Alana harus menerima takdirnya yang menjadi istri secara mendadak. Alana menikah dengan Raymond, pria dingin yang tidak mempunyai pilihan untuk menjaga nama baik keluarganya yang harus menikah dengan Alana karena calon pengantinnya yang lari di hari pernikahan itu.
Posisi Alana benar-benar sangat sulit. Apalagi posisinya di kaitkan dengan hutang Budi pada keluarga calon istri Raymond. Mau tidak mau Alana menerima takdirnya.
Masuk kedalam keluarga Raymond bukanlah hal yang mudah dan apalagi Alana adalah gadis sederhana. Raymond juga menolaknya dan menekankan tidak menginginkannya sebagai istri.
Alana berusaha untuk berdamai dengan keadaan dan ternyata banyak rahasia yang dia ketahui dalam keluarga Raymond yang memiliki latar belakang baik-baik saja yang bertolak belakang pada kenyataannya.
Bagaimana Alana menjalani pernikahannya?
"Apakah simpatik Alana akan tumbuh menjadi cinta?"
"Lalu bagaimana Raymond menghadapi pernikahannya dengan wanita yang tidak dia cintai?"
Ig. ainuncefeniss
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34 Usaha Alana.
"Assalamualaikum!" ucap Alana dengan membuka pintu.
"Walaikum salam," jawab Lia yang keluar dari kamar.
"Alana!" Lia cukup kaget melihat kedatangan putrinya yang tiba-tiba saja.
Alana menghampiri Lia dengan mencium punggung tangan Lia.
"Apa itu suami kamu?" tanya Lia yang melihat Raymond masih berdiri di depan pintu.
"Iya, Ma," jawab Alana dengan menganggukkan kepala.
Raymond mungkin saja canggung bertemu dengan ibu Alana untuk pertama kali, tapi lihat tampaknya sangat ramah sekali yang menghampiri Raymond dan Raymond mencium punggung tangan Lia
"Ini pertama kali kita bertemu! Ibu senang bertemu dengan kamu," ucap Lia. Raymond menganggukkan kepala dengan wajah datar.
"Bagaimana caranya agar Raymond tidak pulang," batin Alana yang berusaha membuat suaminya tetap berada di rumahnya.
"Ayo duduk! Ibu buatkan minum dulu," ucap Lia.
"Biar Alana saja yang melakukannya," ucap Alana yang langsung bertindak.
Lia tidak melarang hal itu dan mempersilahkan kembali Raymond duduk, Raymond mungkin kebingungan yang tidak tahu harus bersikap seperti apa kepada Ibu mertuanya itu.
Kepalanya berkeliling melihat kediaman rumah istrinya yang memang tampak sederhana, ruang tamu yang sangat kecil dan terlihat ada kamar. Alana juga memasuki ruangan yang mungkin saja itu yang dinamakan dapur.
"Maaf. Nak! rumah Ibu kecil. Kamu pasti kurang nyaman berada di rumah ini yang memang tidak seluas rumah kamu dan mungkin rumah kami hanya seluas kamar kamu, jangan-jangan kamar kamu lebih luas daripada rumah ini," ucap Lia yang sebenarnya juga tidak enak jika menantunya harus berada di rumahnya.
"Tidak apa-apa," hanya jawaban singkat itu yang diberikan Raymond yang tetap saja dia gugup walau biasanya dia sangat cuek sekali.
Sementara Alana sudah berada di dapur yang menuangkan kopi untuk suaminya.
"Atau aku taruh saja obat tidur di dalamnya, agar dia tidak pulang," ucap Alana yang tiba-tiba saja memiliki ide sembari mengaduk teh tersebut.
"Astagfirullah Alana. Dia adalah suami kamu. Masa iya kamu tega melakukan hal itu. Itu sama saja kamu istri durhaka!" ucap menepuk-nepuk jidatnya berusaha menyadarkan diri agar tidak melakukan kekonyolannya.
"Lalu sekarang bagaimana coba? Apa yang harus aku lakukan. Bagaimana jika dia tidak mau menginap di rumah ini?" Alana terlihat pusing sendiri.
"Alana kamu lama sekali membuat kopinya?" panggil Lia.
"Iya, Ma sebentar," sahut Alana.
"Sudahlah Alana nanti saja kamu memikirkan hal itu," ucap Alana yang akhirnya membawa kopi tersebut ke ruang tamu.
"Maaf pasti sudah menunggu lama," ucap Alana yang meletakkan teh tersebut di atas meja.
"Kalian malam ini akan menginap bukan?" tanya Lia.
"Iya. Ma kita akan menginap kok," jawab Alana dengan cepat yang membuat Raymond menoleh ke arah Alana dengan dahi Raymond tampak mengkerut yang perasaan dia tidak mengatakan apapun kepada istrinya.
"Iya bukan?" tanya Alana pada Raymond. Raymond tidak menjawab apapun dan hanya melihat serius ke arah Alana.
"Mama akan bersihkan kamar kamu sebentar Alana. Agar kalian berdua nyaman untuk tidur," ucap Lia yang membuat Alana menganggukkan kepala.
"Sebentar ya. Nak Raymond," ucap Lia permisi pada Raymond yang membuat Raymond menganggukkan kepala.
Setelah kepergian Lia Raymond melihat Alana kembali.
"Aku akan pulang!" ucap Raymond berdiri dan ditahan oleh Alana.
