NovelToon NovelToon
Second Chances

Second Chances

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Reinkarnasi / CEO / Mengubah Takdir / Romansa
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: cakestrawby

John adalah seorang CEO yang memiliki perusahaan yang sukses dalam sejarah negara Rusia, Keeyara menikah dengan John karena perjodohan orang tua mereka. Pernikahan mereka hanya jadi bumerang bagi Keeyara, John sangat kasar kepada Keeyara dan dia sering menjadi pelampiasan amarahnya ketika John sedang kesal. John juga memiliki kekasih dan diam-diam menikahi kekasihnya itu, Arriel Dealova.

Istri kedua John seringkali cemburu kepada Keeyara karena ia memiliki julukan sebagai 'Bunga Lilac' karena memiliki wajah yang cantik yang selalu menarik perhatian para pemuda. Bulan demi bulan berlalu dan Keeyara mulai kehilangan emosi dan bahkan tidak merasakan apapun saat melihat John dan Arriel sedang menggendong bayi mereka di depan wajahnya. Hingga, beberapa deretan kejadian dan permasalahan membuat Keeyara mengalami kecelakaan yang sangat berat dan menyebabkan Keeyara meninggal dunia. Tetapi anehnya, dia kembali bangun pada tanggal 20 April 2022, tepat dihari pernikahan John bersama kekasihnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cakestrawby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11

Saat sedang mengencangkan tali jubahnya, pintu kamar Keeyara terbuka, memperlihatkan John yang sedang mengintip dari balik pintu. Pria itu tampak memperhatikan sekitar, begitu merasa aman, ia pun segera memasuki kamar.

"Apa yang kau lakukan?"

"Tidak bisakah seorang pria tidur bersama istrinya sendiri?" tanya balik John yang membuat wanita itu memutar mata. Sepasang lengan yang berotot kini melingkari pinggang Keeyara, wanita itu menatap John dari cermin yang sedang memeluknya dari belakang, wajahnya sengaja di sembunyikan di ceruk leher wanita itu.

"Lepaskan."

"Mmh... wangi mu enak sekali." gumam pria itu sambil menggesek-gesekan hidungnya di leher Keeyara.

Dengan sengaja John menggigit daun telinga wanita itu, tangannya meraih tali jubah yang di kenakan oleh wanita itu dan perlahan-lahan menariknya, Keeyara yang merasakan itu lantas menghentikannya.

"Ada apa? kau masih belum mengerti jika Ayahku sangat menginginkan seorang cucu darimu?" tanya John dengan kerutan kecil di dahinya, ia pun memutar Keeyara agar berhadapan langsung dengannya.

Keeyara tertawa getir, dulu dia sangat mematuhi keinginan John untuk mengandung seorang pewaris. Tetapi dia tidak memiliki harapan sama sekali saat dirinya di nyatakan tidak bisa hamil, dan alhasil dirinya selalu di remehkan.

"Apa yang lucu?" John mengangkat sebelas alisnya, bingung mengapa istri pertamanya itu malah mentertawakan pertanyaan yang sama sekali tidak mengandung humor yang lucu.

"Baiklah, ayo kita memiliki anak kita sendiri." terlihat John yang tersenyum lebar saat mendengar hal itu, pria itu pun segera melepaskan kancing piyama tidurnya dengan terburu-buru, namun Keeyara langsung menghentikannya.

"Kita akan memiliki bayi tabung." ucapan wanita itu seketika membuat John terkejut, ia sedikit mundur untuk melihat wajah Keeyara, mencoba mencari tanda-tanda candaan atau apapun itu.

"Apa maksudmu? kita berdua sehat dan kau juga masih muda, bagaimana bisa kau menginginkan bayi tabung?"

"Karena aku infertilitas, jadi periksa saja ke dokter dan sekarang... silahkan pergi."

"Kau... kau tidak bisa hamil?" tanya John terkejut, ia kembali melangkah mundur.

"T-tapi... kita bisa mencobanya, siapa tahu itu hanya-"

"Pergi, sekarang." perintah Keeyara dengan tegas, John menelan ludah dengan susah payah lalu akhirnya berjalan menuju pintu dengan rahang yang menegang. Sementara itu, Keeyara memperhatikan kepergian suaminya itu dengan jantung yang berdebar kencang, begitu pintu kembali di tutup dengan cukup keras, Keeyara berjalan mendekati meja riasnya dan langsung mengambil ponselnya. Untuk beberapa menit dia mencoba mencari nama yang sering di hubunginya, yaitu William.

