberi informasi.
"Ehm, bentar. Namanya tuh... Gery... Aduh, siapa ya? Bentar aku cari dulu namanya," kata Clara sambil sibuk mencari kartu nama yang diberikan cowok mesum itu. Karena namanya sulit, Clara jadi tidak bisa menghafal.
"Duh, kayaknya ketinggalan deh!" gerutu Clara masih mengubek-ubek isi tasnya. Dia agak frustrasi karena tak bisa menemukan kartu nama itu.
"Gimana, Clar?" tanya Barra balik.
"Nggak jadi deh. Lupain aja Barra," kata Clara menyerah. Meski berusaha mengingat-ingat, Clara tetap tidak bisa menyebutkan nama panjang Gery si cowok mesum itu.
"Aneh, kenapa Clara mencari sesorang yang bernama Gery ya? Nama Gery di sini sebenarnya ga terlalu banyak. Tapi, masa iya yang dicari Clara itu Gery yang itu?" kata Barra menggumam di dalam hati.
Tidak lama setelah Clara dan kedua temannya itu sampai di kantor, beberapa pegawai mendadak saling bergerombol. Terpantau pegawai gedung Spark sesang gaduh di pagi itu. Tempat kerja mereka kedatangan beberapa truk besar dan orang-orang memakai jas serba hitam. Orang-orang yang datang ke gedung Spark itu tampak seperti penagih hutang yang bersiap mencari target mereka.
"Kenapa truk-truk itu parkir di parkiran mobil? Apa yang akan mereka lakukan? Bukannya parkiran truk itu di belakang, ya?" kata seorang pegawai kantor Spark.
Clara bersama teman-temannya ikut memperhatikan dari atas gedung tentang betapa terburu-burunya orang-orang asing di bawah sana kala memasuki gedung Spark. Akhir-akhir ini, gedung Spark memang sedang mengalami perombakan dari segi produksi. Semua ini imbas dari keputusan Gery Rochstein yang memutus kerjasamanya dengan perusahaan Nymte.
"Buset, kenapa alat-alat di lantai 5 pada diambil?" seru pegawai pria lainnya. Clara yang melamun dan memikirkan tentang Gery mendadak terkejut.
Orang-orang berjas hitam itu ternyata sedang membawa beberapa alat dan barang yang diletakkan di truk tersebut. Diketahui bahwa orang-orang berjas hitam itu adalah utusan dari Nymte yang bertugas menyita beberapa aset mereka yang terletak di gedung Spark. Mengingat hubungan kerja sama antara Spark dan Nymte sudah selesai. Maka terjadilah aksi sita-menyita barang-barang aset Nymte.
"Jadi Spark benar-benar putus kerja sama dengan PT Nymte?" celetuk pegawai wanita berbaju putih di seberang Clara.
"Ini gawat," jawab rekannya, yang membuat Clara ikut dag-dig-dug mendengar hal itu. Pasalnya, Clara tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Ia belum mengenal perusahaannya secara detail. Namun, dari raut wajah para pegawai menyaksikan ini menyiratkan ada kegelisahan yang patut untuk dipikirkan.
"Tim Merak, hari ini kita rapat satu jam sebelum jam makan siang," ujar Pak Arnold menyebarkan pesan melalui Skype grup. Sontak Clara dan Barra mengecek ponsel mereka masing-masing karena ada pesan masuk dari atasan. Saat membaca pesan tersebut, Clara dan Barra saling melirik.
"Barra, ini kan rapat. Apa aku juga harus ikut rapat?"
"Ya iyalah kamu harus ikut rapat. Kamu kan bagian dari tim Merak. Tenang aja, ini cuma rapat dadakan yang biasanya sebentar. Kamu cuma perlu mendengarkan dan memperhatikan," kata Barra.
"Baiklah. Jujur, ini membuatku agak gugup. Aku masih baru di sini, aku takut salah bicara."
"Santai, rileks aja Clara." kata Barra sambil mengerlingkan mata.