"Mama pikir kamu akan menginap di sini, Mama akan bingung kalau tiba-tiba kamu pulang," ucap Alana.
"Hey! sejak di mobil aku sudah mengatakan tidak ingin menginap di rumahmu dan aku besok akan menjemputmu jika perlu. Kau yang sudah menjawab tadi dan memberi keputusan sendiri," jawab Raymond.
"Sekali ini saja menginapa di rumahku. Aku janji tidak akan menyusahkan kamu atau membuat kamu tidak nyaman," ucap Alana tampak memohon.
"Kenapa kamu sangat memaksaku untuk menginap di rumahmu? memang apa yang akan aku dapatkan ketika menginap di rumahmu?" tanya Raymond.
"Aku akan berusaha memenuhi apapun yang kamu mau, kalau kamu mau tidur sendirian di kamarku juga tidak apa-apa nanti aku akan tidur di kamar Mama, besok pagi aku akan cari sarapan yang sesuai dengan lidah kamu. Jadi aku akan berusaha membuat tidak ada bedanya antara rumah ini dan rumah kamu. Please 1 hari saja," ucap Alana yang sejak tadi membujuk Raymond segala usahanya.
"Bagaimana jika aku meminta kita tidur satu ranjang dan saling menyentuh satu sama lain," ucap Raymond dengan sangat santai membuat Alana mengerutkan dahi.
Tatapan mata suaminya itu terlihat sangat nakal sekali.
"Apaan sih!" kesal Alana.
"Itu saja kau tidak bisa melakukannya dan sudah menyuruhku untuk tidur di rumah," sahut Raymond yang sepertinya sengaja menggunakan kesempatan itu untuk menggoda Alana.
"Heh Alana, aku ini suamimu. Kau lama-lama akan jadi istri durhaka jika tidak melakukan kewajibanmu sebagai seorang istri. Memang kau tidak bisa belajar dari istri klienku! bukannya kalian berbicara cukup lama," ucap Raymond.
Alana memang mengingat bagaimana pembicaraan dia dan wanita yang baru saja dia temui tadi. Tentang pernikahan mereka hampir sama. Pasangan suami istri itu juga dijodohkan dan awal-awalnya pernikahan mereka juga sangat dingin dan pada akhirnya saling mencintai yang bahkan sudah dikaruniai dua anak.
"Jangan menyamakan pernikahan kita dengan pernikahan orang lain. Meski mereka juga menikah bukan karena keinginan sendiri dan melainkan perjodohan. Tapi paling tidak suaminya tidak menyakiti istrinya di hari pertamanya dan paling tidak dia berusaha untuk pernikahannya," ucap Alana menegaskan.
Raymond menghela nafas dan bersandar pada sofa yang sudah tahu jawaban Alana pasti akan terus mengingat perkataan dia malam itu.
"Kalau begitu mau sampai kapan kau akan melupakan semua itu?" tanya Raymond melihat Alana.
"Entahlah! aku masih sangat kesal denganmu. Aku tidak tahu apa-apa dengan pernikahan itu dan bisa-bisanya kamu membuatku menangis malam itu dengan kata-katamu yang sangat jahat sekali, seolah-olah aku yang menghancurkan pernikahanmu. Tuh tanya sendiri sama Clara, dia sudah kembali dari London," ucap Alana.
"Kau ingin aku bertemu dengan dia?" tanya Raymond.
"Agar kamu tahu, jika aku tidak pernah memanfaatkan pernikahan ini dan apalagi menjual diriku hanya demi uang. Aku juga dikorbankan dalam pernikahan ini, makanya sebelum kamu menjudge seseorang dulu selidiki dulu terlebih dahulu dan jangan seenaknya berbicara!" tegas Alana yang sepertinya memang memiliki dendam besar pada suaminya itu akibat perkataannya malam itu.
"Ayo! kalian berdua istirahatlah, Ibu sudah membersihkan kamar kalian," Lia yang sudah kembali.
Alana benar-benar sangat berharap Raymond menginap di rumahnya.
"Alana ayo ajak suami kamu!" titah Lia.
"Ayolah!" ucap Alana pelan.
Raymond menghela nafas dan sangat terpaksa dia berdiri namun membuat Alana merasa lega.
"Alana istirahat dulu!" ucap Alana yang pergi bersama Raymond yang membuat Lia menganggukkan kepala yang pasti dia sangat senang sekali jika menantunya yang kaya raya itu mau menginap di rumahnya.
Raymond dan Alana sudah memasuki kamar Alana. Kamar yang pasti sangat sederhana dengan tempat tidur yang sangat kecil dan bahkan tempat tidur itu hanya di lantai saja yang beralaskan kasur yang cukup empuk, hanya ada lemari kecil dan juga terdapat meja belajar.
"Iya-iya, Ini kamar hanya seluas kamar mandi dan bahkan kamar mandi di kamar lebih luas lagi," ucap Alana yang memperhatikan ekspresi Raymond yang tidak ada niat sama sekali untuk tidur di kamarnya.
Bersambung.
dan jika suatu hari nanti Raymond mengetahui perselingkuhan ortunya , dia bisa meninggalkan keluarganya dan tinggal bersama Alana 🤔🤔🤔
biar dia mentalnya gak down saat nanti dia harus mengetahui kenyataan pahit tentang kebejatan tingkah laku mereka??🤔😇😇