^^^Jemput aku, sekarang. ^^^

Disisi lain, John memasuki kamarnya bersama Arriel dengan cukup marah. Dia marah karena Keeyara menolak untuk tidur dengannya, bahkan tidak memberinya kesempatan sedikit pun. Pria itu langsung mendekati Arriel yang sedang berdiri di depan kaca, dengan amarah yang menggebu-gebu dia langsung mencium wanita itu.

Mata Arriel membelalak kaget saat pria itu menariknya secara tiba-tiba dan menciumnya dengan sangat ganas. Ia membeku sesaat sebelum tubuhnya merespons secara naluriah, ia melingkarkan lengannya di leher John dan membalas ciuman itu dengan sama ganasnya. Jantungnya berdebar kencang saat ciuman mereka semakin dalam, lidah John menjelajahi mulut Arriel.

"Mmh..."

John menggeram dengan frustasi, dia melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan mengangkatnya. Begitu dia melemparkan Arriel ke atas tempat tidur dengan kasar, John pun merangkak menaiki tempat tidur, tatapannya buas saat dia mengulurkan tangan dan meraih celana piyama yang di gunakan oleh wanita itu. Dia merobeknya dari kakinya bersama celana dalam yang di gunakan oleh Arriel lalu menyingkirkan kain compang-camping itu dan cepat-cepat merentangkan kakinya, John menempatkan dirinya di antara kaki Arriel. Kepala kejantanannya yang besar mendorong dengan kuat ke arah lubang Arriel yang licin, tangannya mencengkram pinggul wanita itu untuk menahannya di tempat saat perlahan ia mulai mendorong ke depan.

Tidak perduli untuk membiarkan wanita itu menyesuaikan diri dengan ukurannya yang besar, dia mempertahankan gerakannya yang brutal dan kasar.

"Take this fucking dick..." John terengah-engah, semakin mempercepat langkahnya.

John sama sekali tidak memperdulikan teriakan Arriel entah itu karena kesakitan atau pun kenikmatan, dia menelan erangannya dengan ciuman yang dalam. Pria itu meraih kedua kaki Arriel dan mendorongnya ke belakang, memberi akses yang lebih dalam. Tempat tidur mulai berderit keras, membuat Keeyara yang saat itu sudah siap pergi sambil menyeret kopernya terdiam sejenak, mendengarkan baik-baik suara memalukan itu.

"Selamat bersenang-senang, dan berusahalah untuk melahirkan kembali Dave ke dunia ini," gumamnya lalu pergi begitu saja tanpa berpamitan.

John kini menghantam Arriel, tangannya menutup mulut wanita itu untuk meredam suara apapun. Kepala tempat tidur membentur dinding dengan setiap dorongannya. John begitu dekat, buah zakarnya menampar pantat wanita itu.

"I'm gonna come inside you, right fucking now..." Dia membenamkan wajahnya di leher Arriel, meredam erangannya saat dia menemukan pelepasannya di dalam diri wanita itu, memenuhinya tanpa kondom. Dia tetap seperti itu sejenak, mencoba mengatur napas, lalu perlahan menarik keluar, melihat kekacauan yang dibuatnya di tempat tidurnya.

"Well... shit."

"Kau selalu berhasil membuatku tidak bisa berjalan di keesokan harinya," puji Arriel dengan wajah yang memerah dan nafas yang terengah-engah.

"Bersihkan dirimu, aku akan memberikan susu untuk Keeyara sebelum dia tidur..." katanya sambil perlahan turun dari tempat tidur, dia merapihkan pakaiannya dan segera berjalan menuju pintu, Arriel hanya memandanginya dengan cemberut.

Menyedihkan sekali karena terlalu terobsesi dengan kehidupan. Keeyara memandangi lampu-lampu jalanan dari balik jendela mobil, sementara itu William terlalu fokus mengemudi, suasana di dalam sana hening namun menyenangkan, tidak ada kecanggungan atau bahkan kata-kata yang tak terucap.