*
Di lantai lain, Gery membiarkan orang-orang dari Nymte membawa alat dan barang mereka dari kantornya. Tidak ada yang bisa Gery perbuat saat ini. Sejak Gery memutuskan kontrak dengan perusahaan Nymte, secara otomatis Gery harus membayar penalti kontrak kerjasama senilai 5 juta Noks kepada perusahaan tersebut. Keputusan Gery sudah bulat, dia sudah menahan diri untuk tidak memutus kontraknya dengan Nymte. Nyatanya, Gery merasa semakin dikhianati oleh Adel dan Tony. Jika tidak dihentikan, Tony akan terus mencontek proyek-proyek besarnya.
Kabar putus kontrak antara PT Spark dengan PT Nymte telah tersebar luas di kalangan karyawan. Bahkan kabar tersebut menjadi trending topik sesama karyawan. Ditambah, para karyawan tidak bisa menutup mata mereka untuk tidak menyaksikan bagaimana aset-aset yang ada di gedung Spark diambil lagi oleh Nymte.
Orang-orang yang mengenal Gery tidak ada yang mau membantunya. Mereka tak ingin ambil resiko karena di tahun ini perusahaan-perusahaan besar turut merasakan resesi. Sehingga, salah satu cara adalah berkolaborasi dengan perusahaan yang lebih besar.
Tidak seperti keputusan Gery yang memilih untuk berhenti bekerja sama dengan Nymte. Kini, Gery harus mencari cara agar operasional Spark kembali stabil. Di sisi lain, Gery tidak ingin kalah dari Adel. Gery harus bertindak tegas. Dia sudah merencanakan untuk mencari cara agar bisa membayar penalti kontrak dan terbebas dari Nymte. Salah satu ide gilanya adalah menjual beberapa aset yang sudah Gery miliki, seperti mobil Roll Royce's silver miliknya. Dengan begitu, bayang-bayang tentang Adel akan berakhir.
"Tuan Rochstein. Ini data keuangan kita bulan ini." ungkap Nyonya Finn kepada Gery yang sedang memandangi jendela.
Gery membalikkan badan, dan mencoba memeriksa laporan dari divisi keuangan. Otaknya berpikir keras, bahkan dari keuntungan penjualan masih kurang untuk menutupi biaya produksi.
"Keuangan kita bulan ini memiliki grafik rendah dari segi pendapatan. Kami sudah banyak memangkas biaya produksi. Kalo dipotong lagi, kami tidak bisa memproduksi dengan sempurna." kata Nyonya Finn menjelaskan. Gery mencoba memutar otaknya agar perusahaannya tidak bangkrut begitu saja.
"Nyonya Finn, aku minta Anda bekerja sama dengan HRD untuk menyeleksi orang-orang yang berkompeten di perusahaan kita. Katakan kepada HRD untuk mulai menyeleksi orang-orang yang tidak profit untuk kantor kita.
Dan setelah itu, aku minta rincian gaji setiap karyawan semuanya. lalu, singkirkan orang-orang yang tidak terpilih itu."
"Apa? Apa, Anda akan melakukan PHK massal?" ujar Nyonya Finn sedikit terkejut. Gery melirik sinis ke arah karyawan berusia 50-an itu, mengisyaratkan untuk segera melaksanakannya tanpa banyak bicara.
"Ba-Baik, Tuan. Akan segera saya laksanakan," kata Nyonya Finn kemudian menghilang dari pandangan bosnya yang dingin itu. Sementara Gery agak risih dengan pandangan Walt kepadanya.
"Ini sama sekali bukan hal yang ingin kulakukan." gumam Gery kepada Walt.
"Aku tahu itu. Anda harus tenang. Kita bisa mencoba dulu bertemu Tuan Johnny, rekan Anda yang tertarik untuk melihat mobil Anda."
Tangan panjang itu menopang dagunya yang runcing. Gery menarik napas panjang. Ini adalah kesekian kalinya Gery mencoba mencari pembeli mobil Rolls Royce-nya dengan harga tinggi. Meski ia agak pesimis karena takut seperti sebelum-sebelumnya, Gery tetap berusaha berpikiran positif jika rekannya satu ini akan jadi harapan terakhirnya agar mobil mewahnya terjual.
"Baiklah. Atur jadwal pertemuanku dengan Johnny," ujar Gery menyetujui ucapan sang asistennya. Setidaknya, Gery bisa cepat-cepat melunasi hutangnya.
*