Begitu sampai di depan rumah orang tuanya, Keeyara keluar sementara itu William pergi untuk mengeluarkan koper milik wanita itu dari dalam bagasi.

"Terima kasih, William. Maaf karena mengganggumu di larut malam seperti ini, hanya saja aku sedang tidak ingin mengendarai mobil." bohongnya, dia terlalu takut untuk mengendarai mobil karena kilasan kecelakaan itu masih menghantuinya.

"Tidak apa-apa, Nona... semoga anda bisa tidur nyenyak di rumah ini, jika begitu saya pamit." Keeyara mengangguk, memperhatikan pria itu yang kembali memasuki mobil. Begitu mobilnya melaju menjauhi halaman rumah, Keeyara berbalik dan memandangi rumah besar itu, kenangan masa kecilnya yang selalu berlarian bersama Ibunya muncul, dan itu membuat hatinya terasa sesak.

"Well... aku kembali ke sini." gumamnya lalu kembali menyeret kopernya dan melangkah mendekati pintu.

Setelah menunggu beberapa menit, pintu yang menjulang hingga ke langit-langit itu terbuka, memperlihatkan wanita paruh baya yang selama ini sangat di benci oleh Keeyara—Giya Errene, ibu sambungnya.

"Keeyara?"

"Maaf karena mengecewakan mu, tapi aku akan tinggal disini dalam beberapa hari." kata Keeyara lalu segera memasuki rumah, wanita paruh baya itu buru-buru menutup kembali pintu rumah dan melangkah mengikuti Keeyara dari belakang.

"Aku dengar kau memiliki masalah dengan suamimu, ya?"

Keeyara tidak menjawab dan sibuk menaiki anak tangga sambil membawa kopernya itu, namun Giya tidak menyerah dan segera membantu wanita itu, tidak perduli jika Keeyara menolaknya dengan cepat. Begitu sampai di kamar Keeyara, wanita itu membuka pintu dan terkejut betapa bersihnya kamarnya itu. Barang-barang lama masih tersimpan dengan baik pada tempatnya, bahkan ruangan itu begitu terang dan hangat.

"Aku selalu membersihkan kamar ini agar kamu merasa nyaman saat pulang... ayo masuk dan bereskan barang-barangmu." kata Giya dan hendak membantu Keeyara kembali untuk mengangkat kopernya itu, namun dengan dingin Keeyara berbalik langsung menghadapnya.

"Terima kasih, memang itu tujuan anda, bukan? agar membuat saya terkesan, tapi saya harap anda mengerti dengan posisi anda di rumah ini, nyonya di rumah ini masih di tempatkan oleh Ibu saya, Ibu kandung saya," pungkas Keeyara.

Saat wanita itu berniat untuk menutup pintu kamarnya, Giya menahannya, membuat Keeyara mengerutkan kening. Tanpa berkata apa-apa, tiba-tiba saja Giya melangkah maju dan langsung memeluk Keeyara dengan erat, membuat wanita cantik itu terkejut.

"Aku tidak keberatan jika kamu masih belum menerimaku di rumah ini, karena aku juga tidak membenarkan tindakan ku di masa lalu. Hanya saja... jangan berjuang terlalu keras, kau akan sangat kesulitan. Kau akan menyalahkan dirimu sendiri dan kau akan merasa bersalah. Jika kau tidak bahagia, bagaimana kau akan membuat orang lain bahagia? jadi lakukan sebiasa mu dan itu pasti sudah yang terbaik untukmu." bisik Giya sambil membelai punggung Keeyara dengan lembut. Sementara itu, tatapan Keeyara kosong, air mata berhasil jatuh dari kedua pelupuk matanya, entah bagaimana kata-kata yang di sampaikan oleh Giya membuatnya merasa sesak dan mungkin... merasakan kedamaian?

1
Piet Mayong
harus ya punya jati diri dulu sebagai istri kuat baru lah suami mu sakit kepala
🤦🏻🤦🏻🤦🏻🤦🏻
Khabib Firman Syah Roni
Bikin gelisah, tapi enak banget rasanya. Tungguin terus karyanya ya thor.
Hoa thiên lý
Cerdasnya plot twistnya bikin aku kagum!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!